48 | Luka Naqiya

140K 10.8K 336
                                    

[WARNING! WAJIB PLAY PLAYLIST DI ATAS, HARUS BANGET BACA SAMBIL DENGERIN LAGU ITU]

_____

Bara tertegun mendengar ucapan Naqiya. Dirinya terdiam dalam tangisan Naqiya yang mulai menjadi lagi. Berita itu tersebar. Seantero kampus mengetahui bahwa Naqiya kini telah mengandung buah hatinya.

Naqiya di sana, di ranjang itu terisak-isak. Rasanya Bara ingin merengkuh istrinya itu ke dalam pelukan hangatnya.

Mengatakan padanya bahwa dunia memang sedang tidak ramah.

"Pak Bara kenapa tega ngelakuin ini ke saya?" Tanya Naqiya lirih. Dengan tatapan yang di sana penuh air mata.

"Apa salah saya sama Bapak?"

"Apa dendam Bapak buat saya?"

Air mata Naqiya meluncur lagi, dirinya bertanya pada Bara dengan nada lirihnya. "Apa yang Bapak mau dari saya?"

"Kenapa..." Naqiya menyentuh bahu Bara yang menatapnya, "kenapa Bapak nyebarin berita ini?"

Namun, Bara membatu, dirinya terdiam.

"Apa..." Naqiya terisak lagi, "Apa Bapak nggak puas buat ngehancurin hidup saya dengan adanya anak ini?!" Tambah Naqiya yang mulai menggebu.

Hati Bara terluka sebenarnya. Bayinya yang tidak berdosa harus dikambing hitamkan. Namun dia tetap diam.

"Bayi ini udah membawa petaka buat saya, Pak," Ujar Naqiya lagi. "Dan sekarang Bapak malah nyebarin berita itu?? Kenapa, Pak?! Apa salah saya sama Pak Bara?! Bukan saya yang bunuh Ibunya Pak Bara! Bukan saya yang mau Bapak tiduri! Bukan saya juga yang mau hamil di luar nikah kaya gini! Kenapa harus saya, Pak?! Kenapa harus saya?!!" Naqiya mulai menjadi, wanita itu menangis lebih keras lagi.

Bara masih membatu, walaupun kata-kata Naqiya sangat melukai dirinya. Namun, dirinya sadar apa-apa yang sudah dia lakukan bukan lagi melukai Naqiya, tapi menghancurkan hidup istrinya itu.

"Kalo Bapak emang nggak puas," Naqiya kembali menatap Bara dengan lekat, "Kenapa nggak sekalian bunuh saya, Pak?"

Astaga.

Naqiya sudah tidak benar.

"Kenapa Pak Bara diem aja?" Tanya wanita itu, "Mau saya ambilin pisaunya?"

Bara menatap perempuan itu tidak percaya. Apa yang merasuki istrinya ini? Ada apa? Apa yang sudah terjadi di kampusnya?

"Bapak bunuh saya, atau..." Naqiya menghentikan ucapannya, dia berdiri di samping Bara, "SAYA BUNUH BAYI INI!"

Naqiya berteriak yang sesaat kemudian dia memukul-mukuli perutnya yang membucit itu.

"NAQIYA!" Tangan Bara menahan tangan Naqiya yang terus menyakiti bayi mereka. Namun, istrinya itu semakin memberontak. Lengannya ditarik dari pegangan Bara.

"Lepas!!"

Naqiya benar-benar membenci semua ini. Membenci Bara, membenci bayi ini.

"Gara-gara dia saya kehilangan keluarga saya! Saya kehilangan teman-teman saya! Saya kehilangan semuanya!!!" Pekik Naqiya di depan wajah Bara.

"Gara-gara saya! Bukan dia!" Bentak Bara. Amarahnya terpancing karena Naqiya terus saja mencoba memukuli perut buncitnya, supaya bayi mereka cepat mati.

Naqiya tambah membabi buta. Dia membuka laci lemari, mengambil gunting yang ada di dalam laci tersebut. Dia memberikannya kepada Bara.

