61

15.6K 877 30
                                    

"Aku cantik banget disini.."Gumam Keysil seraya menunjuk lukisan yang berada di hadapannya sekarang dengan tatapan kagum. Saat ini mereka kembali ke aula karena Keysil yang ingin melihat lukisan itu lagi.

Aiden melirik Keysil, tanpa ia sadari sebuah senyuman tipis menghiasi wajah tampannya. "Suka?"

Tatapan Keysil beralih ke Aiden dan dirinya langsung mengangguk. "Aku lebih suka lukisan ini daripada akunya sendiri saking bagusnya."

"Lo yang tetap terbaik lah."Puji Aiden yang entah kenapa lidahnya serasa kelu untuk ber 'aku-kamu', mungkin tidak sekarang lagipula Keysil tidak menuntutnya ataupun memang belum.

Suasana aula sekarang sangatlah sepi karena acara sudah selesai dan akan dilanjutkan besok, Aiden menatap wajah Keysil yang masih menatapi lukisan tersebut. Melihat respon Keysil terhadap lukisan itu membuat Aiden rasanya ingin jungkir balik dihadapan Renaldo.

Aiden mengenggam kertas yang ia pegang sedari tadi, sedangkan Keysil yang menyadari pergerakan Aiden langsung menoleh.

"Itu apa?"

Mata Aiden mengerjap, "Apa?"

"Yang kamu sembunyiin dibelakang."

"Apaan?"Aiden balik bertanya sambil melirik ke sekelilingnya seolah ikut mencari.

"Jangan bohong, nanti aku minta putus loh ini."

"Bukan apa-apa, ga ada kok."Elak Aiden namun tiba-tiba Keysil bergerak dengan cepat menarik kertas tersebut dari tangan Aiden dengan satu kali sentakan dan sekarang Keysil menatap Aiden seperti seorang istri yang menangkap basah suaminya.

Keysil membaca kertas itu dan membelalak. Isi kertas itu semuanya adalah kata yang Aiden ucapkan  melalui sound system tadi, sama persis. Dari awal sampai selesai.

"Keysil.."

"Siapa yang kasi kamu ini?"Tanya Keysil menggoyangkan kertas tersebut.

"Gue malu Key, udah siniin kertasnya."

"Kenapa harus malu?"

"Ya malu lah! Masa mau nembak cewek harus pake kertas gituan segala."Balas Aiden dengan nada yang terdengar merajuk.

"Siapa dulu?"Tanya Keysil penasaran.

Aiden pun pasrah dan menghela nafasnya. "Renaldo, tapi ga semuanya gue ikutin kok, ada yang tadi gue omongin murni dari kepala gue."

"Renaldo keren ya bisa buat beginian! Kalau kamu tau kata-kata kayak gini bisa buat sebagian kaum hawa baper dan termasuk aku, ngena banget kata-katanya."

"Keysil, lo pacar gue loh sekarang. Ga usah genit lagi sama cowok, dan tadi itu siapa lagi cowok yang dilapangan yang rambutnya pirang ga jelas dan orangnya tinggi kayak tiang listrik, mana kurus lagi."Celoteh Aiden panjang lebar dan ini untuk pertama kalinya Keysil mendengarkan Aiden protes sepanjang itu.

"Namanya Leo, pacarnya ka Reena."

Aiden mengangguk kecil, jauh di dalam lubuk hatinya mendengar pernyataan Keysil sama sekali tidak membuatnya lega, bukan berarti pacar Reena tidak bisa mempunyai perasaan lebih dengan Keysil bulan?

"Mereka bakalan tunangan habis lulus, jadi ga usah mikirin yang engga-engga."

"Tunggu! Jadi dia cowok yang masuk ke dalam kamar lo?"Tanya Aiden memanas mengingat Keysil yang pernah masuk ke rumah sakit bertepatan dengan dirinya.

"Kamu tau?"

"Tahu dong, gue denger obrolan lo sama abang lo."

Bibir Keysil mencebik, "Pacar ka Reena banyak dan bukan Leo yang masuk ke dalam kamar aku tanpa izin yang buat aku masuk ke rumah sakit."

"Ga usah bohong."

"Suer, demi Cha Eunwoo yang manisnya tiada daya."

"Siapa tuh?"

"Artis korea, ganteng apalagi pas lagi senyum."

Aiden berdecih mendengarnya, "Lo ga pengen liat gue senyum?"

"Emang bisa?"

"Liat ya, ini cuma bakalan berlangsung beberapa detik dan lo ga boleh ketinggalan."

Keysil mengangguk dengan antusias dan tak lama ia melihat Aiden tersenyum secepat kilat nyaris membuat jantung Keysil melompat dari tempatnya.

Ya tuhan.. Kenapa Aiden bisa begitu tampan?

Warna bola matanya sangat indah, buku matanya tebal, mukanya putih, bibirnya kissable, perutnya kotak-kotak dan sexy.

Mengingat dirinya sekarang sudah menjadi pacar Aiden membuat Keysil nyaris saja salto, tapi dia masih mempunyai urat malu.

"Ai."

"Iya, sayang?"

Kali ini bukan keceplosan.

Senyuman Keysil mengembang melihatnya mendengarnya, walaupun ini bukan yang pertama kalinya Aiden memanggil Keysil dengan sebutan sayang.

"Jadi Laurent kamu kasi bunga tapi aku engga."

"Hampir aja lupa."Aiden beranjak berdiri dari posisi duduknya dan mengambil sesuatu dibelakang papan lukisan yakni gulali yang berbentuk love dan bintang yang masih berada di dalam kemasan katun upin-ipin.

Keysil tak mampu menjabarkan perasaannya dengan kata-kata saat melihat makanan kesukaannya selain salad diberikan oleh Aiden, Keysil bahkan tidak tahu ada bentuk love pada permen gulali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keysil tak mampu menjabarkan perasaannya dengan kata-kata saat melihat makanan kesukaannya selain salad diberikan oleh Aiden, Keysil bahkan tidak tahu ada bentuk love pada permen gulali.

"Kata Renaldo ga semua cewek selain bunga dan sebagian besar cewek itu lebih suka makanan dibanding bunga. "Tutur Aiden,"Tapi kalau menurut gue, tadi gue mikir aja. Kalau bunga cuma bisa buat dipajang alhasil gue beliin makanan bentuk lucu kayak gitu."

"Lucu, jadi ga rela kalau diggit."

Aiden tertawa mendengarnya, Keysil langsung terpana melihat tawa pacarnya itu yang begitu memabukkan.

"Makan aja semua kalau habis gue beliin yang baru, kalau perlu pabrik gue beli."

Keysil terkekeh mendengarnya dan ia mulai memakan permen kapas itu, yang sama sekali tidak begitu  membuatnya kenyang namun mampu membuatnya ketagihan.

"Gue mau minta izin."Ucap Aiden memperhatikan Keysil yang langsung membalas tatapan Aiden, tatapan Keysil mampu membuat tangan Aiden gatal untuk mencubit pipi cewek itu.

"Gue boleh pake 'aku-kamu' ga?"

-----------------

Mau double up tp udh ngantuk karena habis jalan, besok siang aku post yang 52!

Mohon votenya karena itu sangatlah berharga buat penulis kecil-kecilan kayak aku.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang