57 | Rindu

135K 10.7K 356
                                    

[WARNING! Wajib play playlist di atas]

_____

Naqiya sudah rapi dengan outfitnya hari ini. Agenda Naqiya dan Bara hari ini adalah berkunjung ke rumah sakit untuk check up kandungan. Outfit Naqiya hari ini adalah dress dengan pashmina cokelat yang dipadu dengan outer rajut putih yang panjang. Belakangan ini musim hujan menghiasi penjuru kota. Hal itu tentu saja membuat suhu semakin dingin.

Bara menghampiri Naqiya yang masih duduk di kursi depan meja riasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bara menghampiri Naqiya yang masih duduk di kursi depan meja riasnya. Tangan pria itu menyentuh pundak istrinya. Naqiya melirik Bara sekilas yang kemudian tatapannya kembali menatap cermin dan sedikit merapikan lip cream yang ia pakai.

"Sudah siap?" Tanya Bara. Suaranya begitu lembut dan pelan karena dia kini berdiri di belakang Naqiya.

Naqiya mengangguk, "Udah," jawabnya yang sesaat kemudian Naqiya berdiri lalu berjalan keluar rumah yang diikuti juga dengan Bara. Naqiya mengunci pintu rumah lalu kembali melangkah ke arah dimana mobil Bara diparkirkan.

Tibalah mereka di rumah sakit besar di kota itu. Bara tidak pernah main-main dengan calon bayinya. Untuk rumah sakit yang menangani bayinya, konsultasi, dan check up, Bara memilih rumah sakit yang terbaik di sana.

dr. Wanda Oktavisa S.pOG tersenyum lebar menyambut Naqiya dan Bara. Seperti biasanya, dokter itu begitu ramah pada pasiennya. Dokter itu mempersilakan mereka masuk dan memeriksa kondisi kesehatan janin mereka.

"Itu dedek bayinya gerak-gerak," ucap dokter Wanda sembari menggerak-gerakan alat USG yang ada di tangannya. Tatapan Bara dan Naqiya menatap takjub pada monitor itu. Bayi mereka di sana.

Naqiya tersenyum, kali ini senyuman Naqiya jelas sekali terpancar kebahagiaan di sana. Matanya berbinar, menatap monitor itu, menatap bayinya. Dirinya begitu bahagia hanya karena bisa melihat sang buah hati. Sampai tak bisa ia pungkiri, karena kebahagiaan itu, mata Naqiya berkaca-kaca. Ia terharu.

Mereka pindah ke tempat duduk sekaligus dokter Wanda menuliskan resep obat untuk ditebus di apotek nanti.

"Perutnya belum keliatan besar karena berat dedek bayinya kurang, Ibu," Ucapnya, "Ini termasuk kasus yang berisiko juga. Jadi ada tugas nih buat Bapaknya, tolong dijaga ya, Pak, Ibunya nggak boleh gampang stress karena emosi ibu hamil bisa berisiko bikin dedek bayi mengalami IUGR atau gangguan pertumbuhan di dalam kandungan."

Kabar itu seperti petir yang menyambar Bara. Bayinya, makhluk suci yang tidak berdosa harus terdampak karena apa yang terjadi selama ini. Bara menghela napas kemudian dirinya mengangguk, begitu juga dengan Naqiya yang tatapannya nanar.

"Ya yang sekiranya bikin stress mending ditinggal dulu. Mikir yang lain. Kalau perlu ditambah olahraga semacam yoga yang bisa nenangin pikirannya Ibu, ya. Jangan terlalu kecapekan juga." Ucapnya. "Ini saya kasih resep, nanti ditebus di apotek yaa. Semoga check up selanjutnya berat dedek bayi udah semakin naik ya, Bu, Pak."

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang