Tangan besar itu mengusap wajahnya dengan kasar. Ingin sekali rasanya ia memberikan bogem mentah pada pria di depannya yang tidak lain tidak bukan adalah Aufar, ya kakak iparnya sendiri.
"Perjanjian kita," Bara menggantung kalimatnya, matanya menatap seperti ingin membunuh Aufar di hadapannya itu. "Naqiya nggak perlu tahu masalah ini."
Aufar menggeleng, "It was. Tapi yang lo harus inget, Nay masih adek gua. Dia berhak tau apa yang terjadi di keluarganya."
Bara terkekeh, lelucon macam apa yang Aufar katakan ini? "Paham, tapi kalo nggak salah, istri saya udah dibuang dari keluarganya." Ucap Bara sebelum ia kembali duduk.
"Anjing!" Umpat Aufar mendengar ucapan dari Bara tadi. "Dan itu semua karna lo brengsek!"
"Saya tau," Bara mengangguk, ketenangan pembawaan Bara membuat tanpa sadar Aufar tidak bisa bertindak lebih dari mengumpat. "Saya juga bersedia tanggung jawab. Tapi satu hal," Bara menggantungkan kalimatnya.
"Apa?"
"Tolong jangan libatkan Naqiya."
"Shit!" Aufar kembali mengumpat. "Dia adek gua, sialan! Dia berhak tau!" Rahang pria itu mengeras menahan amarah dari dalam dirinya.
"Dia memang berhak tau, tapi haknya nggak lebih penting dari kesehatannya sekarang." Jawab Bara. "Saya nggak mau sesuatu yang buruk terjadi lagi sama istri dan bayi saya."
Aufar mengepalkan tangannya, benar-benar emosi luar biasa pada Bara. Namun, apa-apa yang Bara katakan memang benar. Naqiya sebentar lagi akan melahirkan, seharusnya dia tidak membebankan pikiran adiknya sendiri.
"Gua cabut dulu, assalamualaikum, jangan lupa lusa," Tanpa pikir panjang, Aufar langsung pamit undur diri.
"Waalaikumussalam."
Apapun itu Bara siap terima, asal tidak membahayakan Naqiya. Kalau sudah ada sangkut paut dengan istrinya. Bara bisa menjadi singa yang begitu ganas.
Pria itu kemudian melangkah ke kamar lagi, menyusul istrinya yang sudah lebih dulu ke sana. Perlahan ia membuka pintu kamar yang bisa-bisanya tidak Naqiya kunci. Jelas saja itu sangat berbahaya. Bagaimana kalau orang lain masuk?
"Assalamualaikum," Salam Bara pelan setengah berbisik. Tidak ada sahutan dari sana.
Di ranjang, istrinya sudah terlelap pulas. Seakan tadi tidak terjadi apapun. Bara membungkuk dan mengecup kening istrinya yang terlelap itu.
"Selamat tidur, Sayang."
[ B A Y I D O S E N K U ]
Kenyataan bahwa semalam lagi-lagi ia gagal memenuhi misinya, tidak membuat hari Bara buruk. Dengan pakaian rapinya, Bara berangkat ke kampus didampingi oleh Naqiya. Sebelumnya ia pikir Naqiya akan mengamuk karena masalah semalam, tapi nyatanya wanita itu masih bersikap seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...