40 | Pasrah

145K 11K 415
                                    

Di sinilah Naqiya, didampingi oleh Zahra yang terus menenangkannya. Zahra terus mengelus punggung Naqiya, seakan mengatakan semua akan baik-baik saja.

Aufar, kakaknya itu tadi meminta untuk berbicara empat mata dengan Bara. Aufar juga meminta istrinya untuk menemani Naqiya di dalam gedung itu.

Naqiya duduk di samping Zahra. Mau tidak mau, wanita itu menceritakan semua kejadian itu pada kakak iparnya. Memang dia rasa dia harus menjelaskan semuanya.

Namun, firasat Naqiya tidak enak. Jujur saja, meskipun Bara sangat menyebalkan dan harinya ini rusak karena Bara memaksanya untuk menemani kondangan sehingga harus bertemu nenek sihir macam Bina, tetapi Naqiya tetap mengkhawatirkan suaminya itu.

Dia tidak ingin sesuatu terjadi pada Bara.

"Kak, Nay takut," ujar Naqiya yang tidak tenang.

"Kok bisa begini sih, Nay?" Tanya Zahra, dirinya iba pada adik iparnya itu. "Kok Nay bisa-bisanya mau diajakin Bara ke Jogja berdua doang?"

Naqiya menggeleng, semua itu dia lakukan murni karena dirinya iba pada Bara, dan Naqiya ingin membantu dosen itu.

"Nay bener-bener cuma mau bantu Pak Bara, Kak," Naqiya menunduk. Kalau diingat-ingat lagi, kejadian itu membuatnya terpukul.

"Dasar Bara bajingan," timpal Zahra pelan. Wanita itu merengkuh Naqiya ke dalam pelukannya. "Kuat ya, Nay Sayang, demi dedek bayi," tambahnya.

Naqiya mengangguk, tangannya menghapus air mata itu lalu menatap Zahra. "Bang Aufar ngapain ya, Kak?" Tanyanya.

Perasaannya tidak enak. Dia tidak mau salah satu dari Bara ataupun Aufar kenapa-napa.

"Aku juga nggak tau, Nay. Mas Aufar nyuruh kita disini, yaudah manut aja kita tunggu disini," Dirinya menenangkan ibu hamil itu, "Inshaallah nggak ada apa-apa kok."

Sedangkan di belakang gedung, Aufar menginterogasi Bara. Apa-apa yang dia belum ketahui akhirnya keluar dari mulut Bara. Pria itu menjelaskan segalanya pada Aufar.

Termasuk Bara yang memperkosa dan menghamili adik kandungnya.

"Adek gua ikut lo ke Jogja buat bantuin lo?" Tanya Aufar pada Bara.

Mereka berdua berbicara serius sambil berdiri. Pembicaraan itu begitu tegang, sangat tegang.

Bara mengangguk mendengar pertanyaan Aufar, "Iya, Naqiya ikut saya."

"Nyokap lo meninggal terus lo minum," jelas Aufar yang bermonolog untuk mempersingkat apa-apa yang sudah Bara jelaskan.

Lagi-lagi Bara mengangguk.

"Lo nggak sadar," Aufar mengeletukkan gigi gerahamnya menahan amarah, "Dan lo perkosa adek gua."

"ANJING!"

BUG!!

Aufar memberi Bara bogeman yang tiba-tiba. Sampai tubuh Bara limbung karena tidak siap menerima pukulan dari Aufar.

Bara menerima, dirinya memang pantas mendapatkan apa yang Aufar berikan padanya.

"Adek gua masih baik mau bantu lo, Brengsek!!" Aufar meninju wajah Bara lagi, dengan amarah yang sangat menggebu-gebu.

Aufar tidak terima adiknya harus memiliki nasib seperti ini. Sangat tidak terima melihat Naqiya saat ini. Semua itu terjadi karena pria bajingan di hadapannya.

Aufar menarik napasnya yang tersenggal-senggal.

"Adek gua harus diusir dari rumah karna lo, Sialan!!"

Lagi, bogeman itu terus diumpankan pada tubuh Bara yang mulai tersungkur.

"BAJINGAN!!" Kali ini Aufar memukul dan menendang tubuh Bara membabi-buta. Tanpa ampun pria itu memberikan apa yang Bara berhak dapatkan.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang