35

16K 834 4
                                    

Keysil merasakannya.

Untuk pertama kalinya dimana jantungnya berdebar tidak karuan, dan itu sedikit membuat dirinya tidak nyaman apalagi debaran itu semangkin cepat saat matanya bertemu dengan mata Aiden.

"Makasih."Ucap Aiden kemudian.

Keysil yang sempat mengalihkan pandangannya langsung menatap Aiden kembali, "Buat apa?"

"Ya makasih aja, jangan banyak tanya."

"Mulai kan ngeselinnya."

"Renaldo di samping tuh, ga mau lo intipin?"

Keysil menoleh ke setelah kirinya yang masih ditutupi oleh tirai, "Dia di samping?"

"Kan udah gue bilang, nanya mulu lo."

"Kamu bisa ga sih ga usah ngeselin."

"Ga, udah lahirnya kek gini."

Keysil mengerucutkan bibirnya, "Seengaknya lembut dikit sama cewek apalagi aku ini pacar kamu."

"Semerdeka lo aja udah, gue mau tidur."Ucap Aiden menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya, kehabisan nafas tau rasa.

Keysil pun merubah haluannya ke arah kanan dan perlahan ia menyibak tirai yang menjadi penghalang yang membuatnya langsung terkejut saat melihat Renaldo yang berbaring ke arahnya.

Renaldo tersenyum, "Pagi Keysil."

"Lo tau gue disini?"

"Tau lah pas gue bangun pada heboh disini, abang lo itu bawa lo kesini kayak orang gila."Ujar Renaldo merubah posisinya menjadi duduk menghadap Keysil.

"Pertama makasih udah bawa gue sama Aiden kesini kedua.. Makasih buat nendang gue."Ucap Renaldo sambil terkekeh.

"Gue harus bilang sama-sama atau maaf nih?"

Renaldo mengedikkan bahunya, "Terserah lo lah."

"Gausah jawab deh."

"Gue sama Aiden kelahi gara-gara lo."Ungkap Renaldo membuat Keysil langsung tertarik mendengar lanjutannya.

Renaldo berdeham, "Pas di depan pintu gue bilang sama dia kalau gue suka sama lo, gue mau rebut lo dari dia dan pokoknya gue panas-panasin deh, mulai dari gue yang minta nomor lo dan pas kita ketemu di kantin."Jelasnya.

"Kalian berantem gara-gara aku intinya gitu?"

"Iya, hobi yang paling nikmat di dunia ini adalah buat Aiden emosi karena tu cowok paling malas kain tonjok-tonjokan karena takut mukanya lecet tapi semalam gue berhasil."Renaldo terkekeh, "Dia emang judes tapi mungkin aja dia punya perasaan yang ga bisa dia deskripsikan pake kata-kata buat lo."

Keysil terdiam mendengarnya.

"Jadi gini, kalau gue deketin lo di depan dia lo ga usah ngejauh, kita liat dia beneran cemburu atau engga. Satu lagi, gue ga bakalan suka sama lo soalnya tipe gue yang agak montok dan lo jauh banget dari tipe gue, gue suka yang dewasa dan liar bukannya yang polos hahahahahha."Renaldo tertawa seketika, "Jangan diambil serius."

"Pokoknya gue ga bakalan jatuh cinta sama lo jadi percaya aja."Tambahnya mencoba meyakinkan Keysil.

Keysil mengangguk kecil menandakan dirinya setuju,"Muka lo lebam kayak gitu gimana mau pemotretan?"

"Libur lah."

"Bisa gitu ya."

"Abang lo ganteng ya, mukanya bening gitu."

Keysil terkekeh, "Jangan bilang lo naksir abang gue."

"Ajegile, gue bukan homo ya. Boleh tanya sama abang lo ga dia pake cream apaan?"

Keysil mengancungkan jari jempolnya, "Siap Ren."Tiba-tiba mata Keysil melenceng ke arah lain yang membuatnya tercengang seketika.

"Kenapa lo?" Tanya Renaldo memeriksa tubuhnya.

"Resleting lo ga ketutup."

Sontak Renaldo langsung memeriksanya dan benar, resletingnya terbuka lebar yang membuatnya langsung memperbaikinya, jangan bilang suster di rumah sakit ini sudah melihatnya.

"Keysil!"Keysil langsung menoleh dan ia mendapati ibunya yang masih berpakaian formal dan berjalan ke arahnya.

Keysil pun langsung menutup tirai Renaldo dan menatap ibunya yang sudah berkacak pinggang.

"Dokter, tolong siapkan ruang VIP buat anak saya."Ucap ibunya pada seorang dokter yang baru saja lewat dan mengiyakan permintaannya.

"Kamu kenapa lagi ini hah?! Harus sampai berapa kali mama bilang kamu harus hati-hati!"

"Ga sengaja ma, jatuh gitu."

"Kalau lo hati-hati ga bakalan ada yang namanya ga sengaja."Timpal Reena tiba-tiba datang, cewek itu tampak sudah rapi dengan pakaiannya yang sedikit terbuka.

"Kamu juga Reena kenapa ga jaga adik kamu dengan baik."Bentak ibunya.

Keysil hanya menghela nafas berdoa agar Renaldo tidak mendengar pertengkaran ini, apalagi Aiden yang untung saja masih tertidur disana.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang