83 | Godaan II

129K 10.8K 1.2K
                                    

[WARNING! Dengerin playlist ya]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[WARNING! Dengerin playlist ya]

________

Dress merah marun yang Bina kenakan saat ini benar-benar tepat untuk menggoda seorang pria. Dada wanita itu tampak menonjol, terlihat.

Bara bungkam, dia masih berpikir apa-apa yang mungkin bisa ia lakukan dalam kondisi seperti ini. Sementara kaki jenjang Bina membawa wanita itu mendekat pada Bara perlahan tapi pasti.

Melihat Bina saat ini membawa pikiran liar Bara. Bukan, bukan pada wanita itu. Tapi pada istrinya, Naqiya. Membayangkan Naqiya yang berani menggodanya. Membayangkan menyentuh setiap inchi tubuh indah milik istrinya itu. Ah, pikiran Bara setiap detiknya semakin liar perkara Naqiya.

Tanpa sadar, kini Bara sudah terduduk di sofa. Dalam lamunannya, Bina memperdaya pria itu dengan tatapan menggoda dan dorongan kecil yang membuat Bara bisa terduduk di sofa.

Tubuh Bina membungkuk, berniat membisikkan sesuatu. "Aku tau dari dulu kamu ada rasa buat aku 'kan, Bar," bisiknya dekat dengan pria itu.

Lelaki manapun yang ada di posisi Bara pasti akan meneguk salivanya ketika Bina mulai bertingkah seperti ini. Wanita itu tidak ada habisnya ingin menggoda Bara.

"Mas setia ya sama aku..."

Kata-kata yang selalu istrinya ucapkan itu mendadak berputar di kepalanya. Betapa khawatirnya Naqiya akan Bara yang bermain api di belakangnya.

Inikah alasan mengapa Naqiya begitu tidak menyukai Bina?

Jika memang iya, seharusnya Bara sudah menyadari. Firasat perempuan bukan hanya ketakutan tanpa sebab. Pasti ada faktor mendasar dari semua firasat yang ia rasakan.

Jemari lentik wanita itu semakin berani lagi, kini dia mengelus rahang milik Bara, meskipun pria itu kerap kali menolak sentuhannya. Bukan Bina namanya jika dia berhenti sampai di sana.

"Aku tau kalo kamu juga 'mau' aku, Bar." Bisiknya lagi, "Kita bisa kok melakukannya satu malam aja," Ajaknya

Bara mendelik, memperhatikan gelagat Bina. Tiga tahun di sekolah menjadi sasaran Bina membuat Bara sedikit banyak paham akan watak wanita itu. Bina itu keras, tidak mudah dikalahkan.

Api tidak bisa dibalas dengan api.

Bisa saja Bara mencekal Bina dan menahan wanita lalu segera pergi. Namun, itu bukan cara yang tepat untuk mengatasi wanita seperti Sabina Binka. Dan satu faktor yang pasti, angkutan umum di wilayah vila ini lumayan sulit dijangkau.

Bara mendongak, mata elangnya menatap tak kalah tajam pada wanita itu, "Satu malam aja?" Suara berat Bara terdengar.

Bina menelan salivanya, matanya sedikit membelo. Jantungnya berdegup dengan tempo yang lebih cepat.

Apakah Bara mulai tertarik dengannya?

"Ya! Satu malam aja akan aku buat kamu menikmati surga dunia, Bara," Bisiknya sensual. "Lebih dari apa yang kamu dapat dari istrimu itu."

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang