[WARNING! 18+]
_______
Malam tahun baru itu begitu berkesan di hati Bara. Bagaimana tidak? Malam tahun baru pertamanya yang ia habiskan bersama seseorang yang berstatus sebagai istrinya, tentu saja sangat amat berkesan. Semoga saja tahun depan akan jauh lebih berkesan karena mereka akan menghabiskan malam akhir tahun bersama istri dan buah hatinya nanti. Aamiin.
Aamiin paling serius dalam hatinya.
Di sinilah Bara sekarang, pria itu mencuci peralatan makan yang mereka gunakan tadi. Makanan lezat itu masih menyisakan sisa, tentu saja, di piring-piring. Sementara Naqiya duduk di kursi meja makan sembari tangannya sibuk mengelus perutnya. Bayi mereka sudah mulai besar. Naqiya tidak mengerjakan apapun, karena dosen sekaligus suaminya itu memintanya agar tetap diam supaya tidak kelelahan. Padahal mencuci piring tidaklah berat bagi Naqiya.
"Sudah, yuk," Bara mengajak istrinya kembali ke kamar ketika pria itu sudah mengerjakan tugasnya mencuci piring. Tangan Naqiya yang tadi mengelus perutnya, diambil alih oleh Bara untuk digenggam.
Masuk kamar saja, Bara harus menggenggam tangan istrinya.
Seperti biasa, sebelum tidur Naqiya akan sibuk dengan perawatan kecantikannya, sementara Bara dengan semangatnya memperhatikan pantulan sang istri dari cermin. Bara menatap Naqiya lekat-lekat, memperhatikan setiap detail yang wanitanya itu lakukan. Istrinya itu cantik, begitu mempesona.
Sejujurnya Bara ingin mengajak Naqiya bicara dengan pertanyaan-pertanyaannya. Tapi Bara khawatir kalau istrinya itu akan marah lagi padanya karena dibombardir oleh rentetan pertanyaan Bara.
Sesudah selesai dengan ritual kecantikannya, Naqiya langsung duduk di ranjang. Menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Mereka tidak bisa langsung tidur karena habis makan. Tidak baik bagi kesehatan pencernaan.
"Bayi rewel?" Tanya Bara. Tangannya refleks langsung menyentuh perut Naqiya yang tertutup pakaian tidurnya.
Naqiya menggeleng mendengar pertanyaan dari Bara itu, "Nggak, Pak."
"Alhamdulillah," Tangan Bara masih sibuk mengusap perut istrinya dan tatapan pria itu masih disana.
Bara mengubah posisinya sedemikian rupa sehingga kini kepalanya tepat di depan perut sang istri. Lagi-lagi Bara menciumi perut itu sesekali kembali mengelusnya.
"Bayi udah bobo belum?" Tanya Bara pada perut Naqiya. Tentu saja pria itu tidak akan mendapatkan jawaban, entah dari bayi mereka maupun dari istrinya, Naqiya.
Bara mengernyit, "Belum? Loh kok belum bobo?" Bara kembali bermonolog ria. Seakan bayinya itu sudah menjawab pertanyaannya tadi.
"Naqiya," Panggil Bara pada istrinya. Naqiya menatap Bara untuk mendapat kelanjutan dari kalimat Bara, "Kata bayi, bayi belum bobo," Tambahnya.
Bara mengajak sang istri untuk halu bersamanya.
Naqiya tidak merespon. Bisa ikut-ikutan gila jika dia mulai berhalu ria bersama Bara Adichandra itu. Dirinya hanya memperhatikan interaksi Bara dengan perutnya. Seakan bayi mereka sudah lahir saja, sehingga Bara ajak bicara seperti itu.
"Mau Papa kelonin?" Tanya Bara lagi pada perut Naqiya.
Bara menatap Naqiya yang sedang menatapnya juga. Sehingga mereka bertemu tatap di sana. Pria itu mengeluarkan senyumnya, seakan dirinya bahagia terhadap sesuatu. "Naqiya, Bayi mau saya kelonin katanya!" Ucapnya ditambah senyum girang di raut wajahnya.
Melihat Bara yang semangat mengatakan itu, Naqiya mengernyitkan keningnya. Dirinya bingung, Bara sesemangat itu untuk mengeloni bayinya agar bisa segera tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Fiksi Umum[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...