108 | Istana Ujung

68.2K 7.9K 471
                                    

"AAAARGHH!!" Pekik Naqiya ketika butiran-butiran kecil garam dapur yang biasanya digunakan untuk memasak dengan kejam ditaburkan di pergelangan tangannya yang berdarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AAAARGHH!!" Pekik Naqiya ketika butiran-butiran kecil garam dapur yang biasanya digunakan untuk memasak dengan kejam ditaburkan di pergelangan tangannya yang berdarah.

Sementara tersangkanya hanya tertawa bahagia melihat Naqiya yang luar biasa kesakitan itu.

"Ini diobati Kak, biar cepet sembuh." Ucap Fat menenangkan Naqiya. Penjaga itu ia perintah untuk menyekal erat tubuh Naqiya agar tidak memberontak.

"Gila kamu... Fat!!" Di tengah kesakitannya, Naqiya memaki sepupu penghianat itu.

Sementara Fat yang mendengar makian itu menghentikan aktivitasnya. Ia mendorong kasar tubuh Naqiya hingga menabrak dinding sofa.

Fat memilih duduk di sofa lain, kaki kanannya ia timpakan di atas kaki kiri sehingga posisinya menyilang. "Aku gila?" Tanya Fat mengulang ucapan Naqiya. "Aku begini semuanya juga gara-gara Kak Nay!" Bentaknya.

Naqiya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bercanda kamu.." Ucap Naqiya. "Aku nggak pernah ngerebut suamimu, Fat. Nggak pernah aku sakiti kamu. Nggak pernah aku nyinggung anakmu. Aku tulus sama kamu karena nganggep kamu adik sepupuku. Keluargaku! Nyatanya hatimu lebih busuk dari sampah!"

"Kak Nay emang nggak pernah ngerebut suamiku, nggak pernah juga ganggu keluarga kecilku. Tapi..." Netra Fat menerawang jauh pada semua kejadian di masa lalu.

Naqiya merenggut kebahagiaan masa kecilnya.

Naqiya menarik semua perhatian yang seharusnya bisa dibagi lebih adil.

Naqiya selalu menjadi yang terdepan.

Yang tersayang.

Yang tak pernah disalahkan.

Lihat? Bahkan ketika gadis itu mengandung di luar pernikahanpun keluarganya mampu mengampuni dosa besar yang dilakukannya. Sebegitu besarnya limpahan kasih sayang Saqqaf pada seorang Naqiya.

"Tapi apa?!" Mata Naqiya sudah memerah karena air mata dan amarah yang ada dalam dirinya. "Jawab aku! Apa yang aku rebut dari kamu?!"

"Semuanya." Fat membuang wajahnya dari tatapannya pada Naqiya sesaat sebelum ia berteriak di depan muka wanita hamil itu. "KAK NAY AMBIL SEMUA KASIH SAYANG YANG SEHARUSNYA DIBAGI RATA DENGANKU!!"

Mata Naqiya melebar, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Dek..."

"Betul 'kan, Kak? Si pusat perhatian! Si anak kesayangan! Dari kecil Kak Nay udah rebut semua hal yang harusnya dibagi sama rata! Apa-apa yang diajak Kak Nay, yang dipuji-puji Kak Nay. Naqiya sekolahnya gimana? Pasti ranking 1 ya? Sedangkan aku? Aku cuma jadi bahan pembanding buat semua puji-pujian ke Kak Nay!!" Teriaknya yang menumpahkan seluruh amarah pada Naqiya.

"Dek..."

"Bahkan sampai sekarangpun masih sama. Udah hamil anak haram, masih aja dipuji-puji! Bilang sama aku kalo Kak Nay itu manusia ber-Tuhan, dimana ayat Al quran yang bilang zina itu halal?! Bisa-bisanya Saqqaf masih ngampunin manusia bejat kaya Kak Nay!" Mata Fat melotot, urat-urat di wajahnya timbul. Amarah yang selama ini ia pendam akhirnya terlampiaskan juga.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang