24

16.6K 895 17
                                    

Keysil.

Jadi.

Taruhan.

Dan disinilah Aiden, ikut berpartisipasi dalam acara kecil-kecilan yang dapat merusak bangsa tentunya.

Aiden tak membongkar identitasnya tentunya, ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang melindungi kemeja nya di dalam, ia memakai helm hitamnya dan meminjam motor milik seseorang.

Aiden melihat ada sekitar 8 orang yang berpartisipasi termasuk dirinya karena peserta nya dibatasi, masih ada beberapa orang yang menonton di tepi jalan karena terlambat datang alhasil tidak bisa ikut.

"Siap-siap.."Inruksi Rival yakni otak utama dari acara ini.

"1...2...3.. Gas!"

Aiden langsung menancap gas secepat kilat seperti orang kesetanan, dengan lihainya ia menyerempet motor yang lain agar tidak bisa mendahului dirinya.

Aiden yang berada di posisi kedua kembali memfokuskan diri sembari mempercepat laju kendaraannya, ia berhasil setelah menyerempet motor posisi nomor 1.

Alhasil Aiden sekarang memimpin, jarak 1km hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk sampai. Sesampainya di depan gerbang yang masih terganga lebar Aiden yang sudah meraih posisi pertama tiba-tiba terjatuh karena seseorang menerpa motornya.

Sabar.

Aiden bangkit sembari menahan rasa sakit di kakinya, ia membuka heknnya yang membuat semua orang langsung terkejut.

Apalagi orang yang baru saja menendang motornya dengan berani.

"Lo yang nendang gue, ada masalah?!"Bentak Aiden mulai emosi kepada Dilan yang juga satu anggota futsal dengannya.

Dilan hanya berdeham, "Maaf gue kira lo tadi siapa."

"Kakau kaki gue putus emang lo mau ngegantinya sama kaki lo?!"Aiden kembali ngegas.

Dilan tak berani melawan bukan karena dia lemah tapi karena dia tidak ingin berkelahi dengan anggota yang satu tim dengannya apalagi kemampuan bela diri Aiden tidak bisa diragukan lagi.

"Sabar Den."Rival memegang pundak Aiden mencoba menenangkan temannya itu.

Aiden menepis tangan Rival dengan  kasar, "Terus maksud lo apaan jadiin Keysil sebagai taruhan?"

"Den.. Itu cuma buat seneng-seneng."

"Kalau begitu kalau gue ngadu sama guru tentang masalah ini, gue boleh dong bilang kalau itu cuma seneng-seneng?"

Rival menghela nafasnya, "Sejak kapan lo main adu kayak gini? Kita udah janji buat jaga rahasia sesama teman."

"Tapi ga pacar gue juga yang lo jadiin bahan berncandaan!"

"Terus harus mba kantin gitu?! Lo pikir seru?"

"Sekali lagi lo begini gue ga bakalan segan-segan ngasi sangsi."Ancam Aiden membuat Rival mengusap wajahnya gusar.

Tangan Rival terulur ke arah Aiden, "Maaf.. Seharusnya gue ga ngenganggu Keysil, setidaknya sampai 3 bulan kedepan."

Aiden membalas uluran itu singkat,"Awas lo ingkarin."

Rival mengangguk mengerti.

--------------

"Woi! Atas kemenangan si Aiden yok gue traktir!"Seru Dendi berteriak di dalam kelasnya yang masih belum dimasuki oleh guru.

"Yuk."Sambut semuanya membuat Dendi berpikir dua kali, kalau satu kelas yang ia traktir dia bisa langsung bangkrut mendadak.

"Ga jadi deh, gue lupa ikan gue ngajakin berenang."Kekeh Dendi menarik ucapannya kembali.

"Kaki lo luka tuh."Ucap Alex pada Aiden yang sedang berbaring di meja.

"Salut gue sama mahabrata yang satu ini, kemarin sok-sokan ga peduli eh ternyata peduli juga."Sahut Dendi memancing Aiden agar berbicara.

Alex hanya terkekeh kecil mendengarnya, ia menoleh ke arah pintu dan menemukan Keysil disana. Axel berdeham dan beranjak berdiri lalu menghampiri Keysil.

"Keysil? Kenapa?"

"Mau ketemu Aiden."Jawab Keysil tersenyum kikuk.

Alex menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Soal kemarin maaf ya."

"Pengen marah sih tapi kalau marahnya ke kak Alex kan ga guna juga."Alex terkekeh mendengar jawaban super jujur dari Keysil.

Benar kata Dendi, Keysil itu kelewatan polos.

"Gue panggilin Aiden dulu."

"Sekarang?"

"Ya iyalah, ga lama kok jadi jangan kangen."Goda Alex seraya masuk kembali ke dalam kelasnya, bukan Alex namanya kalau tidak bisa menggoda siswi di sekolah ini.

Siapapun yang bertemu Alex pasti akan klepek-klepek karena godaaanya, mungkin Keysil juga begitu disana.

"Aiden, Keysil noh manggil."

Mata Aiden langsung terbuka, ia merubah posisinya menjadi duduk.

"Ngapain?"

"Mana gue tau."

Aiden pun turun dari meja dan berjalan ke arah pintu, ia menemukan Keysil yang langsung tersenyum saat menyambut dirinya.

"Kak Aiden ga bolos?"

Aiden menggeleng, "Kaki gue sakit, jadi ga bisa manjat."

"Aku denger dari kak Rival pas di toilet, katanya kakak yang buat taruhan itu batal."

"Rival?"

"Iya, kak Rival."

"Oh."

"Makasih loh."

"Hm."

"Sesuai janji aku, kakak boleh minta apa aja kalau bisa bantu aku, aku juga udah rela kalau kakak minta putus, aku cuma ngerepotin kan?"

Aiden berdeham, "Siapa bilang taruhannya batal?"

"Maksudnya?"Tanya Keysil tak konek.

"Gue ga pernah ngebatalin tu acara, dan karena gue menang pas balapan berarti gue boleh cium pipi lo?"

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang