47 | Lisan yang Menyakitkan

146K 10.5K 218
                                    

Hari ini rutinitas Naqiya seperti biasanya dilakukan lagi. Setelah dua minggu lebih semenjak kejadian ia kabur dari Ali dan lebih memilih untuk mengerjakan tugas 'prank' dari Bara.

Naqiya mengenakan sweater oversized putih dipadu pashmina peach kecoklatan dan celana formal. Sebenarnya pihak kampus mewajibkan mahasiswanya untuk mengenakan kemeja atau blouse. Namun, semenjak hamil, Naqiya lebih senang menimpa kemejanya dengan sweater kebesaran.

Dirinya tiba di kampus setelah diantar Bara, seperti biasanya, Naqiya turun dari pajero sport hitam itu sebelum mobil itu menginjakkan kaki ke lingkungan fakultas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirinya tiba di kampus setelah diantar Bara, seperti biasanya, Naqiya turun dari pajero sport hitam itu sebelum mobil itu menginjakkan kaki ke lingkungan fakultas. Hal itu ia lakukan agar dirinya tidak ketahuan 'berhubungan' dengan Bara.

Naqiya berjalan ke arah kelasnya, dirinya menemui banyak mahasiswa yang bercengkrama di lorong koridor. Beberapa dari mereka adalah kenalan Naqiya. Naqiya memberikan mereka senyum untuk sekadar menyapa. Namun, anak-anak itu justru membuang mukanya.

Mungkin tidak melihat kalau Naqiya menyapa dirinya.

Tiba juga dirinya di dalam kelas. Naqiya menghempaskan tubuhnya untuk duduk di bangku sebelah Cantiya. Lumayan melelahkan juga naik turun tangga ke kelas begini.

Suasana kelas ramai, Naqiya bisa mendengar orang-orang yang dirinya anggap teman, berbisik-bisik di belakangnya.

"Pantes aja belakangan pake baju gede-gede mulu,"

Bisikan itu masih bisa didengar oleh Naqiya. Entah mereka membicarakan siapa Naqiya tidak paham. Lagipula jarak mereka juga sedikit agak jauh dari Naqiya.

Naqiya tidak ambil pusing, dirinya menoleh ke teman sebelahnya, Cantiya. "Can, kamu-"

Belum sempat ucapan Naqiya kelar, Cantiya sudah berdiri, dirinya mengangkat tas dan barang-barang yang ia miliki, lalu pindah ke bangku belakang. Menjauhi Naqiya.

Cantiya kenapa?

Naqiya rasa dirinya tidak memiliki masalah apapun dengan sahabatnya ini, lalu ada apa dengan Cantiya?
Suara kelas kembali ramai, ramai obrol-obrolan para warga kelas yang entah membicarakan apa.

"Muka doang alim, ternyata ayam, oops!" Suara suara itu terdengar lagi di telinga Naqiya. Mereka tertawa, satu kelas tertawa.

"Yang digodain juga yang ganteng pula. Tuh dosen ternyata doyan ayam kampus juga ya?"

"Mana ada nolak rejeki dosa, sikat blarrr, jadinya kebobolan deh," Mereka tertawa lagi, lebih keras.

"Pasang tarif berapa dia ya? Bisa sampe hamil gitu?"

"80 juta? HAHAHAHAH."

Naqiya memasang earphones nya mencoba menutup telinga dari pembicaraan itu. Hatinya tersenggol, setiap ada orang yang berbicara tentang kehamilan. Padahal belum Naqiya pastikan juga kalau mereka membicarakannya.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang