28

15.2K 898 12
                                    

To si pelit :

Jangan tunggu, aku pulang sendiri.

Dan seperti biasanya, Aiden tidak akan membalas pesannya tapi entah kenapa ibu membuat Keysil malah gencar untuk tetap menjadi pacar Aiden.

Karena menurutnya Aiden itu unik.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi dari 5 menit yang lalu Keysil menunggu Keenan di dalam kelas karena di luar masih panas.

Tapi ketika ia menyadari ada sesuatu yang ganjal membuat Keysil ketakutan setengah mati, ia melirik ke sekelilingnya untuk memastikan sesuatu.

Astaga.

"Woi!"

Keysil tersentak kaget saat melihat Aiden ada di luar kelasnya sambil menggendong gitarnya, Keysil tidak melihat cowok itu membawa tas karena memang Aiden malas membawanya.

"Kan udah aku bilang jangan kesini."

"Pulang sono! Siapa juga yang nebengin."

"Aku pulang nanti aja."

"Terserah lo, disini banyak hantu asal lo tau."

Keysil mengangguk paham walaupun ia merasa takut, "Gapapa kok."

"Lo ngapain disitu bego?!"

"Duduk lah."

"Lo pikir gue buta apa."

"Terus kenapa nanya."

"Bodo, ribet ngomong sama lo."Ketus Aiden lalu pergi meninggalkan Keysil sendirian, sepeninggalan cowok itu ia langsung menghela nafasnya lega dan melirik ke roknya yang sedikit basah karena tembus.

Ini sungguh gila.

Keysil langsung mengirim pesan kepada Keenan.

To abang :

Dimana?

Aku tembus :((

Cepetan.

Sabar sayang.

Jangan lama.

Udh deket kok.

"Woi kampret pulang kagak lo?!"Teriak Aiden tiba-tiba berdiri di depan kelasnya lagi.

"Aku bilang nanti!"

Aiden langsung memasuki kelas Keysil dengan kesal, "Lo ga mau minta maaf gitu hah?!"

"Maaf buat apa?"

"Lupakan, gue peringatin jangan deket-deket sama Renaldo lagi, dia itu bahaya."

"Ga gigit kok.."Cicit Keysil, "Dia bilang kamu juga bahaya."

"Tapi dia lebih bahaya."

"Serah aku dong, yang bahaya aku kenapa kamu sewot."

Aiden berusaha untuk menahan dirinya agar tidak menarik rambut hitam Keysil geram,"Gue pulang. Kalau dikunciin sama satpam tau rasa lo."

"Iya."

Aiden menganga melihatnya,"Lo kenapa sih? Aneh banget."

"Ga kenapa-napa."

"Lo mojok sama cowok ya? Murahan dih."

"Kak Aiden katanya mau pulang? Kok ga gerak-gerak?"

Sebenarnya Aiden datang untuk minta maaf ketika ia menyebut Keysil murahan di aula tadi tetapi ketika melihat wajah cewek itu hanya membuat emosinya terpancing saja.

"Bodo, gue pulang. Awas lo manggil gue."

"Ga akan."

Aiden pun akhirnya pergi lagi bersamaan dengan Keysil yang langsung menyambar hpnya dan menelfon Keenan dan jawabannya tetap sama, 'hampir sampai'.

Keysil kembali dibuat terkejut bukan main saat Aiden datang lagi dengan langkah lebarnya, cowok itu membuka jaket nya sambil berjalan dan melemparkannya ke Keysil.

"Buat apa?"Tanya Keysil memegang jaket yang beraroma khas Aiden.

"Tutupin rok lo, gue anter."

"Kemana?"

"Ke neraka! Pulang lah."

"Aiden.."

"Gue tau lo tembus, tinggal bilang apa susahnya sih ga bakalan gue penggal juga kepala lo."Celetuk Aiden menahan amarahnya.

Keysil akhirnya berdiri sambil melingkarkan jaket Aiden di pinggannya lalu mengambil tasnya.

"Lo ga jijik?"Tanya Keysil mulai berjalan bersama Aiden.

"Cuma darah, cuma cowok lemah yang takut sama darah."

"Gue suka."Ucap Keysil pelan sembari tersenyum malu-malu.

Aiden meliriknya sekilas, "Kenapa?"

"Kamu perhatian."

"Gue cuma mau minta maaf karena nyebut lo murahan, jangan geer berlebihan."

"Di maafkan."

Saat keduanya berjalan di lapangan Keysil berdeham, "Aku boleh pegang tangan kamu ga?"

"Kenapa?"

"Biar romantis hehe."

"Kalau gue ga mau?"

Dengan berani Keysil meraih tangan Aiden dan menganggamnya erat, "Aku bakalan tetap ngelakuinnya."

Aiden mencoba menahan dirinya untuk tidak mengusap puncak kepala Keysil dan mencubit pipi cewek itu karena geram.

Jangan bilang dia mulai tertarik dengan cewek ini,

Dan dia rasa jawabannya iya saat Keysil melepaskan genggamannya dan ia kembali meraih tangan cewek itu untuk digenggamnya kembali.

Sial, ada apa dengannya.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang