"NAQIYA!""Pak----Pak Rafi?" Jantung Naqiya seakan mencelos dari tempatnya kala melihat Rafi dan Ayu berlari menghampiri dirinya.
"Kamu liat Bara tadi lewat sini? Ya amsyong jalannya cepet banget kayak kuda."
Plak!
Ayu refleks memukul Rafi pelan. Dikhawatirkan semakin menjadi masalah setelah ini.
"Mas Bara, Pak?" Lagi, jantung Naqiya mencelos mendengarnya.
Bara melihatnya sedang bersama Ali?
"Lah iya kirain tadi si Bara nyamperin kamu buat pulang bareng." Ujar Rafi. Mata Rafi seketika beralih pada Ali, "Eh, ente teh saha?" Tanya Rafi pada Ali yang kebingungan di samping Naqiya.
"Ah udah ayo pulang! Duluan ya, Naqiya!" Buru-buru Ayu menarik Rafi agar lekas pergi dari sana.
Sementara Naqiya terpaku dalam diam. Mencoba mencerna apa yang terjadi. Astaga, Bara memergokinya pergi bersama Ali. Tanpa izin dari suaminya itu.
"Ali, aku pulang duluan ya." Ujar Naqiya pada Ali tiba-tiba.
"Nggak! Gabisa! Kamu belum jelasin apa-apa Nay!"
"Next time, suamiku nungguin!"
Naqiya berlari. Bodoh sekali, seharusnya di usia kandungannya sekarang, sangat berbahaya jika dirinya berlari seperti ini. Takutnya nanti sesuatu membuat wanita itu terpeleset dan terjatuh.
Perasaannya benar-benar tidak karuan saat ini. Bara memergokinya, dengan jelas melihatnya pergi bersama Ali tanpa sepengetahuan pria itu dan memilih melengos pergi begitu saja.
Naqiya menghela napas, lelah kakinya ditambah berat perutnya yang besar membuat napasnya tersenggal-senggal. Dia tidak akan bisa mengejar Bara.
Tangannya membuka ponsel dengan cepat memesan taksi online untuk pulang ke rumah. Entah Bara akan pulang atau bagaimana, tetapi alangkah baiknya untuk sekarang ini Naqiya harus pulang.
"Sesuai aplikasi, Pak," Ujarnya pada pengemudi taksi tersebut.
Sesaat kemudian dia terdiam, termenung lagi menghadap ke luar jendela sebelah kiri taksi. Memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. Ya, overthinking.
Bagaimana kalau Bara benar-benar murka?
Bagaimana kalau Bara menceraikannya?
Naqiya tidak memiliki siapapun lagi jika sampai itu terjadi. Meskipun sebenarnya Naqiya setengah mati ketakutan untuk bertemu Bara saat ini, tapi mau bagaimanapun masalah ini harus diluruskan, dia tidak ingin suaminya itu salah paham.
"Makasih ya, Pak." Sesaat setelah membayar ongkos taksi itu, Naqiya buru-buru masuk ke rumah.
Pintu rumah itu tidak dikunci. Terakhir Naqiya tinggal pintu tersebut dalam posisi terkunci. Ia yakin suaminya sudah berada di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Fiksi Umum[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...