26

17K 839 3
                                    

"Kebetulan ketemu.."Ucap Renaldo tersenyum manis ke arah Keysil dan menghampiri cewek itu dengan tangannya yang dimasukkannya ke dalam celana.

"Nyari gue?"Tanya Keysil terasa canggung dengan panggilannya, seharusnya ia menggunakan 'aku-kamu' karena Renaldo adalah rekan kerjanya.

Renaldo mengangguk lalu memberikan secarik kertas pada Keysil, "Perubahan jadwal."

"Kesini cuma mau ngasi ini?"Tanya Keysil menerima kertas itu.

"Engga, mau liat lo juga."

Keysil tidak mengerti.

"Makasih."Balas Keysil mengangkat secarik kertas itu.

"Sekolah gue pulang awal, karena gabut malas pulang jadi kesini."Ucapnya melirik sepintas ke arah Aiden yang sekarang sudah terang-terangan menatap mereka.

Keysil mengangguk menandakan dirinya mengerti, "Yaudah kalau gitu.. Gue mau makan dulu."

"Boleh gabung?"

"Boleh lok."Bukan Keysil yang menjawab melainkan Laura yang tiba-tiba sudah datang, Keysil dapat melihat di kening Laura yang dibeeinya plaster tapi tidak terdapat luka apapun disana.

Keysil bersama Selena langsung duduk di tempat yang kosong diikuti oleh Renaldo, Laura dan teman Renaldo yang terlihat santai.

"Muka lo udah sembuh?"Tanya Renaldo berbasa-basi pada Keysil.

"Belum."Laura menjawab.

"Gue nanya Keysil."

Laura langsung berdeham, "Gue juga bukan ngejawab pertanyaan dari lo."

"Udah kering, sisa bekasnya aja."

"Baguslah kalau gitu."Balas Renaldo menatap Keysil terang-terangan sehingga membuat Keysil merasa tak enak dengan tatapan itu.

Laura berdecak,"Biasa aja dong ngeliatinnya, ngegas amat."

"Lucu soalnya."Renaldo terkekeh.

Keysil benar-benar merasa tak enak dengan posisinya saat ini, tubuhnya perlahan berbalik dan ia mendapati Aiden yang sedang menatapnya tajam, sangat tajam.

Bayangkan saja.

"Keysil!"Panggil Alex, "Jangan deket-deket sama orang yang ga dikenal."

"Iya! Nanti banyak virusnya."Tambah Dendi.

Brakk.

Tiba-tiba Aiden menendang kursi lalu keluar dari kantin membuat perhatian tertuju ke arahnya.

----------------

" I know I can treat you better
Than he can

And any girl like you deserves a gentleman

Tell me why are we wasting time On all your wasted cryin'

When you should be with me instead

I know I can treat you better

Better than he can."Aiden fokus dalam memetik gitarnya sambil menyanyikan lagu favoritnya.

Ada pak Susilo dan bu Sarah serta bu Lia yang duduk di depan sambil memperhatikan Aiden yang sedang menyanyikan lagi pertamanya, murid yang berlalu lalang dan mendengar suara Aiden pun langsung masuk ke Aula sampai akhirnya Aula pun penuh.

Saat bernyanyi pikiran Aiden melayang ke kejadian di kantin dimana Renaldo datang dan menghampiri Keysil, mana sok akrab lagi.

Aiden sedari tadi berusaha untuk menahannya agar tidak melempar Renaldo ketika cowok itu menganggu Keysil karena salah satu hobi Renaldo memang merecoki dirinya dan orang yang berada di sekitarnya.

Renaldo mendekati Keysil memang hanya untuk memancing dirinya karena itu hujan untuk pertama kalinya dan Aiden berusaha untuk tidak peduli agar Renaldo tidak lagi menganggu Keysil karena jika dia terpancing Renaldo akan semangkin gesit.

Sialnya ia tadi hampir lepas kendali.

Aiden mengangkat kepalanya dan melihat Keysil bersama Renaldo di tengah-tengah keramaian, saat Renaldo sadar kalau Aiden sedang menatap mereka tangan Renaldo pun bergerak merangkul pundak Keysil.

Aiden melihat ekspresi tak nyaman dari Keysil dan entah kenapa itu membuatnya terganggu.

Dari dulu Aiden merasa kalau gitar adalah sebagian dari dirinya begitu juga suara, tapi Renaldo selalu menghancurkannya.

Seperti sekarang, ia sangat tahu kalau Renaldo ingin menganggu konsentrasinya di depan guru saat bernyanyi.

Cukup sudah dia terkelabuhi di masa lalu, jangan sekarang.

Sampai akhirnya dia menyanyikan lagu ketiga dan matanya tak lepas dari Keysil yang berusaha untuk menjauhkan diri tapi Renaldo malah semangkin mendekati cewek itu.

Semua penonton bertepuk tangan.

"Bagus nak, kamu harus ikut pertandingan minggu depan."Ucap buia tersenyum ke arah Aiden lalu mengemaskan bukunya dan keluar dari aula.

Aiden memang nakal dan sering di benci oleh banyak guru kecuali bu Lia, dia tidak menatap kenakalan dirinya tapi menatap bakatnya walaupun kadang guru itu juga sering marah dan melemparkan penyapu padanya.

Dua ingin berhenti juga ditahan, karena ia masih sangat berguna sekaligus tak berguna di sekolah itu.

Aiden langsung meletakkan gitarnya dan berjalan ke bawah panggung dengan langkah yang lebar.

"Anjing!"Umpatnya menonjok Renaldo membuat beberapa siswi menjerit ketakutan.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang