29

15.8K 883 7
                                    

"Cieee megangin tangan aku cie."Goda Keysil menggoyang-goyangkan tangannya yang sedang digenggam oleh Aiden tapi tak lama kemudian cowok itu langsung melepaskannya dengan sekali hentakan.

"Gamau yaudah, sewot banget."

"Mau kok! Bercanda doang, jangan marah-marah terus nanti meninggalnya cepet."

"Udah ga nafsu megang tangan lo."Ketusnya sembari memasuki mobil hitamnya tapi Keysil hanya berdiri di depan pintu membuat Aiden membuka jendela.

Keysil memasukkan kepalanya ke celah jendela, "Aku tunggu Keenan aja, ga enak naik mobil kamu."

"Sok-sokan pake ga enak lagi lo, naik cepet! Gue tarik nih."

"Nanti kotor."

"Bersihin lah kocak."

"Ga mau, aku tembus loh ini."

Aiden berdecak,"Pake dibilangin segala."

"Aku tunggu Keenan aja, kamu boleh duluan nanti jaket nya aku cuci pake pewangi tujuh saset."

"Masuk cepet, gue tabrak nih."

"Maksa amat, udah dibilang nanti kotor."

Aiden yang sudah tak mampu menahan emosinya langsung keluar dan membukakan Keysil pintu lalu mendorong cewek itu masuk ke dalam membuat Keysil langsung menjerit karena terkejut.

"Susah amat."Ucapnya masuk ke dalam mobil lagi dan memutar lagu yang dibawakan oleh Justin Bieber.

"Nanti Keenan kesini!"

"Bodo."

"Ai."

Tidak ada sahutan, Aiden hanya fokus menyetir.

"Aii."

"Aiden!"

"Manggil gue?"

"Iya, mau manggil siapa lagi?"

"Siapa tau lo ketemu orang yang ga kasat mata disini."Jawab Aiden santai sembari melirik cepat ke arah Keysil yang duduk agak miring, entah kenapa.

Aiden tak ingin bertanya tapi itu membuatnya risih.

"Lo bisulan?"

Keysil ternganga, "Enak aja, aku ga pernah bisulan ya! Jangankan bisulan, sakit gigi aja belum pernah."

"Terus kenapa duduk miring gitu?!"

"Takut nembus lagi dong, mangkanya belajar."

Untung saja dia tidak menampol cewek.

"Anterin aku ke rumah Laura aja, soalnya aku ada pemotretan dan malas pulang ke rumah."

"Rumah Laura dimana lagi?!"

"Santai dikit dong pak Ai, belok kanan terus lurus ada persimpangan belok kiri terus ada warung yang jualan maju dikit, pokoknya rumahnya warna putih."

"Iyain."

"Kamu ngerti?"

Aiden mengedikkan bahunya, "Gampang gitu kok."

"Padahal aku cuma bercanda, rumahnya sekitar 1km lurus aja yang warnanya Oren."

Aiden memejamkan matanya erat  menahan emosi, demi tuhan untung saja Keysil itu cewek.

"Ih permen disini kemana? Kok gilang? Perasaan masih banyak."

"Gue kasi ke maling."

"Oh, aku baru tau ada temen kamu yang namanya maling."

"Lo percaya? Padahal tadi gue boong."

"Dosa loh."

"Tau kali nyet."Ketus Aiden mendengus, "Tadi Dendi ambil semua buat calon pacarnya."

"Wah si Dendi ga modal ternyata."

Emosi Aiden mereda seketika tergantikan dengan rasa geli yang nyaris membuatnya tertawa, tapi tetap ditahannya.

The power of Aiden.

"Ai."

"Kak Aiden, mau ga nyanyiin aku satu lagu?"

Aiden menoleh, "Ogah."

"Yah kok gitu sih, kitanya kapan kencan nih?"

"Nunggu mimi peri tobat."

"Emang mimi peri kenapa? Mimi peri yang pacarnya Iqbal kan?"

"Iqbal siapa lagi! Lo ga nyambung amat di ajak ngomong."

"Maaf."

"Oh."

"Udah mau seminggu nih, masa kita gini doang ga ada perkembangan."Rengek Keysil seperti anak kecil, "Aku juga mau jalan sama pacar kayak yang lain."

"Mau kemana emang?"

"Mau nonton bioskop! Aku yang beliin tiket, makanan, minuman, bensin."

Aiden melirik sekilas, "Yakin?"

"Yakin kok! Mau pergi kapan?"

"Cek dulu tu duit, cukup kagak nanti malah kurang kan malu-maluin."

"Cukup kok, buat panggil penghulu juga cukup."Kekehnya, "Jangan geer loh ya!"

"Apaan dih, turun lo! Udah sampe noh."Suruh Aiden.

Keysil terkejut seketika, "Kok bisa tau?"

Entah karena Aiden jenius atau sejenisnya tapi siapa juga yang tidak tahu kalau ada palang nama Laura yang begitu besar di depan rumahnya.

Laura Olshop.

"Nanti aku pemotretannya sama Renaldo loh."

Aiden mengangguk, "Serah."

"Ga cemburu?"

"Hm."

"Kenapa ga cemburu?"

"Mau keluar sendiri atau gue tendang nih?"

"Keluar sendiri."Balasnya cepat setelah itu membuka pintu dak keluar, namun saat dirinya hendak menutup pintu tiba-tiba Aiden menahan pintu itu membuat Keysil menatap Aiden.

"Peringatan, jangan terlalu dekat sama Renaldo."

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang