Semuanya masih sama, meskipun hari terus berjalan. Naqiya dengan deritanya dan Bara dengan sikapnya yang mendadak aneh. Entahlah Bara kerasukan setan dari mana. Seingatnya, Bara sama sekali tidak berkunjung ke kuburan padahal.
Di sinilah Bara sekarang. Di dalam ruangannya sedang memeriksa tugas yang dikerjakan mahasiswa-mahasiswanya tadi.
Tinggal satu yang belum Bara periksa, yaitu milik Naqiya, istrinya.
Bara mengecek nama di lembar tugas tersebut, "Naqiya Adeeza," ejanya membaca nama yang ditulis oleh Naqiya disana.
Naqiya selalu menulis namanya hanya Naqiya Adeeza saja, tanpa menambah embel-embel nama belakangnya. Hal itu juga yang membuat Bara baru berhasil mengetahui nama keluarga Naqiya ketika mengucapkan ijab kabul.
Tulisan tangan Naqiya begitu rapi. Bara sudah tahu kalau istrinya itu memang mahasiswi yang pandai di kelasnya. Naqiya pintar, tapi bukan tipe mahasiswi yang suka mencari perhatian dari dosennya.
"Bener," Bara bergumam sembari mengoreksi jawaban Naqiya. "Bener lagi."
Hampir 90% jawaban Naqiya memenuhi syarat. Padahal soal latihan yang Bara berikan ini tergolong soal sulit. Tapi wanitanya itu begitu cerdas untuk memecahkan soal itu.
"Pintar juga dia ya," gumam Bara dengan pelan. Tanpa sadar dia senyum-senyum sendiri.
Yang Bara tahu, di rumah Naqiya jarang belajar, kecuali ketika mengerjakan tugas yang diberikan dosennya. Naqiya lebih sering bermain ponselnya, atau terkadang membaca buku.
Mungkin inikah yang dinamakan pintar dari lahir?
Tanpa belajarpun bisa cerdas seperti ini.
Bara menuliskan nilai di atas lembar itu. Nilai itu juga disertai dengan tanda tangannya disana. Mata Bara memicing, ditambah senyumnya yang merekah. Dia memiliki sebuah ide.
Tangan Bara menulis sedikit kalimat di lembar itu.
'Semangat, Naqiya!'
Bara membaca ulang tulisan tangannya di lembar kerja milik Naqiya. "Masa Semangat Naqiya? Lebay banget," ucapnya bermonolog.
Dia langsung mencoret tulisan tangannya itu, dan menggantinya dengan tulisan yang baru.
'Keren banget, Naqiya:)'
Bara memicing lagi, menatap tulisannya yang terlihat aneh. Telihat bukan seperti Bara Adichandra. Tulisan ini bisa mencoreng nama baik pria cool itu di mata istrinya.
"Kaya bocah," gumam Bara lagi, tangannya lalu mencoret tulisan itu, lagi.
Bara menatap langit-langit untuk berpikir sejenak. Sebenarnya kalimat apa yang cocok untuk dituliskan di lembar Naqiya? Sumpah, untuk bertingkah romantis dirinya saja masih remed.
Bara mulai menulis lagi. Kasihan sebenarnya lembar kerja Naqiya, banyak coretan yang dibuat oleh Bara.
'Good job, Naqiya'
Cukup bagus, tidak lebay seperti tulisan sebelum-sebelumnya. Bara menyimpulkan senyumannya. Jantungnya berdebar memikirkan bagaimana reaksi Naqiya ketika membaca lembar kerja nya itu.
Apa Naqiya akan ilfeel membaca itu?
Naqiya akan malu?
Atau bahkan Naqiya akan semakin menjauhinya karena dirinya begitu cringe?
Bara mulai overthinking. Bisa gawat kalau Naqiya semakin menjauhinya karena tulisan-tulisan memalukan seperti ini.
Lagi pula, lembar mahasiswa lain juga tidak ditulis apapun oleh Bara selain nilai dan tanda tangannya. Masa di lembar tugas Naqiya dirinya menuliskan kalimat seperti itu? Bisa jadi dosen yang tidak adil berarti dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Fiksi Umum[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...