89

11.7K 651 0
                                    

"Gimana kalau gue antar pulang dulu Key?"Tanya Renaldo pada Keysil yang terlihat melamun dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Key?"Panggil Renaldo kembali karena tak dapat respon dari Keysil.

"Keysil! Bangun woi!"Sentak Selena membuat lamunan Keysil pecah seketika.

"Maaf, gue ngantuk."Ucap Keysil pelan, dan itu jelas kebohongan karena dirinya masih terlihat cukup  segar saat ini.

Renaldo menyentuh pundak Keysil pelan, "Mau gue antar?"

"Aiden taik emang, nomornya kagak aktif."Gerutu Alex sambil memegangi hpnya dengan kesal.

"Lo udah pamit sama orangtua lo?"Tanya Renaldo lembut kepada Keysil.

"Udah, kalau belum gue ga bakalan masih disini."

"Mau gue anter ga?"Tanya Renaldo kembali menawarkan.

"Renaldo antar Keysil aja, temennya biar kita yang antar."Ucap Alex memasukkan hpnya ke dalam saku celana, ia sudah lelah menghubungi Aiden untuk ke 69 kalinya, jika dibiarkan lama-lama hpnya bisa sue.

"Ga sopan bawa pulang anak orang subuh kayak begini, kalian bertiga tidur saja di kamar Aiden. Besok baru pulang."Ucap kakek Aiden.

"Ada benernya juga."Bisik Laura.

"Kalau ada apa-apa teriak aja."Kata Renaldo tersenyum ke arah Keysil yang terlihat masih sedikit murung.

Keysil, Selena dan Laura pun melangkahkan kaki mereka menaiki tangga. Di lantai atas hanya ada dua kamar dan dipintunya sudah diberi nama, kamar di kanan adalah milik Aiden sedangkan di kiri milik Renaldo.

Selena yang sudah mengantuk berat langsung membuka kamar Aiden, seolah tersihir rasa kantuk gadis itu langsung lenyap ketika melihat kamar Aiden yang begitu keren.

"Kalau gue jadi Aiden mah bakalan betah di kamar 24jam."Kagum Selena.

Kamar Aiden terlihat sangat rapi untuk ukuran seorang laki-laki, ada 3 komputer yang mengisi kamar tersebut dan beberapa perabotan lainnya.

Keysil yang juga merasa lelah langsung merebahkan tubuhnya di kasur milik Aiden yang seprainya bermotif realmadrid.

Mata Keysil menyapu sekitar ruangan tersebut, matanya terhenti di satu titik dimana ada sebuah lukisan yang masih berada di papan lukisan. Keysil bergerak mendekati lukisan itu dan dugaannya benar.

Lukisan itu adalah dirinya.

Air mata yang sedari tadi Keysil tahan akhirnya lolos begitu saja, kali ini rasa sakit di hatinya bertambah dua kali lipat. Lukisan itu menampilkan sosok dirinya yang tertawa lepas membuat tangisan Keysil semangkin menjadi-jadi ketika melihatnya.

"Biarin."Cegah Selena pada Laura yang hendak menghampiri Keysil.

Karena semua orang punya ruang untuk dirinya sendiri, ruang dimana dirinya bisa tersenyum, menangis, dan berteriak tanpa meperdulikan orang lain karena ruang itu hanyalah miliknya.

Dan saat ini Keysil sangat membutuhkan ruangan tersebut.

-----------------

Double up.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang