25 | Mengidam

167K 11.9K 219
                                    

"Loudspeaker telfonnya, Naqiya," tambah Bara. Bola mata Naqiya membulat seketika.

Oh tidak.

Bara tidak boleh mendengar percakapannya dengan Ali.

Maksudnya Bara tidak boleh mendengar apa yang diucapkan oleh Ali.

Naqiya berdehem, "Eum, oh mau dimatiin dulu ya? Kenapa? Yaampun kamu masih di jalan toh." ujar Naqiya. Bara sontak menoleh. Pria itu menyuruhnya untuk me-loudspeaker telfon itu, bukan malah mematikannya.

"Hah? Gimana maksudnya, Nay? Aku nggak di jalan kok. Aku di kantor ini, Nay," Ali di seberang sana kebingungan dengan jawaban Naqiya.

"Oh, yaudah, Li, nggak papa, dimatiin dulu aja hehe."

"Loh? Nggak kok aku belum mau matiin, masih pengen denger suara kamu."

"Ah, iya, Li, waalaikumussalam," tutupnya. Naqiya menekan tanda merah di ponselnya. Buru-buru Naqiya memasukkan ponselnya ke dalam tas miliknya.

Tentu saja Bara protes, apa yang dilakukan Naqiya tidak sesuai dengan permintaannya.

"Kok dimatiin?" Sesekali Bqara menoleh pada Naqiya untuk melihat ekspresi perempuan itu. "Kan saya suruhnya di loudspeaker."

Naqiya menggedikkan bahunya, "Ya Ali nya sibuk gitu, Pak, katanya masih di perjalanan. Jadi dia minta dimatiin dulu deh."

Alasan.

Bara hanya mengangguk-anggukan kepalanya seakan percaya, seperti dirinya meyakinkan anak kecil.

Uh, hari ini Naqiya selamat. Dia menghela napasnya lega.

"Mau makan apa di rumah nanti?" Tanya Bara. Sebelum mobilnya tiba di rumah, mereka harus mencari makanan dulu.

"Bapak nggak masak lagi emang?"

Bara menggelengkan kepalanya, "Saya nggak bisa masakin selain nasi goreng dan mie instan, Naqiya."

"Lah, cemen amat, Pak."

"Apa?" Bara menoleh ke arah dimana Naqiya duduk. "Kamu bilang apa?"

"Ah itu cangcimen, kacang kuaci permen, Pak. Kok nggak ada abang abang yang jual sih?"

🍀🍀🍀

Malam itu mereka langsung menyantap makanan yang tadi mereka beli. Naqiya menyantapnya dengan lahap dan cepat. Dirinya harus bisa memaksimalkan waktu untuk menyicil tugas dari Bara.

"Pelan-pelan makannya, saya nggak minta kok," ujar pria itu. Makanan Bara sudah habis duluan.

"Ini udah pelan," ujarnya dengan makanan yang masih ia kunyah.

Bara menggelengkan kepalanya. Naqiya makan seperti tidak pernah makan selama sebulan.

"Dedek bayinya rewel nggak tadi?" Tanya Bara. Ketika keadaan mulai sunyi.

"Nggak, kok, Pak. Saya malah bingung kenapa ga mual-mual lagi," ujar Naqiya.

Kepala Bara mengangguk, bagus kalau begitu. Ditambah Naqiya kalau pagi biasanya di kampus. Jika Naqiya muntah muntah di kampus malah akan menjadi sebuah masalah untuk dicurigai.

"Bagus kalau begitu."

Sesi makan sudah selesai. Bara mencuci piring bekas mereka makan, sementara Naqiya kembali ke kamar untuk melanjutkan tugasnya. Selesai mencuci piring, Bara memilih untuk bersantai di ruang keluarga dengan tayangan youtube channel favoritnya.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang