68

14.4K 756 2
                                    

Mata Keysil mengerjap-ngerjap menatap Aiden yang membuka pintu balkonnya lalu berjalan menghampiri Keysil yang langsung menutupi sebagian wajahnya dengan selimut.

"Jadi ini yang namanya tidur?"

"Aku udah bangun.."Elak Keysil merasa malu setengah mati.

"Aku boleh masuk?"Tanya Aiden mencoba meminta izin.

Keysil tertegun sejenak, apa dia salah dengar?

Melihat Keysil yang tak meresponnya Aiden pun kembali bersuara, "Lo kenapa?"

Ahh.. Jadi dia hanya salah dengar.

"Aku ga enak badan."

"Serius? Gue cuma mau bilang kalau hal yang paling gue benci di dunia ini adalah kebohongan."

Lidah Keysil terasa kelu seketika, apa dia harus menceritakannya kepada Aiden? Tapi Keysil pun masih tidak begitu paham dengan permasalahan keluarganya saat ini, otaknya belum bisa memcerna semuanya dengan baik.

Jadi sebaiknya lain kali.

"Gigi aku sakit."Bohong Keysil.

Alis Aiden terangkat sebelah, "Kok bisa?"

"Ga tau, pas bangun ngilu gitu."

"Perlu obat?"

Keysil menggeleng.

"Mau gue temenin periksa?"

Dan Keysil kembali membalasnya dengan gelandang serta senyuman tipis, "Kamu ga ke sekolah?"

"Gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja."

"Aku baik kok."

"Jangan sarapan salad terus, kalau di sekolah acaranya udah selesai gue dateng lagi."

"Udah mau pergi?"

Tangan Aiden bergerak menggaruk tangkuknya yang sama sekali tak gatal, "Sebenernya gue udah ke sekolah tadi terus gue izin mau beli barang keluar padahal mau ngejemput lo."

"Kamu lupa jemput aku?"

"Kan ga terbiasa Key, pas liat temen gue yang pacaran baru ingat."

"Kamu lupa kita pacaran?"

"Bukan gitu."Balas Aiden terdengar gemas.

"Yaudah, sana pergi. Aku malu.."Ucap Keysil mangut-mangut.

"Malu?"

"Aku belum mandi, bahkan belum cuci muka sama sosok gigi."

Aiden terkekeh, "Kamu cantik kok, setidaknya dimata aku begitu."Setelah mengucapkan kalimat itu Aiden pun berbalik memuat Keysil merasa lega sedikit.

Namun Aiden kembali berbalik membuat Keysil kebingungan,"Aku mau ngasi sesuatu."

"Sesuatu?"

Tangan Aiden bergerak meraba kantong kemeja dan celananya tak lama dia pun menunjukkan arti sesuatu yang ingin dia tunjukkan.

Love sign.

Pipi Keysil langsung bersemu merah dan Aiden pun langsung melangkahkan kakinya lalu melompat kebawah, Keysil berharap kepala pacar pertamanya itu tidak patah.

Tak lama Keysil pun berguling-guling di tempat tidurnya dan memekik sendirian, Aiden memenuhi pikirannya saat ini sehingga ia lupa tentang masalahnya sejenak.

Akhirnya Keysil merasakannya, yang namanya jatuh cinta.

Dirinya bahkan tidak menyangka kalau rasanya semenyenangkan ini.

--------------

Ting.. Tong.. Tong.. Tong..

Keysil langsung turun saat mendengar suara bel dirumahnya, saat dirinya menjalani tangga ia melihat bi Endang terlihat menenteng sebuah kantong berwarna putih.

"Apaan bi?"

Bi Endang langsung menoleh, "Ada yang nganter pizza, kamu pesan?"

"Perasaan engga deh, apa aku lupa ya?"Gumam Keysil mencoba mengingatnya lagi, "Beneran engga kok."

"Ai.. Oposeh, orang nulis ga niat banget."Gerutu bi Endang ketika membaca sebuah sticky notes yang ditempelkan di luar kotak pizza tersebut.

Tangan Keysil terulur untuk mengambil kertas tersebut,"Liat bentar bi."

Dan tertulis di sana.

Ai.

Siapa lagi kalau bukan Aiden? Kesekian kalinya Keysil dibuat senyum-senyum sendiri hari ini.

Bel rumah Keysil kembali berbunyi membuat bi Endang meletakkan pizza nya di meja terdekat dan membuka pintu utama, saat pintu dibuka ada sosok Leo yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum ramah.

"Aku kesini mau ngajak kamu ke rumah aku, cuma mau ngenalin kamu ke orangtua aku kok."

"Bi Keysil udah bangun belo-"Keenan yang hendak keluar dari kamarnya langsung menghentikan ucapannya karena dia melihat Keysil dan Leo.

Keysil langsung melemparkan senyuman manis kepada Keenan, "Udah bangun kok."

Senyuman Keysil bahkan terlihat sangat alami tanpa dibuat-buat seolah-olah kejadian semalam sama sekali tak membebani pikirannya dan Keenan merasa lega untuk itu.

"Mau ngajakin lo belanja."Keenan berucap lagi.

"Gabisa, gue mau ngajak dia keluar lebih dulu."Sahut Leo.

"Gimana kalau kita barengan aja?"Tanya Keysil menatap Leo dan Keenan bergantian.

Tak ada yang menjawab.

"Kalau ga mau aku jalan sama Aiden aja."Ucap Keysil.

"Mau!"Seru Leo dan Keenan berbarengan, keduanya pun langsung melemparkan tatapan dengan pandangan yang seolah berkata Apa lo? Gue preman nih.

Sedangkan di sisi lainn tak ada yang menyadari jika Reena mengintip dari balik pintu kamarnya.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang