Malam terasa begitu gelap dengan dingin yang menusuk hingga tulang belikat. Namun tidak bagi kedua pasangan dimabuk cinta itu. Malam ini rasanya cukup lebih hangat daripada malam-malam sebelumnya. Entah mengapa, sampai temperatur AC diturunkan supaya kamar tersebut lebih dingin.
"Makasih ya, Mas," Ujar Naqiya dengan senyumannya pada Bara.
"Buat?"
"Buat yang tadi." Jelasnya dengan pipi yang merona lagi. Demi Tuhan dirinya diterpa malu luar biasa. "Mas udah ngertiin aku."
Bara terkekeh, tangannya mengusap rambut istrinya itu perlahan, "Jangan maksain diri kamu lagi ya. Inshaallah Mas bisa nahan sampe kapanpun kamu siap."
"Mas selalu ngomong gitu."
"Itu serius," Bara menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Naqiya. "Kamu Mas sentuh pertama kali secara paksa, pasti sakit banget," Bara menatap netra milik Naqiya. Menyelam di dalam sana, mencoba memahami apa yang dirasakan perempuan itu.
Naqiya diam, mengingat kejadian kelam itu seakan luka dalam jiwanya robek lagi.
"Buat apa yang udah Mas lakuin itu nimbulin trauma buat kamu. Rasa sakit kamu, takutnya kamu. Mas paham nggak semudah itu ngobatin trauma," Jelas Bara lagi dengan elusan di pipi istrinya. "Mangkanya Mas berkali-kali bilang sama kamu, Mas siap nunggu."
"Mas udah terlalu lama nunggu tapi..." cicit Naqiya pelan.
"Hampir sembilan bulan doang 'kan?"
"Itu 'kan lama, Mas."
Bara terkekeh, "Iya emang lama kalo nungguin wanita secantik kamu, nggak tahan rasanya," jelas Bara menggoda Naqiya lagi.
"Mas ih orang lagi serius juga!"
"Hehehe," Bara terkekeh dengan tingkah Naqiya, "Pokoknya Mas mau kamu kalo udah siap beneran aja. Nggak mau kalo kamu maksain diri, udah itu."
"Tapi Mas setia ya sama aku," ucap Naqiya.
"Jadi kamu takut Mas tinggalin mangkanya maksain diri kaya tadi, hmm?" Suara Bara terasa semakin dekat karena kini tubuh mereka sudah tiada jarak.
Naqiya tergagap mendengar pertanyaan itu. "Eum, ya aku nggak suka aja Mas deket-deket cewek gitu. Apa karna aku belum siap mangkanya Mas cari pelarian?" Tanyanya. Akhirnya dia bisa mengutarakan isi pikirannya.
Bara menyatukan alisnya, bingung. Kapan dan dimana ia dekat-dekat perempuan lain selain istrinya?
Apakah soal Bina yang menghubunginya tadi?
"Maksud kamu Bina?"
Naqiya berdecak, "Ya iyalah Bina masa bisul."
Jawaban istrinya membuat Bara tertawa. Ada-ada saja. Bisa-bisanya Naqiya cemburu pada Bina. "Dia tadi ngabarin mau ke kampus. Katanya mau ketemu, ngajak temen-temen lain yang bisa kesini. Reunian gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...