Hari ini Naqiya dan Bara berada di Bandung. Bara mengajak istrinya itu untuk menghadiri resepsi pernikahan temannya. Sebenarnya Naqiya tidak mau, dirinya memilih untuk menghabiskan akhir pekannya bersama Cantiya. Namun, Naqiya ingat perjanjian antara dirinya dan Bara.
Lagi-lagi suami menyebalkannya itu mengancam soal pembatalan perjanjian.
"Pak," panggil Naqiya, wanita itu kini sedang memakai pashminanya di depan cermin. "Perut saya udah mulai buncit," tubuhnya memiring sehingga Bara bisa melihat itu.
Bara yang sedang duduk di ranjang hotel sembari memperhatikan istrinya itu mengangguk, "Terus kenapa?" Tanyanya
Semalam mereka menginap di sebuah hotel yang terletak di pusat kota Bandung. Mereka tiba pukul dua dini hari, sementara resepsi baru dimulai pukul 10 pagi.
"Ya nanti kalo makin gede, temen-temen saya tau dong kalo saya hamil? Terus saya harus bilang apa?" Naqiya bertanya dengan matanya menatap pantulan Bara dari cermin.
Bara mengernyitkan dahinya, "Tinggal bilang itu anak saya 'kan?"
"Ih! Nggak semudah itu, Pak!" Gerutu Naqiya. Dipikir konfirmasi itu semudah membalik telapak tangan.
"Lah iya 'kan memang anak saya? Apanya yang nggak mudah?"
"Nanti kalo mereka mikir saya hamil di luar nikah gimana? Terus kalo mikir macem-macem gimana? Apalagi kalo tau Papanya Bayi itu Bapak, Suaminya Naqiya itu Pak Bara, bisa abis saya sama fans fans nya Bapak di kampus," ujar Naqiya.
"Mau nggak mau perutmu nanti bakal besar, Naqiya. Siap nggak siap mereka pasti bakal tau status kita," jawab Bara. "Tapi kalo kamu nggak mau ketawan hamil duluan, mundurin aja tanggal akad kita pas kamu beritahu mereka."
Naqiya berdecak, "Berarti sama aja dong, ujung-ujungnya mereka bakal tau pernikahan kita? Nggak nunggu saya sampe semester tiga?"
Bara mengangguk.
"Dih! Tau gitu saya nggak mau nurutin Bapak. Mending saya di rumah aja nggak ikut kesini. Ngapain juga saya takut diancem-ancem!" omelnya pada Bara.
Hormon Ibu hamilnya kembali lagi. Naqiya mulai mudah marah-marah.
"Emangnya kamu siap kalo kesebar detik ini?" Alis Bara terangkat, pria itu meledeknya.
Kalo sampai rumor pernikahannya tersebar sekarang. Naqiya pasti bingung bagaimana harus mengatakan pada teman-teman. Lebih baik Naqiya mengulur waktu sampai dirinya siap untuk menjelaskan kepada teman-teman.
"Ya nggak sekarang juga. Sampe saya siap jelasin ke temen-temen saya. Saya 'kan nggak tau reaksi mereka gimana, Pak. Nah, reaksi itu yang saya takutin."
"Yaudah yaudah. Mangkanya sesuai perjanjian awal."
Mau tidak mau kepala wanita itu mengangguk. Bara menang lagi. Dirinya harus rela menuruti apapun yang Bara inginkan.
"Gimana penampilan saya, Pak?" Naqiya memutar tubuhnya sehingga kini dirinya sudah menghadap Bara.
Meskipun Bara sudah berbulan-bulan tinggal bersama Naqiya, tetapi lelaki itu selalu terkesima pada penampilan istrinya itu. Naqiya sangat cantik.
Abaya yang dikenakan Naqiya berwarna cokelat berenda sederhana, dipadu pashmina sehingga membuat penampilan Naqiya luar biasa sempurna.
"Makeup saya norak nggak?" Tanya Naqiya lagi saat Bara belum menjawab pertanyaannya.
"Nggak kok. Saya suka makeup kamu."
"Saya ada rencana, Pak," Naqiya berujar, "Saya 'kan ada passion di bidang makeup makeup begini, nah rencana saya pengen ngembangin buat SRN Boutique. Jadi bukan cuma gaun pengantin aja, SRN Boutique yang saya handle nanti juga menawarkan jasa MUA pengantin. Gimana, Pak?"
Nah kan, Bara sudah bilang. Dirinya tahu potensi istrinya itu. Naqiya bukan perempuan biasa. Naqiya adalah perempuan yang senang mencoba hal baru. Maka dari itu Bara tidak ragu menyerahkan bisnis itu untuk ditangani istrinya.
"Bagus, Bu Naqiya, saya suka ide Anda," Ujar Bara dengan nada formal. Seakan Naqiya adalah atasannya.
"Beneran nggak papa, Pak?" Tanya nya. Dirinya masih ragu jika ide yang ia sampaikan itu sudah diterima Bara.
"Loh beneran. Ide kamu bagus itu. Lagian jaman sekarang mana ada pengantin yang pakai gaun tanpa makeup 'kan? Saya dukung idemu itu."
Naqiya tersenyum senang, "Yeay, nanti saya coba latihan sekali lagi, Pak. Saya juga udah punya sertifikat kursus kok. Bapak tenang aja."
Bara mengangguk, "Iya pokok kalo ada apa-apa bilang saya." Bara menarik tangan Naqiya agar perempuan itu mendekat ke arahnya yang masih duduk di ranjang. "Sini," ujarnya.
Naqiya mendekat, ketika perutnya sudah berada di hadapan Bara, pria itu mengecup perutnya dan tangannya melingkar di pinggang Naqiya.
Naqiya mengambil ponselnya di samping Bara, kemudian dia duduk di sana. Perempuan itu membuka gallery di ponselnya karena ingin menunjukkan Bara sesuatu.
"Ini hasil makeup saya, Pak. Ini pas dandanin temen saya," Ujar Naqiya sembari memberikan hasil ini kepada Bara, "Kalo buat bride mungkin bakal 2 kali lipat lebih bold. Karena ini sebelas dua belas sama makeup saya sekarang."Sejujurnya Bara tidak paham mengenai riasan-riasan wajah yang Naqiya jelaskan, tetapi Bara tetap mengangguk, "Iya, bagus kok. Kalo bisa jangan sampe ganggu jadwal kuliahmu juga. Nanti mungkin kamu bisa pake jasa asisten," ujar Bara.
Naqiya mengangguk, "Yaudah ayo berangkat saya sudah siap."
Kini Naqiya sudah berada di dalam pajero sport hitam milik suaminya itu. Bara menyupir mobil itu dengan tenang. Karena ini pertama kalinya Naqiya menginjakkan kaki ke Bandung. Dirinya begitu terkesima akan kota ini.
Naqiya mengambil foto atas dirinya untuk di upload di instastory dengan tag lokasi 'bandung'.
Yang tentunya foto itu mendapat banyak reply DM dari teman-temannya. Termasuk Cantiya.
✨✨✨
HAIII HAII aku balik lagiii! Yang di Bandung siap-siap ketemu Naqiya Pak Bara tuh mereka lagi mau kondangan hehe😁 Kalo mobilnya lewat berentiin aja. Udah tau kan mobil Pak Bara apa?🤣
Jangan lupa vote dan comment nya yaa biar makin semangat update chapter selanjutnya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Genel Kurgu[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...