[WARNING! Wajib play playlist di atas]
_______
Entah sudah keberapa kalinya Bara menghela napas. Banyak-banyak kesabaran harus ia keluarkan untuk menghadapi Naqiya kini. Sekali lagi, wanitanya sudah berubah. Menjadi dingin dan tak tersentuh. Hal itu tentunya mengharuskan Bara lebih banyak bersabar dan mengalah pada ibu hamil yang ia sayang itu.
Bara beranjak dari ranjangnya. Tangannya memainkan ponsel untuk melakukan sesuatu di benda pipih itu. Setelah ia rasa selesai, Bara keluar untuk mencari dimana dan sedang apa Naqiyanya. Lagi, meskipun dirinya saat ini sedikit kesal dan sakit hati karena sikap Naqiya tadi, Bara tetap senang masih melihat wanitanya di sana sedang menonton televisi.
Bara mengambil duduk di samping wanita itu persis. Tatapan Naqiya tetap terfokus pada acara televisi. Sedangkan bisa kalian tebak mata Bara bukan fokus ke televisi tapi justru ke paras cantik yang istrinya miliki.
Tidak ada satu kalimatpun yang keluar dari mulut Bara. Bara khawatir kalimatnya justru membuat Naqiya semakin marah dan menjauhinya. Lebih baik dia diam di samping Naqiya sembari tangannya mengelus perut Naqiya. Alasan Bara sangat jelas, dirinya hanya ingin mengelus bayi. Mungkin karena itu, Naqiya tidak lagi menolak sentuhan Bara di perut buncitnya.
Naqiya sendiri di sana fokus menonton televisi, tapi pikirannya kesal sekali pada Bara. Di malam tahun baru yang seharusnya dia habiskan bersama keluarganya, kini ia harus menghabiskan malam tahun baru itu dengan kesepian. Bahkan Bara sama sekali tidak menyinggung mengenai tahun baru. Yang pria itu lakukan hanya bertanya tentang buku yang dirinya baca.
Naqiya rindu momen malam tahun baru bersama keluarga.
Entah dirinya bisa merasakan itu lagi atau tidak. Naqiya tidak tahu. Yang ia tahu, ia harus beradaptasi dengan hal seperti ini. Harus lepas dari orang tuanya. Walaupun rasanya hampa karena sepi menerpa, tapi Naqiya harus bisa menghadapinya.
"Oh, iya sebentar, Pak," dari sampingnya, Naqiya mendengar Bara berujar melalui ponselnya. Naqiya tidak tahu kepada siapa Bara berbicara di ponsel itu.
Dia melihat Bara yang membuka pintu dan berjalan ke luar, sepertinya ke arah pagar. Tentu saja, Naqiya tidak peduli. Dia lebih memilih memfokuskan tatapannya ke televisi ketimbang menebak-nebak apa yang suaminya lakukan.
Bara membawa beberapa makanan yang ia pesan lagi-lagi melalui ponselnya. Ketika dirinya masuk rumah, Naqiya masih menonton televisi sehingga tidak melihat apa yang Bara bawa. Oke, tidak masalah. Langsung saja Bara membawa makanan-makanan itu ke lantai dua, tepatnya di balkon rumahnya.
Bara menata sedemikian rupa sampai balkon itu terlihat cantik dan rapi. Dirinya di lantai 2 sementara Naqiya di lantai 1, Bara yakin istrinya itu tidak akan mungkin menyusulnya ke atas. Sehingga Bara memiliki banyak waktu untuk menyusun semuanya.
Dia membawa piring saji dari dapur, disertai gelas, sendok, garpu, dan tisu. Bara juga sudah mempersiapkan taplak meja untuk melapisi meja di balkonnya itu. Sesekali Bara mengelap keringatnya yang menetes dari keningnya. Meskipun hujan sudah mulai mereda, bahkan hampir usai, tapi suasana tetap dingin.
Sudah siap!
Bara tersenyum puas melihatnya.
Semoga saja Naqiya menyukai ini semua.
Tangan Bara mengecek jam pada ponselnya. Sudah jam 11 malam. 1 Jam lagi artinya akan terjadi pergantian tahun. Mungkin sembari menunggu hujan benar-benar reda dalam waktu satu jam, masyarakat mulai menyalakan kembang api.
Bara menuruni anak tangga untuk menuju ke istrinya. "Naqiya," panggil Bara pada Naqiya yang posisinya tidak berubah dari tadi. Bedanya, kaki wanita itu tampak diluruskan, mungkinkah wanitanya itu keram?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...