64

14.7K 884 12
                                    

Keenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keenan.

---------------

Keenan melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya, halaan nafasnya pun terdengar. "Heh Reena."

"Kenapa?"Tanya Reena seraya menyadarkan tubuhnya di kursi.

"Lo beneran ngasi tau Keysil kan?"Keenan balik bertanya karena dirinya sudah menunggu satu jam lebih tapi adiknya itu belum datang juga.

Saat ini Keenan, Reena dan kedua orangtuanya sedang berada di hotel, ayahnya melakukan reservasi untuk merayakan ulang tahun Keenan, tepat di permukaan meja dihadapan mereka sudah ada berbagai macam sajian makanan dan kue ulang tahun tapi Keenan tetap kekeuh menunggu Keysil untuk meniup lilinya.

"Mungkin dia lagi di jalan, tiup aja dulu Kee."Suruh ibunya lembut.

Keenan hanya mendengus, ia merasa sesak mengenakan tuxedo yang sedang membungkus tubuhnya saat ini. Akhirnya Keenan pun berdiri dan membungkukkan badannya lalu meniup semua lilin di kue tersebut.

Kedua orangtuanya langsung bertepuk tangan begitu juga dengan Reena yang terlihat malas.

"Sebelumnya Keenan mau ngebahas tentang masalah keluarga kita."Ucap Keenan serius, "Tolong mama sama papa pulang ke rumah."

Hening.

"Keenan.."Panggil ayahnya terdengar lembut.

"Papa harus tegas! Papa ga tau gimana tersiksanya Keysil yang selalu ditindas sama Reena dirumah!"Keenan melemparkan tatapan sinis ke arah Reena.

"Mama lagi cape, jangan bahasa sesuatu yang ga penting."Sergah ibunya mencoba mencicipi makanan yang dihidangkan. Keenan menutup matanya erat laku kembali membukanya, harus diapakan keluarganya.

"Mama apa susahnya bersikap adil sama Keysil dan Reena?"

Natali pun berhenti makan dan menatap Keenan, "Mama selalu adil."

Keenan tersenyum sinis, "Adil dibagian mana tolong jelasin! Dari kecil mama selalu bersikap acuh sama Keysil, kalau ada pertemuan orangtua mama selalu menghindar, mama selalu datang kalau Reena ngambil rapor tahu sekalipun mama ga pernah datang ke sekolahan Keysil."

Natali diam, tampaknya dia sedang merenungkan sesuatu.

"Mama memperlakukan Keysil kayak boneka tau ga sih! Mama selalu ngekang apa yang dia lakuin, mama gunain dia sebagai model produk di perusahaan mama! Tapi mama ga pernah ngasi perhatian layaknya seorang ibu sama dia.."

"Papa juga udah sering bilang gitu ke mama kamu."Ayahnya berucap, "Papa juga ga mau keluarga kita pecah kayak gini."

Natali menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, seolah memberi kode jikalau dia sudah kalah dan kehabisan kata-kata.

"Mama selalu menghindar dari Keysil.."Lirih Keenan dengan nada serak,"Kalau dia sakit mama seharusnya tanya 'kamu gapapa, nak?', kalau ketemu mama harusnya nanya 'kamu udah makan Key?' bukan 'kamu ga boleh makan yang berlemak, kamu harus makan salad.'"

Dan suasana kembali hening.

"Kalau mama ga sempat ke acara sekolah Keysil mana seharusnya bilang 'maaf', kalau mama ketemu dia di studio pemotretan mama seharusnya bilang 'kerja bagus, sayang.' tapi--"

"Karena dia bukan anak kandung kayak kita! Buat apa mama memperlakukan anak kandungnya sama kayak anak adopsi."Geram Reena akhirnya.

Keenan menatap Reena dengan tatapan marah, "Jaga mulut lo!"

"Emang bener kan? Dimana letak salahnya dimana?!"

"Mama.."Lirih Natalia merasa tercekat diujung kata.

"Keysil juga manusia! Presetan dia itu anak adopsi atau kandung, dia juga seorang gadis yang perlu kasih sayang seorang ibu."Ucap Keenan mencoba tenang walaupun jauh di dalam lubuk hatinya dia ingin melempar meja dihadapannya sekarang juga.

"Kalau dia perlu kasih sayang orangtuanya ya pergi aja ke orangtua kandungnya.."Desis Reena.

"Bilang aja lo iri!"

"Iya gue iri! Gue iri semuanya yang ada di dalam diri dia! Dia terlalu baik.. Dia juga berbakat! Dia selalu dipuji semua orang, bahkan mama lebih milih dia jadi model produk di perusahaan mama!"Teriak Reena mengamuk, "Dari dulu semua cowok yang deketin gue ujung-unjungnya pasti nanyain Keysil!"

"Karena emang dia lebih baik dari lo!"Keenan membentak, untung saja dia tidak memukul seorang perempuan. "Seharusnya lo bersyukur punya adik kayak Keysil bukannya iri."

"Sampai-sampai lo jatuh cinta sama dia, begitu?"

Tatapan Keenan menajam seketika, kedua orangtuanya yang turut mendengar penuturan dari Reena sontak langsung terkejut.

"Jaga mulut lo!"Bentak Keenan.

Reena tersenyum meremehkan, "Lagian Keysil udah tahu."

Mata Keenan membelalak penuh mendengarnya,"Jangan bilang lo yang bilang."

"Dia udah masuk ke kamar lo kata bi Endang."

Dan kejadian itu pun berlangsung secepat kilat, Keenan keluar dan menutup pintu dengan keras membuat suasana pun kembali hening dan yang membuat Reena tersentak terkejut adalah saat ibunya menangis.

Ayahnya pun bergerak memeluk ibunya, mata Reena pun ikut berair melihat kejadian itu dan tak lama ia ikut terisak.

"Mama! Kenapa Reena harus hidup sekejam ini.."Lirihnya yang diriingi tangisan, "Kenapa Reena harus jadi orang jahat."

"Reena."Tegur ayahnya yang berusaha tetap tegar.

"Reena ga pantas dipanggil seorang kakak, dia terus manggil Reena dengan sebutan 'kakak', dia ga salah apa-apa.."

"Seharusnya Reena engga benci sama adik Reena sendiri.."Reena menangkup wajahnya dan menangis meraung-raung setelah itu, "Maaf Keysil.."

Reena sadar, semua yang ada ada di dalam diri Reena adalah sebuah takdir multak dari yang diatas. Seharusnya Reena memperlakukannya dengan baik sebagai seorang adik. Seharusnya Reena bangga punya adik yang begitu berbakat dan baik luar dalam dan kesalahan terbesarnya adalah iri.

Apakah kata 'maaf' akan memperbaiki semuanya? Ataukah Reena harus belutut? Jika dengan Keysil akan memaafkannya jika ia belutut maka ia akan melakukannya karena semuanya masih belum terlambat.

---------------

---------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reena.

Malam ini cuma mampu up 3😂

Di next chap nanti aku kasi full Keysil sama Aiden 😂😂

Mohon bintangnya karena itu sangat berharga buat penulis kecil-kecilan kayak aku, dan terimakasih sudah mau baca cerita aku.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang