110 | Perempuan Saqqaf

73K 9K 918
                                    

Perih, keram, nyeri, segala macam rasa sakit itu bertumpuk hadir menyiksa seorang Naqiya Adeeza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perih, keram, nyeri, segala macam rasa sakit itu bertumpuk hadir menyiksa seorang Naqiya Adeeza. Luka di tubuhnya tak seberapa dibanding dengan nyeri di perutnya saat ini. Rasanya bayi di kandungannya mendesak agar lekas melihat dunia luar.

Namun, Naqiya hanya bisa berdoa semoga bayinya tidak lahir di saat seperti ini.

"Kak Nay," Panggil Fat pada wanita yang meringkuk menahan sakit di perut buncitnya. "Berhenti acting kesakitan begitu bisa 'kan?"

Naqiya tak menjawab, hanya kerutan di pelipis dan bibir yang bergetar menahan sakit di rahimnya.

"Demi Tuhan aku bahkan nggak ngelukain Kak Nay selain garam itu." Ucapnya. "Nggak usah lebay deh!"

Fat mengusap wajahnya gusar. Sebenci apapun ia pada Naqiya, nyatanya ikatan darah memang lebih kental daripada air. Ia masih tidak tega melihat Naqiya kesakitan seperti orang sekarat saat ini.

"Fat..." Panggil Naqiya dengan suara lirihnya.

Fat membalikkan badannya menatap Naqiya dengan emosi. "Apa? Berhenti jadi manusia tersakiti terus deh!"

"To--tolong... Ap--apapun yang terjadi, tolong..." Naqiya menarik napasnya menahan nyeri luar biasa dari dalam rahimnya.

"Apa?!" Bentak Fat yang tidak sabar.

"Se--selamatkan bayi...ku..."

Mendengar ucapan Naqiya membuat Fat semakin kesal. Naqiya memang tercipta selebay ini ya? "Kak Nay nggak usah belaga mau mati deh. Ini nggak ada apa-apanya sama luka yang Kak Nay kasih di kehidupanku."

Fokus netra Fat berpaling ke arah pintu saat tiba-tiba pintu terbuka, menyaksikan seorang pria dengan jas hitam berjalan cepat ke arah Fat. Pria berahang tegas dan hidung kokoh itu menatap Naqiya yang lemas dengan tatapan merendahkan.

"Baru dateng, Bang." Sapa Fat pada pria tersebut.

Pria itu mengangguk mendapati pertanyaan dari Fat barusan. Ia menghampiri Naqiya dan mengelus pipi mulus wanita itu.

"Sehat, Nay?" Tanyanya dengan suara lembut.

"Li..." Naqiya tidak percaya dengan siapa yang ia lihat saat ini.

Sepupu dan mantan calon suaminya bersekongkol untuk berkhianat. Entah darimana setelah menyadari itu semua, kekuatan tubuh Naqiya bangkit lagi.

Ia berusaha duduk walopun harus menahan rasa sakit yang luar biasa. Tangannyapun menepis telapak tangan pria itu yang menyentuh pipinya tadi.

"Kamu kurang ajar, Li..." Ucap Naqiya penuh amarah meskipun nadanya begitu lemah.

"Aku?" Tanya pria itu. "Kamu ngaca, Nay. Siapa yang selama ini kamu bohongi?"

"Aku kerja banting tulang, terbang sana sini ya buat siapa lagi kalau bukan buat kamu? Biar istriku kelak hidupnya enak, nggak susah, biar kamu bahagia menikah sama aku. Melahirkan anak banyak buat aku. Hidup bahagia selamanya. Tapi nyatanya apa?"

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang