6

21.3K 1.2K 8
                                    

Setelah Dendi mengucapkan visi misi nya akhirnya giliran Alex undian nomor 20, Alden merasa benar-benar terbakar saat menunggu, untung saja Dendi tadi meminjaminya payung selama 10 menit.

Tapi ujungnya diambil lagi.

"Saya Alex dari kelas 11-2, saya punya visi misi yang saya tanamkan dalam diri saya sendiri, saya ga bisa mengutarakannnya seolah-olah saya bisa membuat sekolah ini menjadi yang terbaik, bukan berarti saya tidak bisa tapi saya tidak bisa berjanji karena janji itu palsu."

"..... Kalau saya menjabat sebagai ketus osis saya bakalan traktir satu sekolah dan berusaha untuk membuat pada guru bangga dan membawa nama baik sekolah ini."

Setelah berpidato semuanya langsung bertepuk tangan meriah, Dendi bahkan sampai berteriak karena temannya itu sangatlah keren dalam berpidato berbeda dengan dirinya yang tidak jelas.

"Sebentar lagi si Alden, dah siap belum lo?"Tanya Alex menatap Alden yang kepanasan.

"Siap ga siap, ga maju juga gapapa."

"Kakau lo ga maju bakalan kita seret ke depan, gimana? Pilih salah satu."Ucap Dendi.

"Songong lu."Ketus Aiden mengibaskan seragamnya karena sudah sangat gerah ia langsung melepaskannya dan menyisakan kaos putih yang melekat ditubuhnya dan itu membuat cewek menjerit.

Aiden juga tak mengerti kenapa di sekolahnya banyak cewek mesum.

"Aiden!"Panggil seorang cewek dibelakangnya membuat Alden berbalik dan ia melihat cewek hangat baru saja memanggilnya itu tampak ngos-ngosan karena habis berlari.

"Mana payung gue?"Tanya Aiden.

Cewek itu menggeleng, "Habis."

"Terus kenapa lama?!"

"Gue ke toilet tadi."Geram cewek tersebut.

Aiden berdecih,"Duitnya mana?"

Cewek itu memberikan uang Alden 75rb, "Ongkir."

"Terserah."Ketus Aiden menyambar uangnya, mangkin lama mangkin banyak cewek mata duitan di dunia ini.

"Lo bisa ga sih lembut dikit sama cewek?"Alex geleng-geleng kepala.

Aiden menjawab,"Ga."

"Lo malem minggu jalan sama Lauren kemana? Kok malam banget baru pulang?"Tanya Dendi ke-3 kalinya karena sedari tadi Aiden tidak menjawab.

"Nemenin dia buat jengkol."Celetuknya asal.

Dendi menggeram, "Gue serius."

"Kita jalan, dia minta beliin baju buat lebaran ya gue beliin."

Mata Alex melotot,"Jadi kalian pacaran?"

"Engga lah, ogah amat lagian gue cuma mau cuci mata aja."Balas Aidenr kembali ngegas.

"Panas banget, sialan!"Erang Aiden mengibaskan kaos putihnya yang lagi-lagi membuat cewek teriak-teriak, perhatian separuh siswi ke arahnya karena mungkin dirinya lebih menarik daripada pidato didepan.

"Udah gerah, kalian pelototin lagi kayak mangkin gerah nih."Ucap Aiden pada gerombolan cewek yang menatapnya terang-terangan.

"Liat perut lo dong."Pinta salah satu siswi bernama Bianca.

Alden menatap cewek itu dingin, "In your dream."

"Lu kayak tersiksa banget deh, kita beliin payung diluar ya."Ujar Orlando yang mulai prihatin dengan sahabatnya itu.

Aiden mengangguk,"Pake duit lo aja."

"Tenang aja, gampang itumah."Balas Alex lalu pergi bersama Dendi.

Dilihatnya kedepan sudah kandidat ke 25 yang berpidato, dia terus saja membicarakan visi dan misinya dengan semangat sedangkan yang menyimak sudah layu.

Sama seperti dirinya.

Dia tidak yakin bisa bertahan sampai urutannya.

Mengesalkan.

Aiden mendengus sebal, ia melirik ke sekelilingnya dan masih ada para siswi yang menatapnya.

Tiba-tiba Aiden merasakan dirinya sedikit meredup, ia tidak merasakan sengitan matahari seperti sebelumnya, ia menatap bayangannya dan terlihat ada sebuah benda diatasnya.

Aiden menoleh dan disampingnya ada cewek yang memayunginya sambil berjinjit karena dirinya lebih pendek dari Aiden.

Mata cewek itu coklat, sama seperti dirinya.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang