44

14.9K 868 7
                                    

Perjalanan mereka sampai ke mobil terasa amat panjang karena keduanya berjalan dengan lambat seolah takut untuk mengakhiri momen tersebut dimana posisi yang dapat membuat keduanya membisu.

Dah hujan adalah saksi bisu yang menyaksikannya.

Keysil menggosok tangan dinginnya berkali-kali agar hangat, ia juga terus menarik ingusnya yang terasa ingin keluar di hidung.

Hacimmmmm.

Aiden terkejut saat Keysil bersin membuat dirinya menatap Keysil dengan sedikit khawatir.

"Tenang aja, aku sehat kok."Ucap Keysil mengangkat tangan kanannya menandakan semuanya baik-baik saja, "Kamu pake masker cepetan biar ga jangkit."

"Pikirin diri lo sendiri!"

"Udah kok."

"Nih tisu."Aiden menyodorkan sekotak tisu pada Keysil.

Keysil pun langsung menarik tisu satu persatu untuk menyeka ingusnya sampai kering, anehnya Aiden bukan merasa jijik malah ia khawatir.

"Ai aku boleh duduk di belakang ga? Soalnya ngantuk."

Aiden melirik Keysil disela-sela menyetir, "Jangan."

"Lah kenapa? Kamu ga mau mobil kamu kotor? Begitu?"

"Lo harus makan sama minum obat dulu."

"Aku ga sakit kok."

"Ga sakit gigi lo! Kalau dibiarin pasti langsung demam, mau masuk rumah sakit lagi? Pengen makan makanan rumah sakit lagi?!"Bentak Aiden terlihat marah tapi mengemaskan di mata Keysil.

Keysil pun akhirnya hanya dapat menghela nafas sebagai jawaban.

"Ai tapi aku ngantuk."

"Tahan napa sih susah bener."

Tiba-tiba mata Keysil berair dan saat dirinya menatap Aiden sari samping sebulir airmata pun menetes, entah kenapa ia begitu sedih mendapati Aiden selalu membentaknya seperti itu.

Saat ini kepalanya sedang pusing, badannya panas, dan Aiden malah membentaknya. Keysil sanggup jika Aiden membentaknya saat dirinya sedang sehat tapi tidak saat ini, dimana dirinya nyaris demam seperti ini.

"Lo-lo kenapa?"Tanya Aiden sambil menepikan di depan apotik.

Keysil pun mengalihkan pandangannya ke arah jendela untuk menghindari Aiden, "Nangis."

"Nangis kenapa?"

"Cuma pengen nangis."

"Ada yang sakit?"

"Gaada."

"Terus kenapa nangis, kalau ngomong tatap gue nya."Frustrasi Aiden.

Keysil hanya diam sejenak.

"Aku kau tidur."

"Setelah gue beli obat, tunggu disini."Pesan Aiden lalu keluar dari mobil dan memasuki apotik itu.

Keysil pun langsung duduk di belakang sambil mengeratkan pelukannya ke badannya sendiri agar tetap hangat.

Tak lama pintu mobil bagian kemudi pun terbuka, Aiden masuk sambil membawa kantong putih yang berisi makanan yang dibelinya di sebelah apotik dan obat demam.

"Ngapain lo?"

"Nyikat wc."Jawab Keysil.

"Maju ga."

"Sini obatnya, aku Mau tidur."

Aiden pun menghela nafas menahan emosinya, "Maju gue bilang."

"Ish."Desis Keysil lalu kembali duduk di depan dan langsung menyodorkan tangannya seolah meminta sesuatu.

"Tidur di depan aja, kan bisa."Ucap Aiden mengeluarkan nasi kotak yang dibelinya dan memberikannya pada Keysil yang masih setengah merajuk itu.

Keysil pun memakan makanannya tanpa berbicara, tak membutuhkan waktu lama ia melahap habis makanan itu dan mengulurkan tangannya lagi pada Aiden.

"Obat."

"Badan lo panas?"Tanya Aiden memberikan kantong plastik putih itu.

Keysil hanya diam sambil menelan obatnya dan meminum air setelah itu dia mengatur kursi yang didudukinya sehingga terdorong kebelakang alhasil dia pun nyaman berbaring.

Nyatanya Keysil hanya berbaring, tidak tertidur.

Bagaimana ia bisa tidur kalau matanya terasa panas dan mengeluarkan sebulir air mata disana.

"Aiden, aku nangis."Gumam Keysil membuat Aiden memberhentikan mobilnya cepat.

"Lo kenapa lagi sih?!"

Kan?

"Sakit."

"Mana yang sakit?"Tanya Aiden duduk menyamping menghadap Keysil.

"Ga tau."

"Ngomong yang bener."

"Rasanya sakit aja, jadi pengen nangis terus."

"Jangan berbelit-belit."Kecam Aiden begitu saja.

Keysil pun merubah posisinya menjadi menghadap Aiden, "Aku pengen dipeluk."

"Bilang dulu kenapa lo nangis?"

"Aku takut."Cicit Keysil menahan tangisannya.

"Takut kenapa?"Suara Aiden terdengar lembut kali ini.

"Aku takut kalau aku jatuh cinta sama kamu."Ungkap Keysil tanpa aba-aba langsung memeluk Aiden yang hanya dapat terdiam kaku.

Entahlah setan apa yang memasuki Aiden membuat tangan cowok itu perlahan mengusap punggung Keysil lembut seolah ingin menenangkannya.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang