51

15.9K 794 17
                                    

Keysil mengemaskan bukunya untuk besok yakni hari senin, dan Keysil tidak terlalu suka dengan hari senin kecuali libur.

"Ilang lagi kan."Dengus Keysil saat pulpennya di dalam tas, entah kenapa pulpennya selalu hilang tidak jelas tanpa sebab dan kalaupun kembali pasti dalam keadaan yang sudah tak layak dipakai.

Bagi kalian yang suka nyolong pulpen temen, tolong beli cuma seribu kok.

Keysil pun keluar dari kamarnya untuk membuat minuman hangat seperti biasa, saat dirinya keluar keadaan sangatlah hening.

Keysil tersenyum miris, apa ini yang dapat disebut sebuah keluarga?

Keysil sempat melirik ke arah kamar Keenan, satu-satunya tempat yang tak boleh ia masuk. Keenan selalu menguncinya jika pergi, kadang Keysil berpikir Keenan tidak menyembunyikan mayat kan dalam kamarnya?

Pintu utama pun terbuka menampilkan sosok Keenan yang baru saja masuk dan langsung tersenyum saat melihat Keysil yang berada di dapur.

"Dari mana?"Tanya Keysil pada Keenan yang terlihat lelah.

"Kuliah, mikirin tugasnya itu loh bise-bisa ngebuat ni rambut ngeriting sendiri."Celoteh Keenan menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Mau dibuatin minum?"

"Ga usah, gue udah minum banyak saking banyaknya udah kencing 6 kali bayangkan aja."

"Emang harus gitu ngebayangin abang kencing?"

Keenan pun terkekeh sembari melirik ke arah Keysil, "Tidur gih dah malem."

"Bang, masuk kamar abang boleh?"

"Mau ngapain?"

"Mau liat."

"Ga boleh."

Keysil langsung cemberut, "Bentar aja."

"Kamar gue berantakan, besok bibi udah kerja lagi kalau udah dibersihin lo boleh masuk."

"Beneran!"Seru Keysil terlihat histeris karena dia penasaran setengah mati dengan isi kamar Keenan.

Di detik berikutnya pintu utama kembali terbuka dan kali ini Reena yang masuk, pakaiannya begitu terbuka yang terlihat kekurangan bahan karena sobek sana sini, dibelakang Reena juga terlihat ada Leo yang memakai kaos biasa dan celana jeans koyak.

Memang pasangan penggemar barang sobek.

"Makasih udah nganterin aku, mau mampir?"Reena menawarkan pada Leo.

"Ga usah, aku pulang dulu."Pamit Leo lalu pergi, setelah itu Reena pun langsung menutup pintu.

"Keysil lo besok ada pemotretan?"Tanya Reena duduk di dekat Keenan.

Keysil mengangguk sebagai jawaban, "Kenapa?"

"Kata mama gue disuruh kesana, gue juga bakalan jadi model."

"Oh gitu."

"Gue berharap lo ga bakalan sok akrab sama gue, walaupun mungkin sebagian dari mereka tau kita saudara tapi lo harus tetap pura-pura ga kenal sama gue karena gue juga bakalan ngelakuin hal yang sama."Ucap Reena menekankan kata Saudara.

"Okedeh gue juga ga bermaksud mau sok akrab."

Mata Reena yang hitam karena makeup menatap Keysil tajam, "Tidur sana! Lo tu ngerusakin pemandangan tau ga."

"Reena."Keenan menggeram.

"Kenapa mau dibelain lagi hah?"

"Iya."

"Lo ga sadar apa?! Keysil yang ngebuat hubungan kita renggang kayak gini! Keysil yang buat mama sama papa ga pernah tidur di rumah lagi! Keysil yang buat orangtua kita berubah! Kita ga bodoh, Kee. Mama sama papa sok sibuk masing-masing padahal tujuan utama mereka adalah saling menghindar!"Bentak Reena murka.

"Terus hubungannya sama Reena apaan?! Dimana letaknya dia?!"

Reena kembali menatap Keysil yang diam dengan tajam, "Dulu gara-gara papa marah sama mama karena ga dagang ke undangan sekolahnya Keysil, kedua papa marah sama mama yang terlalu ngekang kehidupan Keysil mulai dari pola makannya dan yang lain-lain, semenjak itu lo sadar kan kalau hubungan papa sama mama renggang."

"Gue benci sama dia! Seharusnya dia ga lahir di dunia ini! Gue selalu kasar sama dia dan lo selalu aja menangin dia dan sekarang apa jadinya?! Kita beetegur sapa pun enggan!!"Teriak Reena berdiri lalu mencakar wajah Keysil dengan kuku mautnya namun yang Keysil lakukan hanya terdiam.

Keysil merenungkan kesalahannya, apa dirinya memang sebuah kutukan? Apa sesuai perkataan Reena baru saja seharusnya dia tidak lahir di dunia ini?

Keenan yang melihat itu lantas menarik Reena menjauh dan memeluk Keysil erat, "Sekali lagi lo nyerang Keysil gue ga bakalan diam."

"Gue bakal berhenti benci sama dia kalau keluarga kita kembali akur, cuma itu."Desis Reena dengan mata yang seolah mengeluarkan api itu,"Kalau mama sama papa sampai cerai! Bakalan gue bunuh tu Keysil."

Reena merampas gelas yang ada di dalam genggaman Keysil lalu melemparkannya ke lantai membuat gelas itu hancur berkeping-keping. "Gue bakalan keadaan dia sama kayak tu gelas! Hancur!"

"Dan gue tau lo juga benci sama gue karena hal yang lain Re."Ucap Keysil pelan memberanikan diri menatap Reena yang masih mengatur nafasnya agar teratur, "Lo iri sama gue."

"Apa?!"

"Lo iri gue bisa jadi model, lo iri gue cantik walaupun lo juga cantik, lo iri semua pacar lo ngelirik gue dan berpindah haluan saat bertemu gue, lo iri saat mama selalu perhatian sama gue, lo iri saat papa bersikap lembut sama gue, lo iri gue punya Keenan yang selalu ngelindungin gue."Ucap Keysil.

"...Kecantikan, pekerjaan, dan pacar semua bisa gue lepasin biar keluarga ini kembali akur."

Reena tersenyum meremehkan mendengarnya, "Keluarga ini bakalan akur kalau lo ga ada, jangan sok tau segalanya deh lo."

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang