Pagi di hotel yang sama, Naqiya membuka matanya terlebih dahulu. Dirinya kaget menyadari posisi tidur mereka saat ini. Bangun-bangun tangan Bara sudah melingkar di pinggangnya dengan posisi Bara yang memeluknya dari belakang.
Naqiya susah payah mengangkat tangan berat milik Bara itu. Matanya mengambil ponsel untuk mengecek jam berapa sekarang.
Sudah waktunya solat. Pikirnya.
"Pak bangun, subuhan," ujar Naqiya membangunkan suaminya itu.
Tangan Naqiya menepuk-nepuk lengan Bara. Sesekali menggoyangkan tubuh pria itu agar segera bangun.
"Pak Bara subuhan dulu yuk," Naqiya kembali berujar karena tidak ada reaksi dari suaminya itu.
"Pak bangun keburu siang ini."
"Hem..." Bara menguletkan badan sebelum membuka matanya sedikit dan menemukan istri cantiknya itu di sana.
Naqiya di sana, duduk dengan tumpuan tangan di dagunya karena perempuan itu masih mengagumi keindahan wajah Bara.
Bara terlihat sangat kalem kalau lagi tidur. Wajahnya begitu tenang. Mungkin jika pria itu bangun, Bara menjadi monster yang menyebalkan sekali bagi Naqiya.
Melihat Naqiya sedang seperti itu, otak licik Bara mulai memikirkan cara licik untuk mengerjai wanitanya. Ya, Bara memang pria licik sejagad raya.
Tiba-tiba tangan Bara menarik tangan yang menumpu dagu Naqiya sehingga kepala Naqiya jatuh ke kepala Bara.
Cup!
Bibir Naqiya jatuh tepat di bibir Bara. Hal itu membuat Naqiya melotot terkejut. Perempuan itu segera menarik dirinya menjauhi wajah Bara.
"Bapak!!" Desis Naqiya garang. Ingin berteriak namun dia takut suaranya terdengar dari luar. Padahal kamar itu kedap suara.
Bara berpura-pura bingung dan menyentuh bibirnya, "Kamu kok cium bibir saya, Naqiya?" Tanyanya bingung, seperti anak kecil. Matanya mengerjap.
"Nggak!" Naqiya mendengus kesal, "Enak aja saya nyium Bapak! Jelas-jelas Bapak narik tangan saya mangkanya saya jatoh. Pas banget pula jatohnya di situ!" Protes Naqiya. Dirinya tidak terima.
"Kok bibir saya di cium, Naqiya?" Seperti tidak mendengarkan ucapan Naqiya, Bara kembali bertanya. Tangannya mengelus bibirnya itu, "Kamu ngambil keperawanan bibir saya dong," tambahnya.
HIH!
Mulai lebay!
Masih pagi tapi Bara sudah bertingkat mengesalkan. Harusnya yang protes adalah Naqiya karena dirinya adalah korban.
"Harusnya saya yang protes dong, Pak. Ngapain Bapak narik-narik tangan saya gitu coba?" Tanya Naqiya yang mulai kesal.
"Tetep aja kamu 'kan cium bibir saya, Nyonya Adichandra." Jawab Bara dengan kalem. "Bibir saya menggoda ya emangnya? Sampe kamu serang begitu?"
Demi Tuhan suaminya itu mengesalkan sekali.
Naqiya beranjak dari ranjang untuk ke kamar mandi. Malas sekali mendebati Bara yang merajuk seperti ini.
"Udah ayo cepetan subuhan keburu siang," pukas Naqiya.
Perempuan itu masuk ke kamar mandi dan bersembunyi dari rentetan pertanyaan Bara. Apa tadi pria itu bilang? Naqiya mengambil keperawanan bibirnya? Bahkan bibir pria itu sudah tidak perawan sejak kejadian kelam itu.
Di dalam kamar mandi, Naqiya menyentuh bibirnya sendiri. Bibirnya itu baru saja menyentuh bibir Bara. Astaga, bisa Naqiya akui kalau bibir milik Bara begitu lembut dan kenyal. Nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...