Yuk dukung cerita ini dengan vote sebelum baca
________
"MAS BARA!!" Secepat kilat wanita hamil besar itu berlari dan berusaha memeluk tubuh pria yang begitu ingin ia rengkuh dalam pelukannya itu. Walaupun nyatanya perut besar itu menghalangi niat baiknya tadi."Dijawab dulu dong salamnya Mas." Ucap Bara sembari bibirnya mengecup kening istri cantiknya itu.
Naqiya menyadari karena telalu bersemangat akan kedatangan Bara, sampai lupa menjawab salam pria itu. "Waalaikumussalam, Papa sayang." Goda Naqiya dengan senyumannya.
Mendengar jawaban itu membuat satu alis Bara terangkat dan tiba-tiba saja pria itu mengecup bibir Naqiya. "Ndak usah godain." Ancamnya setelah mendaratkan kecupan di sana. "Kalo nggak mau kecapekan malem ini." Tambahnya.
Semburat malu itu terbit di kedua pipi Naqiya, sontak saja ia mendaratkan pukulan kecil ke dada Bara. Ah, bahkan bagi Bara pukulan itu tidak ada rasanya.
Sebelum lebih jauh, Naqiya memilih menutup pintu rumah dan menarik tangan Bara ke meja makan. Hidung mancung pria itu bisa menghirup aroma lezat yang ia yakini adalah masakan ibu dari bayinya tersebut.
"Hmmm... bau surga 'kah ini?" Celetuk Bara karena perutnya tidak tahan akan aroma masakan Naqiya itu. Sementara Naqiya dengan telaten menyendokkan nasi dan lauk pauk ke piring Bara.
"Mas Bara lebay, ini mah nggak ada apa-apanya sama surga," Jawab Naqiya dengan tangan terulur memberikan piring berisi itu kepada Bara. "Sembarangan aja."
"Ya 'kan kirain," ujar pria itu, "Soalnya yang masak bidadari surganya langsung."
Uhuk!
Celetukkan Bara berhasil membuat Naqiya tersedak makanannya. Buru-buru pria itu memberikan segelas air putih yang sudah tersedia untuk Naqiya dan mengelap sudut bibir wanita itu dengan ibu jarinya.
"Kan aku jadi keselek." Ucap Naqiya. Malu sekali dengan kenyataan bahwa tersedak hanya karena salting akan gombalan Bara.
"Maaf maaf, Sayang. Gombalnya lanjutin di kamar aja deh," Ujar Bara yang kemudian mereka melanjutkan sesi makan lagi.
Setelah makan malam, mereka memutuskan langsung menuju kamar. Tidak, bukan untuk tidur, hanya untuk duduk dan berbincang karena bagi Naqiya, tidur setelah makan itu tidak baik.
"Bayi rewel ndak, Sayang?" Tanya Bara seraya jemarinya mengelus perut buncit istrinya itu.
Naqiya menggeleng, ia menyandarkan kepalanya ke pundak kiri Bara. "Enggak kok, Mas. Cuma udah kerasa kadang mules gitu."
Kening Bara mengerut, "Mau lahir dong tadi?"
"Ya nggak dong, Mas. Kalo tadi mau lahir ya sekarang udah lahir anaknya." Gerutu Naqiya. "Takutnya tanda-tanda melahirkan sih, Mas."
"Nah," Bara berpikir sejenak. Inilah hal yang dirinya khawatirkan yaitu detik-detik menjelang kelahiran sang bayi. "Mas khawatir bayi lahir pas Mas lagi nggak di rumah sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...