67

13.8K 718 4
                                    

"Kemasin baju kamu Key, sekarang."Suruh Leo membuat Keysil tersentak kaget, jadi dirinya benar-benar akan meninggalkan keluarga ini?

Tidak.. Keysil belum siap, seburuk apa kelakuan Reena dan ibunya terhadap dirinya, mereka tetaplah keluarga Keysil. Mereka menampung Keysil belasan tahun lamanya, dan Keysil tidak bisa pergi begitu saja.

Keysil sudah terbiasa dan terus bersabar menghadapi perilaku kakaknya dan ibunya, presetan dengan kelakuan mereka terhadap dirinya tapi Keysil benar-benar menyayangi kedua orang itu.

"Aku.."Keysil menggantung ucapannya, "Ga bisa."

"Keysil!"Tegas Leo.

"Seburuk apapun mereka memperlakukan aku tapi aku ga pernah berkepikiran untuk ninggalin mereka terkecuali memang mereka mau ngusir aku.. Selama ini aku cuma punya mereka."

Leo memijit pelipisnya,"Keysil.. Reena udah nyakitin kamu selama ini dan tante Natali juga ga pernah terima kalau kamu masuk ke dalam keluarga mereka."

"Aku tau.. Tapi aku punya Keenan sama papa di keluarga ini, seburuknya mereka memperlakukan aku, aku masih disekolahin, dikasi baju, dikasi makan dan dikasi tempat tinggal yang layak."

"Kalau kamu ikut aku kamu bakalan dapat semuanya, bahkan kasih sayang dari seorang ibu yang ga kamu dapetin dari tante Natali bakalan kamu dapetin kalau ikut sama aku."

Keysil menggeleng cepat, ini semuanya tidak benar. Entah kenapa hatinya terasa begitu berat untuk pergi meninggalkan keluarganya ini. Dia tidak pernah membenci ibunya dan Reena sampai berkepikiran untuk meninggalkan mereka.

"Aku mau tetap disini aja."

"Ga usah maksa."Tegas Keenan melemparkan tatapan yang mengintimidasi ke arah Leo.

Leo pun akhirnya mengalah dan mengangguk Keysil, mungkin Keysil masih shock saat ini dan berubah pikiran besok hari.

"Aku datang lagi besok."

"Hati-hati.."Pesan Keysil memandangi punggung Leo yang akhirnya menghilang dibalik pintu.

Perlahan Keysil mengalihkan pandangannya ke arah Keenan yang ternyata sedang menatapnya dengan terang-terangan.

Keduanya terdiam karena canggung.

Tak lama bi Endang pun datang sambil membawa tiga gelas minuman dan meletakkannya di meja lalu ia duduk di samping Keysil, menggantikan posisi Leo yang tadi.

"Minum dulu.."Ucap bi Endang lembut.

Keysil pun baru sadar kalau minumannya sudah habis, dan dia pun langsung menyesap minuman yang disajikan oleh bi Endang.

"Semua pilihan ada di tangan kamu nak, sekarang saudara kamu sudah hadir di depan mata dan ngulurin tangannya buat ngajak kamu pergi ke tempat yang lebih baik."

"Tapi nak.. Kalau kamu berkepikiran Reena itu benci sama kamu, kamu salah besar. Di dalam kamar Reena banyak tersusun foto polaroid kayak di kamar Keenan dan sebagain yang di tempel sama Reena adalah foto kamu dan dia sejak kecil.."

Keysil tertegun mendengarnya, Reena melakukan itu..?

"Kalau bibi ga salah liat dia juga punya buku diary yang tulisannya 'Reena dan Keeyna.', tapi karena bibi ga ngerti ya bibi biarin aja tapi bibi baru sadar kalau 'Keeyna' itu tertuju sama kamu."

Sontak Keysil pun menoleh ke arah Keenan yang ikut mendengarkan.

"Lebih baik kalian tidur dulu lagipula ini udah jam 1 malam, besok diperbincangkan lagi."Saran bi Endang.

Keenan pun berdiri namun Keysil langsung menarik ujung bajunya sehingga membuat Keenan menoleh kebingungan.

"Temenin."Rengek Keysil, jika Keenan tidak menemaninya Keysil tidak yakin bisa tidur di jam seperti itu.

Bi Endang yang melihatnya hanya dapat tersenyum lembut.

--------------

"Keysik, ga bangun nak?"Tanya bi Endang menyingkap tirai dikamar Keysik sehingga membuat cahaya pagi menerobos masuk ke dalam kamarnya.

Keysil mengangguk lemah, "Aku mau bolos hari ini."

"Yaudah, istilah aja."

Keysil meraba-raba tempat tidurnya dengan mata tertutup dan setelah mendapatkan barang yang dicarinya mata Keysil langsung terbuka dan dia dapat melihat hpnya yang sudah ada di dalam genggamannya.

Dengan mata yang masih menyipit Keysil membaca notif yang masuk satu persatu dan matanya membelakak seketika saat melihat ada 10 panggilan tak terjawab dari Aiden pagi ini.

Dan yang membuat Keysil kembali terkejut adalah ternyata Reena menghubunginya juga sekitar jam 3 subuh.

Keysil pun menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan melihat ke arah nafasnya, sebuah senyuman tipis terbit di bibirnya saat melihat ada cpppucino panas disana dan Keysil pun langsung meraihnya dan meminumnya.

Keysil mengikat rambutnya dan ke kamar mandi untuk membersihkan mukanya setelah itu ia kembali ke kamar dan mengemaskan tempat tidurnya karena dia tidak bisa besantai-santai di tempat tidur jika tempat tidurnya berantakan ataupun kotor.

Pintu kamar Keysil terbuka dan menampilkan sosok bi Endang yang nyongol disana, "Pacar kamu datang."

"Pacar?"

"Iya, katanya dia pacar kamu, siapa ya namanya.. Al.. Ai.. Sarden atau apalah."

"Aiden bi."Keysil membenarkan.

"Oalah iya, Aden."

"Aiden bi."

"Oh.. Aiden hehe."Bi Endang pun cengebgesan membuat Keysil terkekeh kecil.

"Bilang aja kalau aku masih tidur bi."Pesan Keysil yang langsung disambut anggukan oleh bi Endang.

Keysil tentu saja tidak bisa bertemu dengan Aiden dengan keadaan matanya yang sembab dan membengkak saat ini, bisa-bisa ia langsung diputuskan.

Brakk.

Mata Keysil melotot seketika, ia melihat ke arah balkonnya dan disana ada Aiden yang tampak terengah-engah.

Jangan bilang kalau Aiden baru saja  memanjat?

-------------

Maaf.

Aku up besok lagi ya 3 chapter.

Mohon votenya.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang