56 | Sekadar Saran

131K 10.2K 315
                                    

"Onde mande Neng Rasel..." Rafi yang melihat apa yang tadi Rasel lakukan sangat terperangah. Bagaimana bisa mahasiswinya itu memiliki keberanian sehebat itu? Bahkan dirinya berhadapan dengan laki-laki yang notabennya kakak tingkat. Tapi fakta itu sama sekali tidak membuat gadis bernama Rasel getir sedikitpun.

"Kalian berlima, ikut saya ke ruang dosen!" Ujar Ayu yang melototi kelima mahasiswa bejat itu. Biar Ayu yang mengurusnya ke bidang kemahasiswaan nanti. Biar saja mereka kapok dengan sangsi yang bakal mereka terima nanti.

Sementara Bara langsung mengamankan Naqiya. Raut wajah Naqiya tidak bisa jelaskan. Dirinya dipenuhi dua rasa, antara ketakutan dan juga takjub dengan apa yang Rasel lakukan. Entahlah, apa yang Bara katakan pada Rasel ketika pria itu memergokinya merundung Naqiya sampai bisa membuat Rasel taubat seperti sekarang.

"Ada yang luka?" Tanya Bara, dia mengecek bagian tubuh Naqiya yang tidak tertutup pakaian. "Mereka udah nyentuh kamu dimana?"

Naqiya menggeleng, mereka tidak, maksudnya belum menyentuh Naqiya di bagian manapun. "Nggak ada, Pak," Jawab Naqiya singkat.

"Luka juga nggak ada?"

"Nggak ada."

"Hebat kamu, Neng Rasel! Bangga banget jadi dosennya Eneng!" Ucap Rafi lagi-lagi dengan intonasi kemayunya.

Rasel melirik Rafi dengan tatapan sengit, tanpa memperdulikan itu, Rasel mendekat ke arah Bara dan Naqiya di sana.

Perempuan itu berdehem, "Ehem, Pak Bara..." Rasel menunjuk Naqiya, "Saya jamin Istrinya 100% aman." Ucap Rasel.

Bara mengangguk dan tersenyum, dirinya juga tersihir dengan perubahan Rasel yang begitu drastis. "Terima kasih ya, Rasel. Terima kasih banyak," Ucap Bara dengan ketulusannya.

Naqiya di sana juga tersenyum pada Rasel. Senyuman itu memang indah di mata Bara, tapi tidak senyuman lebar yang sempurna seperti biasanya. Dalam senyuman itu masih tersimpan banyak luka. Bara paham itu.

"Makasih ya, Sel," Ujar Naqiya, matanya menatap Rasel yang saat ini sedang senyum-senyum, "Aku nggak tau jadi apa kalo nggak ada kamu. Maaf juga tadi sempet suuzon sama kamu, Sel," Tambah Naqiya.

"Naqiya benar, Rasel. Sekali lagi terima kasih banyak ya," Bara menambahkan, tidak lupa dengan senyuman yang membuat dewi-dewi meleleh.

Rasel melihat ke lantai lalu ke langit-langit. Astaga, dirinya malu-malu. Untuk pertama kalinya dia dipuji Bara Adichandra ditambah istrinya. Walaupun masih berat menerima kenyataan kalau idolanya sekarang sudah memiliki pendamping hidup, tapi seharusnya Rasel bahagia kalau Bara bahagia. Itulah yang dinamakan penggemar sejati.

"Ah Pak Bara bisa aja, jadi malu saya."

"Thank you juga ya, Rasel keren," ucap Rafi yang ikut menambahkan. "Udah, Bar, kamu bawa Naqiya pulang dulu aja. Anak-anak nakal tadi biar aku sama Ayu yang urus."

Bara mengangguk, hari ini pasti berat bagi istrinya itu. Bara tahu dia dilecehkan oleh pria-pria bejat tak ada otak. Hampir saja Naqiya menjadi korban mereka. "Yaudah Sel, Raf, kalian semua. Saya sama Naqiya pamit duluan ya," Ucap Bara.

"Ayo, Sayang," tambah Bara. Naqiya menunduk dan berkata 'mari' kemudian mereka berdua berjalan ke arah parkiran mobil.

Seperti biasanya, Bara membukakan pintu mobil untuk Naqiya. Memasangkan sabuk pengaman untuk istrinya itu. Sampai dirinya memastikan Naqiya sudah aman baru menyalakan mesin mobil.

Bara saat ini sangat marah. Berani-beraninya mereka melakukan hal seperti itu pada Naqiya. Sudah tidak masuk kategori bullying lagi, apa yang mereka lakukan sudah menjurus ke pelecehan seksual. Dan brengseknya, korban mereka adalah Naqiya, istrinya.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang