90 | Makan Malam Romantis

127K 11.6K 1.4K
                                    

[ Putar playlist! Buka youtube kalo discroll mati ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Putar playlist! Buka youtube kalo discroll mati ]

____________

"Assalamualaikum," Ketukan pintu dari luar terdengar di telinga Naqiya yang masih terbuai dalam bahagianya. Langsung saja ia memerintahkan agar gerangan tersebut masuk.

Pintu tersebut kemudian terbuka, disusul seorang perempuan melangkah dari sana. "Nay?" Ujarnya, "Eh, maaf maksud saya Bu Naqiya."

Naqiya berdiri perlahan karena perut besarnya itu sedikit menyulitkan ruang geraknya. Gerangan tersebut ternyata adalah teman satu program studinya pada saat dia masih duduk di bangku perkuliahan.

"Hai, Can," Sapa Naqiya pada perempuan itu. Senyuman tulus terukir di bibirnya kala melihat perempuan yang tak lain tak bukan adalah Aubri Cantiya Natakara. Tak dipungkiri, Naqiya merindukan sosok kawannya itu.

Cantiya terlihat begitu canggung, bingung harus bertindak apa. Tetapi matanya terfokus pada perut Naqiya yang sudah membesar. Ya, ada bayi dosennya di sana.

"Can?" Tidak kunjung mendapat jawaban, Naqiyapun mengeluarkan suaranya lagi.

"Eh I--iya, Bu." Ujarnya sedikit tergagap. "Pak Baranya kemana, Bu?"

Naqiya terkekeh, "Aku duduk dulu ya, Can, berat bayinya." Ujar Naqiya sebelum ia ke kursi kebesaran Bara yang tadi ia duduki. "Mas Bara di kelas 'kan?"

Mendengar Naqiya menyebut Pak Bara dengan sebutan 'Mas' membuat Cantiya bergidik. Terasa aneh di telinganya. Karena biasanya hanya 'Pak' lah sebutan mereka untuk Bara.

"Oh mungkin udah ganti kelas, Bu." Cantiya meletakkan beberapa lembar kertas di meja, "Saya titip ya, Bu. Tugas kelas A buat Pak Bara. Yaudah saya izin langsung permisi dulu, Bu."

Naqiya mengangguk-angguk. "Aku masih Naqiya kok, Can. Nggak usah panggil, Bu, berasa tua aku jadinya," Ujar Naqiya mencoba mencairkan suasana. "Lagian 'kan dosen kamu itu Pak Bara bukan aku."

Cantiya yang mendengar itu hanya mengangguk sembari tertunduk. Sungguh ini bukanlah Cantiya yang Naqiya kenal dulu. "Yaudah saya permisi dulu, Bu---Maksudnya Nay."

"Aku minta maaf, Can." Potong Naqiya tiba-tiba sesaat setelah Cantiya membalikkan tubuhnya untuk pamit dari ruangan itu. "Maaf udah ngerebut Pak Bara dari kamu. Maaf aku sahabat yang nggak tau diri udah ngekhianatin kamu. Sekali lagi aku minta maaf..."

"Udah, Nay, nggak usah dibahas." Jawab Cantiya ingin rasanya segera pergi dari ruangan tersebut.

"Kalo kamu udah nggak mau jadi temanku lagi, nggak masalah, Can, aku nggak akan maksa." Ujar Naqiya lagi. "Tapi aku beneran minta maafnya kamu buat semua yang udah aku lakuin."

"Semenjak kabar pernikahanku sama Pak Bara kesebar, kamu seakan ilang dari hidup aku, Can. Tapi it's okay. Aku paham gimana perasaan kamu. Gimana kecewanya kamu sama aku." Tambahnya.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang