"Mas Bara setia ya sama aku," Ujaran Naqiya yang tiba-tiba itu sontak membuat Bara menoleh ke arah sang istri. Hari ini tepat hari kepulangan Bara. Setelah didiagnosis sembuh, pasien bernama Bara Adichandra itu diperbolehkan pulang."Hmm?" Bara bergumam dengan nadanya terdengar seperti pertanyaan, "Kenapa tiba-tiba bilang gitu?" Tanyanya pada sang istri.
Naqiya melilit-lilit ujung kerudungnya. Perasaan hatinya was-was. Takut ketika sifatnya yang dulu sudah membuat suaminya itu berpaling ke lain hati. Mungkin saja ke perempuan yang jauh lebih perhatian daripadanya 'kan?
Secara Bara itu pria dewasa yang memiliki kebutuhan. Butuh kasih sayang istrinya, perhatiannya, dan lain sebagainya. Dan Naqiya tidak memberikan hak-hak suaminya itu. Wajar jika wanitanya Bara itu khawatir sekali.
"Ya nggak papa, Mas," Ujar Naqiya. "Pokonya perjanjian pranikah kita masih berlaku."
"Iya sayang iya, Inshaallah Mas setia," teduh mata Bara menatap netra wanitanya itu. Dengan suara lembutnya keluar dari bibir tipis milik Bara.
"Kalo gitu..." Naqiya menghentikan ucapannya, berpikir sejenak akankah ucapannya itu akan berdampak buruk atau tidak. "Siapa yang nelfon Mas waktu itu? Itu cewek ya?" Tanyanya memberanikan diri.
Naqiya akui dirinya tipe wanita pencemburu. Dia tidak sudi melihat Bara sangat dekat dengan wanita manapun. Mungkin dalam batas professional dan pertemanan bisa ia maklumi. Tapi jujur saja, Naqiya sangat pencemburu.
Bara itu suaminya. Wajahnya yang sangat tampan, fisiknya yang sempurna, sikapnya penyabar, lembut perkataannya, sudahlah Bara Adichandra itu paket komplit, Naqiya yakin wanita manapun mengincar pria seperti itu, tidak hanya penggemar pria itu di kampusnya, bisa saja kalau wanita se-Indonesia mengenal Bara pasti akan tergila-gila. Maka dari itu tak wajar jika Naqiya menjaga suaminya dari godaan-godaan di luar sana.
"Kok bengong?" Tanya Bara membuyarkan lamunan istrinya itu. Sontak Naqiya tergagap.
"Hah? Mas tadi bilang apa?"
Senyum pria itu tertarik, sesaat kemudian dia terkekeh dan menunduk. Lucu sekali istrinya itu. Bara menggeser tubuhnya mendekat ke arah Naqiya, mengangkat dagu wanita itu yang kemudian bibirnya mendekat juga ke samping telinga Naqiya.
"Kalo cewek gimana?" Bisiknya menggoda sang istri.
Bukan, bukan karena Bara ingin menutupinya dari Naqiya, tapi Bara lebih menjaga kondisi psikologis istrinya. Mungkin sebentar lagi bayinya akan lahir, Bara tidak mau sesuatu yang buruk terjadi jika Naqiya harus kebanyakan pikiran, lagi. Saat ini yang paling penting bagi Bara adalah Naqiya dan bayinya saja.
Sedikit banyak wanita itu pasti memikirkan hal tersebut. Terlebih kondisi mereka baru saja membaik. Naqiya menaruh perasaan padanya, begitu juga sebaliknya.
Bagi Bara, untuk menyelesaikan sesuatu yang besar, hal yang kecil harus selesai terlebih dahulu.
Begitu juga dengan masalahnya saat ini. Untuk menyelesaikan masalah keluarga besar Naqiya dan masalah di kampus, dirinya mesti membenahi hubungan rumah tangganya dulu. Jika di dalam rumah tangganya sudah membaik, barulah dipikirkan hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...