61 | Perhatiannya Mertua

173K 10.9K 641
                                    

"Gimana, Le?" Tanya suara di seberang sana. "Mantu sama cucu Bapak sehat?" Tambahnya. Bara tersenyum di sana. Gatot, Bapaknya, terlihat lebih segar dan lebih baik kali ini. Tidak seperti pada hari kematian Seruni, Gatot seperti orang yang mati segan hidup tak mau. Permata hatinya harus pergi meninggalkan dunia lebih dahulu.

Bara mengangguk dan tersenyum. Di layar itu Bapaknya memperhatikan Bara dengan seksama. "Alhamdulillah, Pak, Naqiya sama cucu Bapak sehat. Bapak sendiri sehat toh?"

"Alhamdulillah kalo begitu. Iya, Le, Bapak alhamdulillah juga sehat."

Kebetulan Naqiya berjalan di depan Bara, dirinya tidak menyadari suaminya itu sedang video call dengan Bapak mertuanya.

"Bapak mau ngomong sama Naqiya?" Tanya Bara.

"Iya, Le, ndak apa.."

Bara memperhatikan Naqiya yang tengah meminum susu hamilnya. Ketika susu tersebut sudah ludes diminum oleh istrinya itu, Bara baru membuka suaranya.

"Naqiya," Panggil Bara pada istrinya itu. Otomatis Naqiya langsung menoleh pada Bara.

"Kenapa?" Tanyanya pada Bara. Bara menunjuk ponselnya memberikan kode pada istrinya itu.

"Bapak mau ngomong sama kamu."

Naqiya sedikit terkejut. Ini kali pertama ia akan berbincang dengan mertuanya itu setelah hari kematian ibu mertuanya. Naqiya berpikir sejenak, dirinya harus bisa bertingkah baik.

Wanita itu kemudian mengangguk dan berjalan ke arah Bara. Dia mendudukkan tubuhnya tepat di samping Bara. Sementara tangan Bara mengarahkan ponselnya ke Naqiya. Sehingga Gatot bisa melihat Naqiya dengan jelas.

"Halo, assalamualaikum, Bapak," Salam Naqiya. Bara terpana mendengarnya karena aura Naqiya begitu berbeda. Seakan tidak ada apa-apa yang menimpanya. Seakan wanitanya itu baik-baik saja dan bahagia.

"Waalaikumussalam, Nduk."

Naqiya tersenyum tulus, "Bapak sehat 'kan, Pak?" Tanyanya.

"Alhamdulillah, kamu sama cucu Bapak juga sehat 'kan? Makannya yang bener ya, Nduk. Gizi harus seimbang. Jangan banyak pikiran pokoknya. Terus susu hamil juga diminum ya," nasihat Gatot pada menantunya.

Naqiya yang mendengar itu begitu tersentuh. Bapak mertuanya seperhatian itu terhadap dirinya. Bahkan Abinya sendiri sudah membuangnya begitu saja. Ah, sudah, Naqiya tidak mau memikirkan itu lagi.

"Iya, Bapak. Nay pasti ngelakuin itu semua kok. Bapak tenang aja. Cucu Bapak ini kuat," Ucap Naqiya sebelum dirinya terkekeh.

"Nah, iya, Nduk. Jangan stress stress juga. Kalo ada apa-apa ceritao ke Bara, suamimu itu. Gimanapun suami itu jadi tempatnya istri bersandar. Apalagi kalo lagi hamil begini, Nduk," Ucap Gatot.

Naqiya dan Bara sama-sama terkekeh kemudian mengangguk paham.

"Dulu Ibu itu pas hamil Bara wehh rewel banget, Nduk. Tapi itu yang Bapak senengin. Kalo udah ngidam pengen ini itu, mesti ada barangnya cepet wes. Apalagi suasana hatinya gampang berubah-ubah. Tadi ketawa-tawa loh kok tiba-tiba Ibu nangis. Udah wes, mesti sabar ngadepin istri lagi hamil memang. Tapi itu momen yang Bapak seneng, Nduk. Seneng gitu liat Ibu begitu pas ngandung Bara dulu, gemesi," Ujar Gatot bernostalgia.

Bapaknya aja sesabar itu, pantas saja anaknya seperti Bara.

"Iya memang, Pak. Pas hamil ini Nay jadi kepengen macem-macem. Ntah tiba-tiba pengen sushi lah, batagor lah, martabak manis lah. Ya alhamdulillah nya ada Mas Bara," Jelas Naqiya dengan senyuman di bibirnya.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang