34

16K 904 12
                                    

Keysil merasakan matanya sangat berat untuk dibuka, perlahan ia membukanya dan mengerjap untuk meoptimalkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Keysil merasakan kepalanya pening dan tubuhnya seakan remuk, ia mulai menggerakkan jarinya yang terasa disentuh oleh seseorang.

Keysil kebingungan melihat tempat yang tidak dikenalinya ini, Keysil menoleh ke samping dan ia menemukan Keenan yang ternyata mengenggam tangannya erat dan dapat dilihatnya ekspresi Keenan yang terkejut saat dirinya terbangun.

"Lo gapapa? Ada yang sakit?"

Keysil menggeleng lemah, "Aku dimana?"

"Rumah sakit, kata Reena lo jatoh gitu dari tangga."

Kepala Keysil pening bukan main, tak lama otaknya berputar membuat Keysil kembali mengingat kejadian tadi malam dimana Aldi masuk ke dalam kamarnya tanpa izin dan membuat dirinya terjatuh dari tangga.

"Lo cuma geger otak ringan, gapapa kok."Ujar Keenan lembut, "Reena beneran ga macam-macam kan?"

Keysil terdiam sebentar, "Kak aku mau cerita."

"Cerita aja Key, gue ada disini dan jangan takut."Keenan meyakinkan,"Setelah sesuatu ga boleh lo pendem, jangan jadi cewek yang sok baik buat nutupin kesalahan orang lain.

"Jadi aku harus jujur?"Tanya Keysil lemah.

"Iya, nutupin kesalahan orang ga buat lo tenang, jangan terlalu baik jadi orang."

"Aku mau cerita.."Cicit Keysil memegang perutnya, "Tapi lapar."

"Yaudah gue beliin makanan dulu."Keenan hendak melepaskan genggaman nya pada tangan Keysil namun adiknya itu menahan.

Keysil tersenyum lembut,"Semalam.. Pacarnya ka Reena namanya Aldi masuk ke dalam kamar aku, katanya dia mau cium aku dan pas aku kabur susu aku tumpah dah aku jatuh dari tangga."

Rahang Keenan menegang mendengarnya, "Gue jadiin ayam geprek nanti tu orang."

"Tapi dia ga dorong aku sama sekali."

"Iya tau, tapi dia masuk ke kamar lo tanpa izin kan."

"Kak Reena juga ga ada kaitannya.. Mungkin."

"Key, udah gue bilang jadi orang jangan terlalu baik kalau lo emang curiga sama Reena bilang aja jangan sok ragu layak gitu."Pesan Keenan melepaskan genggaman nya dan memberikan hp Keysil.

"Gue beli makanan dulu."Pamitnya membuat Keysil mengangguk.

Keysil memeriksa hpnya dan ia dibuat terkejut bukan main saat melihat 3 panggilan tak terjawab dari Aiden membuat senyumannya mengembang.

Keysil mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah sakit namun tak lama ia menjadi mengingat sesuatu, rumah sakit ini adalah rumah sakit yang ditempati oleh Aiden semalam.

Keysil mencoba mengingatnya lagi dan pandangannya terkunci ke tirai di sampingnya, ia mendengar sebuah petikan gitar.

Dengan berani Keysil menyibak tirai itu dan seusai dugaannya, Aiden ada disana dan cowok itu tampak sedang duduk sambil memetik gitar.

"Keysil?"Panggilnya tak percaya begitu juga dengan Keysil yang langsung berusaha untuk bersandar.

"Aiden kan?"

"Emang gue."

"Kamu udah sembuh?"Tanya Keysil.

Aiden mengangguk, "Besok udah boleh keluar."

"Kamu ga mau nanya kenapa aku disini?"

"Gue udah denger percakapan lo sama abang lo."

Keysil mengangguk mengerti, "Orangtua kamu udah datang?"

"Udah."Jawah Aiden singkat dengan masih menatap Keysil yang entah kenapa begitu enak untuk dipandang.

Tiba-tiba seorang perempuan yang terasa familiar oleh Keysil datang menepuk pundak Aiden, "Mama pulang dulu. Nanti kesini lagi."

"Hm."Gumam Aiden malas lalu perempuan itupun pergi setelah mengusap rambut Aiden lembut.

"Itu bukannya mamanya si Renaldo?"

"Emang."

"Kok bisa jadi mama kamu juga?"

Aiden mengangguk kecil, "Gue saudara sama dia, tiri maksudnya."

"Pantesan kalian ga akur, ini mengejutkan loh Ai."

Aiden terkesiap saat mendengar Keysil memanggilnya dengan sebutan Ai, dia suka dengan sebutan spesial itu.

"Kita akur kok dirumah, kamar kita sampingan."

"Terus kenapa suka berantem?"

"Tengik orangnya, suka ganggu gue dan mancing emosi gitu tapi cuma sekedar bercanda."

Senyuman Keysil mengembang, "Aku suka deh sama Aiden hari ini, ngomongnya lebih banyak dan santai. Jadi suka."

"Emang gue biasanya kayak gimana?"

"Kasar."

"Oh."

"Itu doang?"

"Terus mau apa lagi? Sewot banget lo."

Bibir Keysil mencebik, "Kumat kan."

"Gue ga bakalan ngulang ngomongin ini jadi lo harus pasang telinga baik-baik."Suruh Aiden tegas dan Keysil pun mengangguk antusias.

"Jangan sakit lagi."

Singkat, jelas dan padat sekaligus membuat hati Keysil berbunga-bunga.

Sedangkan Aiden merasa dia punya obat yang menarik disampingnya, senyuman Keysil, wajahnya yang cemberut dan keberadaan Keysil.

Aiden akui, dia tidak hanya sedikit tertarik namun memang tertarik.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang