Kelas terakhir hari ini sudah selesai. Satu persatu warga kelas mulai meninggalkan tempat tersebut. Perempuan berpashmina hitam itu merapikan barang-barangnya agar ia bisa cepat kembali ke rumah. Jujur saja, kampus merupakan tempat yang paling dirinya takuti. Ya, perempuan itu adalah Naqiya.
Baru saja Naqiya akan keluar dari kelas itu, di depannya sudah dicegat oleh beberapa pria. Sekali lagi, pria. Naqiya tidak tahu apa yang mereka inginkan. Tapi mengingat kelas sudah mulai sepi, Naqiya buru-buru melanjutkan langkahnya.
"Naqiya, ada waktu buat Abang nggak?" Laki-laki itu dengan suaranya membuat langkah Naqiya terhenti. Bagaimana tidak? Dia berdiri di depan Naqiya, menghalangi pandangan Naqiya.
"Permisi!" ucap Naqiya. Berusaha jalan ke kanan kiri agar keluar dari kungkungan pria itu.
"Cantik-cantik kok galak sih, Naqiya," timpal teman dari laki-laki itu.
"Tipe cewe ganas dia berarti."
Suasana koridor menjadi lebih sepi lagi. Hal itu tentu saja membuat Naqiya semakin takut kalau anak-anak nakal itu akan berbuat macam-macam padanya. Jantung Naqiya berdetak tak menentu, keringatnya menetes.
Naqiya sudah melakukan semaksimal mungkin yang ia bisa agar cepat keluar dari kelas. Ia begitu sedih dan sangat kecewa ketika dirinya berhadapan dengan para lelaki ini, tak satupun temannya yang masih berada di kelas bergerak untuk membantunya atau bahkan melindungi dirinya.
Naqiya tidak punya siapa-siapa. Tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan. Dirinya begitu takut dan khawatir. Satu-satunya yang Naqiya lakukan adalah memanjatkan doa, agar Tuhannya segera menolongnya secepat mungkin.
Kaki Naqiya bergerak mundur ketika mereka semakin maju. Tatapan mereka seperti menelanjangi Naqiya. Mereka terus berjalan maju, mendekati Naqiya, dengan langkah Naqiya yang juga lama-lama semakin mundur.
"Naqiya Abang chat nggak dibales," ucap pria itu lagi. "Kita-kita DM in juga nggak dibales. Sombong banget."
Bahkan pesan-pesan mereka saja tidak dibaca oleh Naqiya. Satu-satunya yang membaca pesan-pesan gila mereka adalah Bara Adichandra, suaminya.
"Disuruh pap juga ga dikirim-kirim," timpalnya lagi.
"Adek tingkat, mahasiswa baru, tapi belagu!! Nggak sopan sama kating!" Bentak salah satu pria di antara mereka. Dia membentaknya tepat di depan wajah Naqiya.
"Minggir!" Naqiya memberontak memohon mereka untuk melepaskannya. Tanpa Naqiya sadari, tangannya refleks berada di perutnya untuk melindungi bayinya dengan Bara itu.
Tuhan, lindungi dirinya.
Tapi pria-pria bejat itu justru tertawa, "Utututu, mau main kasar ini ceritanya?" Tanya mereka.
"Lagi hamil jangan main kasar, ntar bayinya kenapa-napa repot loh, Naqiya." Langkah pria itu semakin dekat, "Main halus aja sama kita."
Sampai tubuh Naqiya menyentuh dinding dan terhalang oleh benda itu. Wanita itu tidak bisa lagi menjauh dari anak-anak nakal tidak tahu malu ini. Tubuhnya sudah terjebak antara dinding dan mereka.
"Jangan disini tapi, ngga aman," Dia bersiul, "Minta cium dikit aja ya?"
Salah satu dari mereka maju, berniat mencium Naqiya, namun Naqiya menunduk lalu mendongak tiba-tiba. Sehingga kepala belakang Naqiya berbenturan dengan hidung pria itu. Alhasil hidung salah satu dari mereka berdarah karena pembelaan diri dari Naqiya.
"TOLONG!!" Teriak Naqiya, ketika dirinya ingin berlari. Pria-pria yang lain semakin menghadangnya.
Mereka yang mengaku kakak tingkat tapi justru manusia-manusia bejat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...