Namun Bara diam saja, tidak menerima pemberiannya. Matanya masih menatap nanar pada istrinya itu.

"Ambil, Pak." Naqiya memaksa Bara untuk mengambil gunting itu. "Cepat bunuh saya!!"

Tiba-tiba Bara mengambil gunting itu.

Lalu membuangnya jauh dari Naqiya.

Pria itu mendekat dan langsung memeluk istrinya itu.

"LEPAS!!!" Naqiya kembali memberontak. Namun Bara tidak menyerah, pelukannya semakin erat.

"LEPAS PAK!" lagi, wanita itu terus berusaha lepas dari pelukan Bara. "Bunuh saya! Saya udah nggak sanggup lagi, Pak!"

Bara terus memeluknya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Nay udah nggak kuat yaAllah!!!"

Isakan Naqiya semakin keras. "Saya udah ngga kuat, Pak!"

Setelah tangisan itu bergulir, Naqiya berujar lemah, "Saya capek, Pak...Saya udah nggak kuat..." Naqiya mulai melemah, tenaganya sudah terkuras habis.

Bara baru bereaksi, tangannya mengelus kepala wanitanya itu, sesekali bibirnya mengecup. "Istigfar, Naqiya..." Bisik Bara dengan lembut.

Naqiya menangis, namun tangisannya tidak sekeras tadi. Air matanya hanya jatuh begitu saja di bahu Bara.

"Istigfar, Sayang..." Bisik Bara.

Tiba-tiba suara sebuah lagu yang melantun indah dapat terdengar di telinga mereka. Mungkin tetangga sebelah rumah yang menyalakan lagu tersebut.

Desir peluru tak bertuan...

Bara mendongak dan berdoa, memeluk Naqiya semakin erat.

Tuhan, Jika boleh Bara meminta pada Mu, seharusnya dia saja yang mengalami kepahitan yang Naqiya rasakan sekarang.

Hari-hari yang tak benderang...

Jika boleh Bara meminta, biar dirinya saja yang kehilangan teman, keluarga, dan apapun itu yang Naqiya sayang. Biar Bara saja yang menelan pahitnya perbuatan dia. Bukan Naqiya, bukan perempuan yang dia sayangi.

Setiap detik nyawa ini, ku pertahankan untukmu...

Bara rela, dirinya sangat ikhlas ditimpa semua pahitnya dunia, asal jangan istrinya. Jangan biarkan Naqiya yang menelan semuanya sendirian.

Andaiku malaikat, ku potong sayapku..

Kalau boleh Bara meminta, bukan Naqiya ataupun bayinya yang pantas hengkang dari dunia. Tapi dirinyalah, bajingan yang sudah menghancurkan hidup indah yang Naqiya miliki.

Untuk rasakan pedih di dunia bersamamu ...

Naqiya salah jika menyuruh Bara memilih bayi atau dirinya untuk dibunuh. Makhluk-makhluk suci itu bahkan tidak pantas untuk disakiti.

Perang kan berakhir, cinta kan abadi...

Kalau boleh meminta, Bara ingin mengulang waktu. Tidak ingin gila dan mencari pelarian sesaat kalau saja dirinya tahu akan seperti ini jadinya.

Hatimu beku, serta jiwamu yang lelah

Kalau boleh meminta, Bara memohon semua kekuatanya agar disalurkan untuk istrinya. Agar Naqiya kuat menjalani semua ini.

Tak henti melawan dunia...

Agar tidak ada lagi air mata yang menetes dari mata cantik Naqiya, istrinya, wanita yang dia sayang.

Tanpa sadar air mata Bara menetes di sana, di pundak istrinya. Dibiarkan saja olehnya air mata itu menetes. Lukanya Naqiya, adalah derita buat Bara.

Ku basuh luka dengan air mata...

✨✨✨

NANGEESSSS😭😭😭

btw part ini nemenin malem minggu kita semua yang #dirumahaja hehe🤗 selamat malming readers tersayangkuu!

YOK SPAM VOTE COMMENTS!!♥️♥️🤗

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang