(Part Bonus)

60.8K 7.2K 463
                                    

Rafi melirik ke arah kanan dan kiri, meskipun ia sudah berlari sekuat tenaga, nyatanya lari Bara dengan membopong tubuh Naqiya lebih cepat darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafi melirik ke arah kanan dan kiri, meskipun ia sudah berlari sekuat tenaga, nyatanya lari Bara dengan membopong tubuh Naqiya lebih cepat darinya. Dengan napas ngos-ngosan, Rafi kembali ke dalam. Namun tiba-tiba Umi Zainab mengajaknya berbicara di luar.

"Umi mau ikut ke rumah sakit," Ucap Zainab dengan air matanya yang tak kuasa ia tahan. "Umi mau lihat putri Umi, Mas Rafi."

"Aduh, Mi, eke-- ehm.. maksudnya Rafi cari mobil dulu yah kalo gitu," Rafi menjawab dengan suara jantannya. Malu kalau bersikap kemayu di depan Umi Zainab. "Umi tunggu sini ya."

Umi Zainab mengangguk, sesaat setelah Rafi pergi menyusul Bara, Aufar yang menyadari ibunya tidak ada di ruangan itu bergegas keluar sebentar.

Di dalam masih bisa dikontrol, karena ada Amir, para pengawalnya, dan Abi Muhammad. Aufar kini justru mengkhawatirkan Ibunya yang tiba-tiba menghilang.

"Umi ngapain disini?" Tanya Aufar ketika melihat Umi Zainab menunggu.

"Abang, Umi mau nyusul Nay bareng Mas Rafi." Ucap Umi Zainab dengan air mata memohonnya. "Nay pasti butuh Umi, Abang... Umi nggak pernah ada di sampingnya selama ini..."

Jujur saja sebetulnya Aufar tak mengizinkannya. Cukup berbahaya untuk ibunya itu kalau bukan dirinya sendiri yang mengantar. Terlebih Rafi. Orang yang sama sekali tak mereka kenal sebelumnya.

"Nanti, kita ke sana bareng-bareng ya, Mi." Begitu ucap Aufar untuk menenangkan Zainab.

Namun, ibu mana yang tidak khawatir ketika dengan mata kepalanya sendiri melihat putrinya dalam keadaan mengenaskan?

Umi bersandar di dada Aufar dengan menyembunyikan tangisannya. Ia memukul-mukul pelan dada bidang. "Tolong, Bang... Umi cuma mau ketemu anak Umi sendiri..."

Tangisan itu tanpa suara, hanya air mata yang membasahi pakaian yang Aufar kenakan di bagian dada.

"Umi... nggak mau semuanya keburu terlambat..."

Tak lama setelah itu, Rafi dengan napas beratnya berlari ke arah mereka. Tak lupa kunci mobil ia tunjukkan pada Umi di sana. "Rafi dapet mobil nih, Mi."

Namun tiba-tiba ia salah tingkah kala matanya menatap mata tajam Aufar. Seakan mata itu dapat berkata agar Rafi yang berbuat macam-macam.

"Kasian Umi atuh, Bang. Wajar kalo ibu mau nemuin anaknya sendiri. Apalagi kondisi Naqiya lagi begini. Di sini atau di sana sama-sama bahayanya. Bang Aufar nggak perlu khawatir, InshaAllah Aa Rafi bakal jaga Umi dengan sepenuh hati."

Umi Zainab mengangguk-anggukan kepalanya. Percayalah, Tuhan selalu menjaga malaikat bumi yang bertitle Umi.

"Yaudah, awas ya kalo Umi kenapa-napa." Ancam Aufar pada Rafi di sana. Ia memberikan Uminya pisau lipat tipis kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi.

Aufar mencium telapak tangan ibunya itu kemudian mengecup pipinya, "Umi hati-hati. Abang ke dalem dulu." Ujarnya.

[ B A Y I D O S E N K U ]

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang