100 | Titip Rindu untuk Abi

92.7K 11.3K 800
                                    

°°°°°°Playlist on multimedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°°
Playlist on multimedia

°°°°°°

Vote dulu sebelum baca yuk

________

"Ingat zaman kau kecil dulu, Muhammad." Lagi-lagi Ainun menatap kosong ke arah depan. Pikirannya bernostalgia ke masa lalu. "Anak gembil yang menggemaskan, bikin Umma setiap hari maunya dekat-dekat sama kamu, sampai Abi bingung sendiri."

"Katanya, Umma kok Muh sudah masuk SMP masih diantar? Kakak-kakaknya saja dulu sudah berangkat sendiri." Ainun tersenyum kecil, tatapannya kini ke arah Bara, "Kamu tau Bara? Mertuamu ini dulu primadona anak-anak lain yang iri karena paras dan prestasinya."

Mata Bara sedikit melebar. Memang masuk akal karena keluarga istrinya ini memang memiliki paras rupawan semua. Termasuk Muhammad.

"Umma tau kalau kau dipalaki teman-temanmu itu. Umma tau mereka iri denganmu karena kau menarik perhatian lebih daripada yang mereka dapatkan. Terutama perhatian para gadis. Kau lebih pandai juga. Umma tau itu semua, Muhammad."

"Umma..." Muhammad menatap tak percaya pada ibunya tersebut.

"Tapi Umma tidak pernah ikut campur soal itu. Umma yakin kau akan merasa malu kalau Umma turun tangan. Mudah buat saya ngeluarkan anak-anak tak bermoral itu dari sekolah. Seterpandang apapun keluarga mereka, hal itu kecil dilakukan oleh saya."

Muhammad tertegun. Ternyata ibunya ini mengetahui segala yang terjadi padanya.

"Umma tak pernah melakukannya karena tak ingin membuatmu semakin malu. Di cap anak mami itu menyakitkan bukan?" Ucap Ainun. "Umma yakin anak-anak Umma semua adalah anak-anak yang mandiri, cerdas, termasuk kamu."

"Dan tanpa turun tangan dari Umma, kau berhasil sampai di titik ini, sukses, berkeluarga, punya anak-anak cerdas, istri yang baik. Apa yang Umma bilang benar, anak-anak Umma semua hebat."

Tanpa turun tangan dari Umma? Ainun keliru, demi Tuhan wanita itu telah memberikan segala yang ia miliki untuk melindungi Muhammad. Umma nya yang selalu mengantar jemput ke sekolah. Selalu bertanya tentang apa yang terjadi di sekolah meskipun tak pernah Muhammad ceritakan yang sebenarnya.

Ummanya selalu menjadi sayap pelindungnya.

"Tak perlu merasa tak berdaya. Semua yang terjadi padamu itulah akibat perbuatanmu. Umma tak pernah melindungimu lebih dari apa yang kamu butuhkan. Karena apa, Muhammad? Karena Umma percaya kalau kau mampu, Umma percaya kau itu kuat."

Mengapa Ibunya sepercaya itu pada kekuatan dalam dirinya? Mengapa Muhammad pada saat itu justru meremehkan dirinya sendiri.

"Tapi sayangnya," Ainun menggantungkan kalimatnya, "Kepercayaan Umma padamu tidak selaras dengan jalan pikiranmu. Pada saat itu kau masih saja ciut pada mereka."

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang