60

14.9K 793 12
                                    

Keysil mengambil tas nya di dalam kelas dan ia langsung memesan ojek online, presetan dengan ibunya akan marah atau tidak karena yang di dalam pikirannya sekarang hanyalah pulang, menonton drama dan tidur.

Melupakan kejadian hari ini.

Melupakan pengakuan Aiden.

Melupakan lukisan yang ternama indah itu.

Melupakan senyuman Aiden.

Melupakan suara Aiden.

Semuanya tentang Aiden.

Langkah Keysil terhenti di tengah koridor saat ia mendengar sound system sekolahnya.

"Keysil, ini gue Aiden. Dimanapun lo berada tolong berhenti dan dengerin gue."

Itu suara Aiden, suara itu sangat familiar ditelinganya bahkan hanya dengan mendengarkan suaranya saja membuat darah Keysil berdesir.

Keysil terdiam sebentar dan bekutat dengan pikirannya, ia hendak kembali melangkah namun suara itu kembali datang membuat Keysil tak dapat bergerak sama sekali dan memilih untuk mendengarkan.

"Gue naruhin nyawa gue buat minjem speaker sekolah cuma buat lo jadi dengerin satu kali aja, gue rela dijemur cuma gara-gara ini yang penting lo dengerin gue."

"Gue ga tau lo pergi dari aula entah karena pengen muntah karena pengakuan gue atau gara-gara liat lukisan gue yang standaenya ga banget. Dalam eskpetasi gue lo bakalan lari ke panggung dan nerima perasaan gue tapi hayalan gue itu bertolak belakang."

"Sebelumnya gue minta maaf saat gue nolak ajakan lo buat jadi temen karena emang kenyataannya gue ga bisa, diri gue seolah berteriak 'jangan' dan gue sadar kalau gue ga rela hubungan itu berakhir, gue juga sadar kalau gue udah kelewat nyaman sama lo."

"Aiden si brengsek yang ngebuat lo nangis untuk kedua kalinya ini nyatain perasaannya sama lo, gue ga terima kalau hubungan kita cuma sebatas temen karena gue mau lebih dari itu, gue mau lo jadi keluarga, temen, sahabat, pacar, dan bahkan haters yang selalu memotivasi gue agar bisa mengubah hidup gue ke yang lebih baik."

Keysil ingin menangis, lagi. Tapi airmatanya sudah kering lebih dulu.

"Dan 3 bulan cukup buat gue ngerasain perasaan itu, gue baru pertama kali ngerasainnya dan gue juga ngerasa lebay di waktu yang bersamaan."

"Gue butuh seseorang kayak lo, seseorang yang bisa gue jadiin sandaran dan begitu juga kebalikannya, kita berdua cuma seorang amatir yang ga pernah berpacaran, gue bahkan baru ngerasain jantung gue detak-detak ga karuan kakak gini."

"Gue mau berbagi waktu lebih banyak sama lo."

"Gue bukan suka sama lo karena wajah cantik lo, tubuh lo yang bagus, kelakuan lo yang gemesin, bukan itu semua tapi cuma karena lo itu Keysil."

"Intinya hari ini gue udah ngungkapin perasaan gue, dan gue pun udah ngerasa lega. Pokoknya lo udah tau perasaan gue dan sisanya terserah lo, mau nerima perasaan gue atau engga."

"Satu lagu, gue mau bilang kalau gue ini serius...."

"... Dan pilihan ada ditangan lo, gue ga mau maksa dan gue bakalan nerima apapun keputusan lo."

"So.. Do you want to be my girlfriend?"

Nafas Keysil memburu seketika, kata-kata yang dilontarkan Aiden sungguh mengena dalam hatinya dan otaknya masih memproses sesuatu.

Ia merasa tidak percaya saat ini, rasanya berlalu begitu cepat dan terasa sangat manis.

"Come here... And answer."

Jantungnya berdetak begitu cepat membuat Keysil kewalahan saat ini.

---------------

"Wah, tai. Jantungan gue."Gumam Aiden berbicara pada dirinya sendiri sambil memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Atau jangan-jangan ini bukan karena dirinya jatuh cinta dengan Keysil namun karena dirinya terkena penyakit jantung?

Aiden menghela nafasnya lega setelah selesai mengungkapkan seluruh isi hatinya kepada Keysil, dia menagapi lukisan Keysil yang ia buat semalam dengan bantuan Renaldo. Lukisan itu sungguh bangun dan enak dipandang membuat Aiden merasa tak ingin memberikannya ke Keysil dan membawanya lagi pulang ke rumah.

Hanya untuk memilih foto Keysil saja membutuhkan waktu satu jam bagi Aiden karena begitu rumit memilihnya, semua foto Keysil sangat bagus dan asoy dipandang dan ia dilanda kebingungan semalam.

Aiden tersenyum miris saat orang yang ditunggu-tunggunya tak datang juga, sudah ia duga kalau Keysil tidak akan memaafkan dirinya.

Aiden sudah menyatakan semuanya tadi dan dia tidak bisa memaksa keputusan Keysil, bukan? Walaupun 99,9 persen dia berharap jika Keysil mau menerima perasaannya hari ini.

Helaan nafas Aiden terdengar, ia sedikit kecewa karena Keysil tak datang.

Belum sempat Aiden meraih lukisannya tiba-tiba hpnya bergetar dan sebuah pesan masuk, setelah membaca pesan tersebut Aiden merasa ingin jungkir balik sekarang juga.

Keysil Damayanti : Yessss, i want.

"Ai.."Aiden terperangah saat melihat Keysil di depan pintu dan memanggil Aiden dengan suara lembut.

"Key.."Balas Aiden memanggil, ini adalah pertama kalinya ia memanggil Keysil dengan sebutan itu dan itu terasa menyenangkan.

Tak lama Keysil pun membawa langkah kakinya mendekati Aiden dan memeluk tubuh Aiden dengan erat, sangat erat.

Aiden membalas pelukan tersebut, tangan kanannya bergerak mengusap kepala Keysil, tak lama sebuah isakan terdengar dan tubuh Keysil bergetar di dalam pelukan Aiden.

------------

------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

End.

Canda wkwk.

Bosen kan? Feel nya juga pasti ga ngena😅😅

AIDEN [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang