21

16.6K 907 31
                                    

"Terserah."Itulah jawaban Alden yang singkat, jelas dan padat.

"Alden stopp!"Perintah Keysil tiba-tiba membuat Aiden reflek mengerem mendadak.

"Tunggu gue."Perintahnya lagi," Maksudnya aku."sembari melepaskan seatbelt lalu turun dari mobil, Aiden melihat Keysil menghampiri sebuah tempat jualan hewan dan memperhatikan ayam warna-warni di tempat tersebut.

Tak lama Keysil datang lagi tanpa membawa ayam itu.

"Aiden.."Keysil mengetuk jendela dan Aiden pun membukanya.

"Jadi aku tadi pagi kan dimarahin mama.. Jadi uang jajan aku kan udah aku beliin bakso dan.."Keysil menggantung ucapannya, tak berani mengatakannya.

Alis Aiden naik sebelah, "Apa?"

"Minjam anunya boleh?"

"Apaan?"

"Minjem duit."Jawabnya cepat.

"Oh, disana bisa pake kredit?"Tanya Aiden yang membuat Keysil ingin menendangnya ke Korea Selatan saat itu juga, sejak kapan tempat kecil seperti itu bisa melakukan pembayaran menggunakan kredit.

Aiden mengeluarkan uang 100ribunya dan memberikan Kepada Keysil, "Ganti jangan lupa."

Karena sepanjang sejarah uang Alden tidak pernah diganti saat Alex dan Dendi pinjam, Aiden menang tidak menagihnya tapi kalau kedua sahabatnya itu menganggap Aiden lupa itu adalah salah besar.

------------

"Bang beli anak ayamnya."Melihat anak ayam yang semok-semok berwarna biru, pink, hijau, oren, ungu. Jadi geram.

"1 berapa?"Tanya Keysil.

Abang itu menjawab sambil mengipaskan topinya, "5000 aja, beli 50 butir saya kasi diskon 10% jadi 240ribu."

"Kebanyakan, aku mau beli 5 aja yang biru, pink, merah, hijau sama ungu."Ucapnya memberikan uang pinjaman yang berwarna merah.

-------------

"Alden, lucu ya."Kekeh Keysil sembari duduk setelah membuka pintu, ia langsung memberikan kembaliannya sembari mengelus anak ayam yang semok-semok itu.

Aiden tak merespon.

"Kok ga maju?"Tanya Keysil merasakan mesin mobil Aiden tak kunjung hidup.

"Lo tau ga sih itu bahaya?"

Keysil yang sedari tadi fokus menatap anak ayamnya langsung menoleh ke Alden, "Maksud kamu? Bahaya gimana? Ga gigit kok."

"Itu anak ayamnya diwarnain pake bahan pewarna tekstil yang jelas-jelas ga baik buat tubuh si ayam, dia bakalan lemes dan mati lebih cepat gara-gara dikasi pewarna kayak gitu, masih suka main gituan?"Tanya Aiden meninggikan suaranya membuat Keysil terdiam, ia juga pernah mendengarnya resiko ayam yang diberi warna.

Tapikan gemesin.

"Gue juga gemes, tapi ga suka aja ngeliatnya menderita. Beli yang polos aja kenapa sih."

"Terus kamu mau aku buang ni ayam?"

Aiden mendengus, "Kapan gue bilang gitu?"

"Ga tau."

"Lo pelihara aja sampai mati kemungkinan besok, habis itu jangan beli yang kayak gitu lagi. Buang duit lo."

"Iya, tapi kita nonton ya?"

Dan itu lagi yang dibahas oleh Keysil.

"Lo ga pernah nonton bioskop? Norak banget kayaknya."

Keysil menggeleng,"Aku baru dua kali kesana terus minggu ini ada film baru! Nonton yuk."

"Lo yang beli tiket."

"Tapi kamu bakalan pergi kan?"

"Lo yang beli makanan, minuman, uang bensin."

Keysil lagi-lagi mengangguk, "Siap."

Aiden hanya menghela nafasnya seraya menghidupkan mesin mobilnya dan meninjak pedal gas.

"Kamu ga laper?"Tanya Keysil tapi Aiden malah diam dan menghidupkan lagu seolah tidak ingin mendengar celotehan dari Keysil.

"Haus ya, panas."Gerah Keysil.

"Aiden?"Panggilnya, tapi lagi-lagi diacuhkan.

Mata Keysil berbinar kala melihat bungkusan permen milik Aiden di depannya, "Wah ada permen! Minta ya."

"Iya Key ambil aja."Bukan Aiden yang menjawab melainkan dirinya sendiri yang meniru suara berat Aiden.

"Aiden, kalau udah sampai nanti kan gue ngambil duit tuh, terus temenin beli eskrim korea ya."

"Hm."

Akhirnya.

"Kamu ga hobi ngomong ya? Kok betah banget gitu, biasa ketus, biasa diam terus, biasa perhatian, kamu itu kayak apa yaa.."Keysil mencoba memikirkan kata yang pas untuk menjuluki pacarnya itu.

Tak ada respon.

"Aiden!"

"Iya, sayang?"

Anjing keceplosan.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang