112 | Antara Rasel dan Amir

65.3K 8.1K 762
                                    

"Neng?!" Wajah terkejut Rafi membuat langkah Rasel terhenti seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Neng?!" Wajah terkejut Rafi membuat langkah Rasel terhenti seketika. Gadis itu menoleh ke belakang, tepat pada netra Rafi.

"Nanti, setelah kita temuin Naqiya, saya jelasin semuanya." Ucap Rasel. "Pak Rafi nggak usah mikir yang enggak-enggak dulu, udah ayo cepet jalannya!"

Mereka berjalan cepat menuju lift ke lantai paling atas. Di sanalah singgasana milik Amir berada. Entah bagaimana caranya Rasel bisa mengenal sosok seperti Amir.

"Rasel," Ucap Rasel memperkenalkan diri pada sekretaris pribadi Amir.

"Baik, saya kabari Pak Amir dulu ya," Sekretaris itu mengangkat gagang telefon dan memberitahukan Amir bahwa ada tamu yang ingin mengunjunginya.

Ketika tangannya menutup gagang telefon tersebut, sekretaris itu berkata, "Mohon maaf, hanya Ibu Rasel saja yang diizinkan masuk sama Bapak." Ujarnya dengan penuh santun.

Rasel mengangguk dan menoleh pada Rafi. "Pak Rafi tunggu sini ya."

Kaki jenjangnya melangkah memasuki pintu otomatis ruangan Amir dengan diantar oleh sekretaris tersebut. Ketika matanya telah bertemu tatap dengan Amir, sekretaris itu pamit undur diri.

 Ketika matanya telah bertemu tatap dengan Amir, sekretaris itu pamit undur diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AMIR

"Ada apa?" Tanya Amir langsung pada Rasel yang hari ini tampak begitu cantik baginya.

Rasel memanyunkan bibirnya lalu berjalan mendekat, "Aku minta akses ke rumahmu yang di Ujung boleh?"

Alis kanan Amir terangkat, "Untuk apa?"

"Aku curiga," Rasel menggantungkan kalimatnya, "Ada sesuatu terjadi di sana. Rumah itu udah lama nggak ditempati 'kan?"

Amir tiba-tiba terkekeh, "Cuma aku dan istriku yang punya akses ke sana, Sel. Istriku nggak mungkin buat macam-macam."

Tangan Rasel mengepal, perasaan kesal dalam dirinya kembali bangkit, "Aku cuma minta akses."

"Sayangnya kamu nggak ada hak untuk minta akses ke sana."

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang