68 | Menilik Titik Terang

135K 11.5K 802
                                    

Mobil pajero sport hitam kesayangan Bara ia tinggalkan di bengkel untuk diservis dan dicuci sehingga mobil itu akan semakin nyaman serta tampak tampan nan gagah. Mobil itu akan dipakai untuk belanja bersama istrinya nanti, seperti apa yang ia janjikan pada Naqiya tadi. Sehingga harus dipastikan mobil ini siap menunjang keamanan dan kenyaman nyonyanya nanti.

 Sehingga harus dipastikan mobil ini siap menunjang keamanan dan kenyaman nyonyanya nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu menuju kampus dengan berjalan kaki. Posisi bengkel tadi tepat berada di depan kampus sehingga jaraknya tidak begitu jauh dan memudahkan Bara untuk bergegas ke sana.

Setibanya di kampus, Bara lagi-lagi membuat jantung para mahasiswanya bereaksi tak menentu. Bagaimana tidak? Bara sedang memilih kelompok berapa dari mereka yang akan maju presentasi hari ini. Bara memang sempat mengatakan presentasi hari ini akan dipilih secara acak sebelumnya.

Tak ada satupun mahasiswa di sana yang menginginkan presentasi terlebih dahulu karena mereka tahu pasti dosen tampannya itu akan memborbardir dengan banyak pertanyaan. Sebetulnya hal itu Bara lakukan untuk menguji pemahaman mereka. Mereka ini asal mengerjakan tugas (yang penting kelar) atau benar-benar niat dan memahaminya.

"Baik," Bara mulai mengoprasikan komputer kelas yang menayangkan kelompok 1 sampai 6. Nantinya web itu akan mengacak kelompok berapa yang akan maju duluan. "Saya mulai ya," Bara mengeklik kursornya.

Warga kelas di sana masing-masing berdoa agar tidak maju duluan. Setidaknya seminggu lagi cukup untuk mempelajari lebih lanjut materi yang akan mereka presentasikan.

Sampai putaran di web itu berhenti dan menunjukkan angka yang akan maju terlebih dahulu.

Kelas semakin ramai, ada yang berbahagia tidak maju hari ini, dan ada yang panik.

"Bisa diliat di sini," Bara memperbesar hasil di layar itu, "Oke silakan kelompok 5 maju duluan," tambahnya.

Mereka yang memang anggota dari kelompok 5 saling berdiskusi. Bukan, bukan berdiskusi. Mereka panik bukan main. Satu orang yang memegang berkasnya dikerumuni oleh peserta dari kelompok tersebut.

Bara dengan sabar menunggu, sesekali mengecek ponselnya, barang kali istrinya yang cantik menghubunginya dari rumah. Tidak ada pesan dari Naqiya yang masuk. Bara tidak kecewa. Kalau tidak izin kemanapun dan tidak ada kepentingan apapun, Naqiya memang tidak mengirim pesan.

Lalu Bara saja yang mengetik pesan untuk istrinya itu.

Bara

Jangan lupa makan siang ya

Belum ada balasan dari istrinya itu. Namun beberapa menit kemudian ponsel Bara bergetar, menandakan ada pesan yang masuk. Bara sumringah mendapat balasan pesan yang tidak lain tidak bukan adalah dari Naqiya, istrinya.

Ny. Adichandra

iya ntar lagi masak

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang