78

13.8K 742 0
                                    

"Ngapain lo!"Bentak Reena merampas buku diary miliknya dengan kasar membuat Keysil sedikit terkejut dan langsung beranjak berdiri.

"Gue udah baca semuanya."Ucap Keysil jujur.

Seolah tak peduli dengan ucapan Keysil, Reena pun berjalan melewati Keysil dan meraih hpnya lalu berjalan menuju pintu kamar namun pergerakan Reena terhenti saat tangannya sudah hendak membuka pintu karena Keysil memanggilnya.

"Aku bilang aku udah baca semuanya."Ucap Keysil mempertegas.

Reena tersenyum miring mendengarnya, "Terus? Jangan bilang kalau lo percaya sama buku ga guna kayak gini?"

"Aku percaya, walaupun agak sulit."

"Kalau sulit ya ga usah percaya! Pindah udah sana lo, muak tau ga gue liat muka lo."Sinis Reena membalikkan badannya sehingga berhadapan dengan Keysil.

"Oke."Ucap Keysil yang membuat Reena seketika terlihat terkejut,"Sebelum gue pergi, gue boleh nanya? Keeyna itu siapa?"

"Ga heran ya kalau lo itu oon, Keeyna elo lah!"Bentak Reena, "Lo ga ingat apa? Itu nama panggilan gue buat elo! Kalau nama lo Keeyna kita jadi kompak bertiga."

"Gue lupa, mungkin itu udah lama."

"Yang jelas sebelum gue benci sama lo, sekarang udah kan? Mau keluar sendiri atau mau gue seret paksa?"Tanya Reena geram.

Reena yang melihat Keysil yang sama sekali tak menanggapi ucapannya langsung menarik tangan Keysil paksa namun Keysil berusaha melakukan penolakan, Keysil pun menepis tangan Reena kasar dengan sisa tenaganya.

Keysil menatap pergelangan tangannya yang memerah, Reena benar-benar cewek kuat.

"Apa lagi? Lo bikin hari gue buruk tau ga sih?!"Bentak Reena, "Berhenti nyusahin gue."

"Kalau sekarang gimana Re?"Tanya Keysil yang membuat Reena kebingungan.

Keysil menghela nafasnya sejenak,"Lo masih benci sama gue sekarang?"

Bola mata Reena beralih menatap ke arah lantai, "Pergi Key."

"Gue ga boleh tetap disini?"Lirih Keysil,"Selama ini gue selalu nganggap lo kakak walaupun kelakuan lo kayak gitu. Gue rindu Reena yang tiap malam ngelus kepala gue pas tidur, Reena yang selalu ngajarin gue gimana caranya jadi model."

"Reena yang itu udah ga ada! Dia udah mati, puas lo?"

"Gue rindu manggil lo 'kakak.'"Lirih Keysil dengan suara serak, "Gue sakit hati pas lo ngatain gue itu cuma kutukan, gue nanya sama diri gue sendiri 'Apa gue emang sebuah kutukan di keluarga ini?'"

"Gue ga serius yang ngatain lo itu kutukan, gue cuma kebawa emosi."Balas Reena lebih tenang.

"Gue tadi seneng liat tulisan kak Reena yang terakhir di buku itu, Gue pikir kakak emang beneran mau minta maaf sama gue... Kalau memang itu ga serius, kalau begitu gue yang minta maaf."Ucap Keysil membuat kata Reena membulat seketika.

"Maaf karena ga bisa jadi adik yang baik."Tambahnya membuat Reena tertegun di detik itu juga, lidahnya terasa kelu untuk menjawab.

Reena menahan sesuatu di dalam dirinya, sesuatu yang nyaris membuat dirinya ingin meledak-meledak karena keegoisannya ini.

"Gue numpang nangis sebentar."Lirihnya.

Dan Reena melihatnya, Keysil menangis dengan tersedu-sedu membuat jantung Reena berdetak lebih cepat dari biasanya. Otaknya langsung memutar memori mereka semasa kecil dimana hubungan mereka masih sangat baik.

Reena menelan salivanya menahan buliran airmatanya yang telah mengenang di pelupuk matanya namun Reena langsung menyekanya dengan cepat.

Dan hari ini Reena tersadar, rasa iri hanyalah perasaan yang dimiliki orang yang tidak mencintai dirinya sendiri, dan dia melakukannya terhadap adiknya sendiri.

Yang Reena butuhkan adalah mencintai dirinya sendiri, karena jika rasa iri ini terus berlanjut dirinya tidak akan bahagia, sama sekali.

"Kalau gitu, gue keluar dulu."Ucap Keysil dengan suara serak, namun karena dirinya tak terlalu fokus kakinya malah menendang sebuah kotak besar hingga membuat kotak itu terjatuh dan isinya berhamburan.

"Maaf kak.."Ucap Keysil dengan cepat berjongkok dan mengemaskan barang-barang itu, anehnya semua berbentuk seperti sebuah kado membuat Keysil langsung membolak-balikkan kado tersebut dan aktivitasnya seketika terhenti saat dirinya membaca satu nama di kado tersebut 'Untuk Keeyna.'

Melihat Reena yang hanya menatap dirinya dingin membuat Keysil langsung mengemaskan semuanya dan meletakkan kotak itu ke tempat semula, mungkin dia salah baca tadi atau tulisannya yang sedikit berantakan.

"Kak Reena.. Aku pergi."Ucap Keysil namun tak ditanggapi oleh Reena.

Keadaan hening sejenak sampai pada akhirnya tangan Keysil pun bergerak memegang knop pintu dan suara Reena pun terdengar.

"Kalau gue mau lo tetap disini, lo bakalan tetap pergi?"Tanya Reena tetap pada posisinya.

Dada Keysil naik turun mendengar ucapan Reena, ia tak tahu harus berekspresi seperti apa.

"Lo mau gue tetap disini?"

Reena menganggguk sambil tersenyum kecil, "Keeyna, aku minta maaf."Ucapnya lalu memeluk Keysil erat di detik berikutnya.

Tak lama keduanya pun saling beradu tangisan.

Tanpa keduanya sadari ada dua sejoli yang menguping dari luar.

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang