"Kamu malam mingguan sama saya aja ya," ujar Bara sembari dirinya fokus menyetir pajero sport hitam kesayangannya itu.
Kalimat Bara itu bukan sebuah pertanyaan. Itu sebuah tuntutan bagi Naqiya. Tapi karena pria itu sudah membuatnya bahagia dengan 'sogokan' gaun ini, maka Naqiya mengangguk mematuhinya.
Ya, setelah dari butik dan memilih gaun yang terbaik dan tentunya yang Naqiya inginkan, mereka kini bersiap untuk segera menuju ke tempat berikut. Entah kemana Bara akan membawanya.
"Pak Bara besok pake baju apa? Kok tadi nggak sekalian pilih baju?" Tanya Naqiya memecah keheningan.
Dirinya baru sadar jika sedari tadi hanya dirinyalah yang sibuk memilih gaun untuk hari esok.
"Gampang," Bara melirik Naqiya, "Ada baju koko sama sarung di rumah," tambahnya.
Wait,
APA?!
BAJU KOKO?
SARUNG?
Naqiya bakal cantik-cantik menggunakan gaun yang tak kalah cantiknya, ditambah riasan yang menambah kecantikannya, hanya untuk hari sakral besok, dan lelaki ini dengan santainya malah mau menggunakan baju koko dan sarung?!
Orang ini mau nikah apa solat jumat?! Pikir Naqiya.
Pak Bara benar-benar tidak lucu. Tidak mungkin dirinya yang tampil totalitas tapi Bara tampil pas-pasan. Apa-apaan pria ini?
"Bapak bercanda ini mah," balas Naqiya.
"Nggak kok, saya ngga bercanda," Balas Bara. Naqiya melonjak dan menatap Bara dengan mata yang melotot.
"Kok gitu sih, Pak?! Saya tampil totalitas pake gaun sebagus itu, belom lagi saya nanti pake makeup. Masa iya Bapak cuma tampil pas-pasan pake baju koko sama sarung? Pecinya nggak sekalian? Sama sendal jepit?!" Semprot Naqiya pada Bara. Dirinya sangat kesal dengan lelaki ini.
Sekalian saja memperlengkap outfit orang mau jumatan! Batin Naqiya.
Padahal tadi dia sangat memuji kebaikan Bara setelah kesal karena batal bertemu temannya. Sekarang kesal lagi karena hal lain. Bara bergidik.
Mood ibu hamil semengerikan itu ya?
"Kan nikahnya di rumah, masa pake sendal? Nggak usah sendalan," jawab Bara singkat.
Naqiya berdecak, dirinya tambah kesal dengan jawaban Bara, "Bapak tuh niat nikah nggak sih?!" Naqiya melipat tangannya di depan dada. "Kalo nggak niat mending nggak usah sekalian. Balikin aja saya ke keluarga saya!"
Bara hampir tertawa terbahak. Apakah perempuan ini lupa kalau dirinya diusir dari rumah?
"Loh kan saya bilang, di rumah ada baju koko sama sarung," Bara melirik Naqiya yang memanyunkan bibirnya, lucu sekali dia ketika kesal.
"Ya masa nikah pake itu?"
"Siapa yang bilang saya bakal pake itu buat nikah?" Tanya Bara, satu alisnya terangkat.
Naqiya diam seribu bahasa. Benar juga, Bara tidak ada bilang akan mengenakan sarung dan baju koko di pernikahan nanti.
"Coba buka lemari saya kalo nggak percaya, ada baju koko sama sarungnya," tambah Bara.
"Ya emang ada lah!" Naqiya memukul lengan Bara, "Demi Allah, Bapak iseng banget sih?!"
🍀🍀🍀
Benar saja, mereka berdua menghabiskan waktu bersama di malam minggu ini. Malam terakhir Naqiya dan Bara sama-sama masih berstatus lajang.
Ternyata disini, Bara mengajak Naqiya menyantap jagung bakar dan wedang ronde. Angkringan di pinggir jalan ini tidak ramai meskipun malam minggu. Ya, kebanyakan selera anak muda sekarang mendatangi kafe kekinian.
"Enak?" Tanya Bara pada Naqiya yang menyantap jagung bakar keju dengan lahap.
"Enak, Pak. Kok tau tempat ini?" Tanyanya sembari menggigit jagung yang ia pegang.
"Tau, dulu 'kan sering kesini."
"Sama siapa hayooo," goda Naqiya, jemarinya menunjuk Bara seakan meledek pria itu.
"Sama temen-temen saya, kalo kumpul di angkringan. Ini angkringan udah berdiri lama, Naqiya. Pas saya seumuran kamu udah ada disini," jawab Bara.
Ah, benar juga, jarak umur mereka tidaklah dekat. Bara sudah tua, hehe.
"Oh iya lupa, Bapak 'kan udah tua hehehe," Naqiya menyengir ketika Bara menyipitkan matanya.
"Pak," panggil Naqiya tapi matanya fokus menatap jagung, takut salah masuk mulut, "Tadi kok Mbak butiknya bisa kenal Bapak? Manggil Pak Bara?" Tanya gadis itu.
Bara meminum wedang rondenya sebelum menjawab, "Saya udah telfon sebelumnya. Mastiin aja kalo kita bakal fitting disana."
Naqiya mengangguk-anggukan kepalanya. Pria ini sudah mempersiapkan ternyata.
"Terus besok wali nikah saya siapa? Abi 'kan udah buang saya," Tanya Naqiya, wajahnya sedikit sedih.
"Liat aja besok."
"Kenapa nggak jawab sekarang?" Tanya Naqiya. "Kenapa sih Bapak seneng nunda-nunda jawaban."
"Kenapa kamu seneng buat nanya 'kenapa'?" Tanya Bara balik pada perempuan itu.
"Kenapa ya? Saya juga bingung hehe."
Bara membuang pandangannya ke jalanan, "Cepet dihabisin abis itu pulang. Jangan tidur malem-malem biar besok nggak kecapekan ya."
🍀🍀🍀
Haiii aku up lagii hehe, jangan lupa vote dan comment nya yaa biar aku makin sering up🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...