Sudah lebih dari jam dua belas dini hari, tetapi gerangan yang ia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Kantuk yang menerjang sama sekali tak ia hiraukan. Hatinya sudah sedikit tenang, setidaknya sudah sedikit lebih siap untuk menghadapi Bara nanti."Ngantuk," Gumamnya. Kepalanya ia gelengkan ke kanan dan kiri, berharap kantuk itu lekas pergi. "Nggak boleh tidur, Mas Bara nanti pulang nggak ada yang nyambut."
Firasatnya, Bara tidak mungkin tidak kembali ke rumah. Untuk meninggalkan Naqiya sendirian di rumah ketika pria itu kerja saja rasanya berat bagi Bara. Apalagi meninggalkan seharian begini.
Namun, firasat itu tak kunjung mendapatkan jawaban, Bara tidak kunjung pulang. Tegakah pria itu meninggalkannya?
Suara mobil terdengar memasuki pelataran rumah. Sontak Naqiya segera bangkit dan mengintip dari balik jendela. Mobil Pajero sport hitam milik Bara terlihat terparkir gagah di sana. Disusul sang pemilik yang turun dari mobil tersebut dan melangkah ke pintu rumah.
Naqiya langsung saja memutar kunci pintu rumah untuk menyambut kepulangan Bara dengan antusias. Berharap saat ini keadaan Bara sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Waalaikumussalam, Mas," Belum ada salam yang Bara ucapkan, tetapi Naqiya dengan senyumannya yang merekah menjawab salam tiba-tiba.
Tangan kecilnya meraih tangan Bara yang kemudian ia kecup lembut. "Baru pulang, Mas?" Tanyanya.
Bara yang menyaksikan tingkah istrinya itu melirik sekilas. "Iya baru pulang." Jawabnya datar.
Sungguh, itu sangat menyakitkan bagi Naqiya. Untuk pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini. Ah tidak, untuk pertama kalinya suaminya ini marah padanya.
"Mandi air hangat ya, Mas? Aku siapin," Tawarnya sembari mengikuti langkah kaki pria itu menuju kamar mereka.
"Gak usah, air dingin aja nggak papa," Jawabnya. Suntuk, Bara butuh air dingin untuk menenangkan pikirannya saat ini.
Naqiya mengangguk, tidak banyak yang bisa ia lakukan karena pergerakan Bara begitu cepat. Buktinya sekarang Bara dengan pakaian tidur di tangannya sudah siap masuk ke kamar mandi.
Suasana kembali hening saat lampu tidur di sisi kanan Bara dimatikan. Entah Bara yang sudah benar-benar terlelap atau bagaimana, yang jelas Naqiya kini sama sekali tidak bisa tidur. Rasa bersalah menggerogoti seluruh dinding di ruang hatinya.
"Mas Bara," Panggilnya pelan, hampir seperti berbisik. "Tadi itu nggak kaya yang Mas liat."
"Udah, Naqiya," Suara serak Bara yang sepertinya memang sangat mengantuk itu terdengar. "Mas mau tidur ya, capek."
Sedih. Jujur saja Naqiya ingin menangis. Sekuat apapun ia meyakinkan dirinya tadi tetap saja hormon kehamilannya ini mempengaruhi suasana hatinya.
Naqiya menghela napasnya, kemudian tubuhnya digeser hingga menempel dengan tubuh Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...