"Harusnya aku yang tanya," Jawab Naqiya. Bulu mata indah milih wanita itu berdiri seirama dengan tatapannya yang semakin lama semakin dalam masuk ke netra milik Bara. "Ada yang Mas sembunyiin kah dari aku?"Bara seketika terdiam. Jangankan berbicara, menggerakkan jemarinya saja tidak. Setelah sepersekian detik terdiam, mata elangnya langsung berpaling dari manik mata milik Naqiya.
Yang Bara ketahui, istrinya itu bukanlah sosok wanita yang dengan mudah dibodohi. Meskipun umurnya jauh lebih muda darinya, Naqiya adalah wanita yang cukup cerdas dan kritis menghadapi sesuatu.
"Mas paham nggak? Belakangan ini Mas itu aneh," Lanjutnya. "Entah aku aja yang ngerasa atau memang Mas berubah. Mas sibuk, nerima telfon sesering itu, pas aku tanya siapa yang nelfon, Mas selalu ngeles, cari alesan. Terus kemaren Bina mulai deket-deket sama Mas. Aku yakin dia modus, Mas seneng kah dimodusin begitu sama dia?"
Bara masih terdiam, mendengar dengan saksama setiap kata yang Naqiya ucapkan. Tampak sekali kalau istrinya itu sedang emosi.
"Rencanaku sepulang Mas hari ini mau check up kandungan karena Mas bilang besok ada urusan yang aku gatau urusan apa itu. Tapi apa? Mas aja sama sekali nggak ngabarin aku kalo Mas pulang malem. Tau begitu aku ke dokter sendiri!"
Napas Naqiya bergemuruh, menahan air mata yang sudah berada di pelupuk matanya begitu berat ia usahakan saat ini. "Mas kalo memang udah nggak sanggup sama aku yaudah. Nggak usah bohong di belakangku gini." Tambahnya.
Sesaat setelah itu air mata yang Naqiya tahan akhirnya mengalir juga menjatuhi pipinya. Naqiya menunduk, mengusap kasar air matanya kemudian berdiri berniat meninggalkan Bara di ruang makan itu.
Belum sempat ia pergi, pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Bara. Pria itu berhasil menghentikan langkah istrinya dan membuat wanita itu berbalik menghadapnya.
Tubuh dan pikiran Bara malam ini begitu lelah. Rasanya yang dia inginkan adalah sambutan hangat istrinya ketika dia pulang. Namun dia juga salah karena tidak langsung mengabari Naqiya kalau kemungkinan dirinya akan pulang telat. Bara menarik napasnya kasar untuk menetralkan emosi dalam tubuhnya. Demi Tuhan dirinya luar biasa lelah, sampai rumah istrinya justru mengajaknya untuk berdebat.
"Kenapa? Mau ngeles apalagi, Mas?"
Helaan napas Bara lagi-lagi terdengar, ia memalingkan pandangannya dari Naqiya agar tidak semakin membara emosinya. Tubuhnya berdiri dan menarik Naqiya sedikit kasar ke dalam kamar. Mungkin di kamar akan lebih mudah menetralkan emosinya karena suasana akan semakin intim.
"MAS!" Naqiya yang tangannya ditarik Bara protes, memukul-mukul tangan pria itu yang melingkar di pergelangannya.
Mas Bara marah kah? Salahkah dirinya protes atas sikap Bara belakangan ini?
Naqiya menggigit bibir bawahnya, sepertinya dia memilih waktu yang kurang tepat.
"Mas sakit..." Keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...