30 | Menjelang Pernikahan

134K 10.5K 91
                                    

[WARNING, Direkomendasikan membaca online untuk melihat gambar]

_____

Suara pintu kamar Naqiya diketuk. Ketukannya cukup keras membuat Naqiya yang masih merapikan jilbabnya di depan cermin menoleh. "Masuk!" Sautnya dengan masih fokus merapikan jilbabnya.

Pintu terbuka dan menampilkan sesosok wanita yang Naqiya sangat rindukan. Wanita itu berlari ke arah Naqiya dan langsung memeluknya.

Naqiya membalas pelukan itu dengan erat, dirinya begitu merindukan wanita tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naqiya membalas pelukan itu dengan erat, dirinya begitu merindukan wanita tersebut.

"Umi..." ujarnya di dalam pelukan itu.

"Anak Umi cantik sekali, mashaallah," Zainab menatap wajah Naqiya yang cantik dengan haru biru di wajahnya.

"Umi jauh lebih cantik daripada Nay," Naqiya tersenyum, "Nay kangen banget sama Umi. Umi sehat 'kan?" Tanya perempuan itu.

Tangan Zainab mengulur untuk menyentuh wajah putrinya. Dirinya mengangguk dengan senyuman cantik di wajahnya. "Umi sehat alhamdulillah, Nay."

Masih tidak terbayangkan olehnya melihat putri bungsunya ini akan menikah. Betapa cantiknya Naqiya dengan balutan gaun pernikahan yang begitu sempurna melekat di tubuhnya.

Jemari Naqiya menghapus air mata yang jatuh begitu saja dari sudut mata Zainab, "Umi kok nangis?" Tanyanya.

"Umi terharu, sebentar lagi anak Umi jadi seorang istri dan juga seorang Ibu," Zainab kemudian mengelap air matanya itu, "Berbakti sama suamimu ya, Nay. Surgamu nanti ada di dia, bukan di Umi mu ini lagi."

"Iya Umi Sayang, sebentar lagi Nay jadi istri orang, inshaallah Nay bakal lakuin semua nasihat Umi itu. Umi jangan nangis lagi, ini kan hari bahagia buat anak Umi," Ujar Naqiya.

Bahagia apanya?

Menikah sesunyi ini rasanya seperti mimpi yang Naqiya tidak inginkan menjadi sebuah kenyataan.

Tapi di depan Zainab, Naqiya harus bahagia. Dia tidak mau Uminya bersedih jika tahu kenyataan ini tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Uminya harus hanya mengetahui kebahagiaan dirinya.

Zainab tersenyum, "Cucu Umi sehat 'kan, Nay?" Tanya Uminya. Dirinya menundukkan badannya sehingga kepala Zainab kini berada di depan perut Naqiya.

"Alhamdulillah, Umi, dia sehat."

"Hihi, assalamualaikum cucu Umi sayang," salamnya pada bayi Naqiya yang masih berada dalam kandungan.

"Waalaikumussalam katanya, Mi," jawab Naqiya sembari terkekeh.

"Sini Umi bantu, Nay. Ini kurang apa? Itu dandanan kamu dandan sendiri 'kan, Nay?" Zainab meneliti tubuh Naqiya dari atas sampai bawah.

Zainab tahu, putrinya ini sempat menekuni dunia makeup, Naqiya sangat menyukai hal-hal berbau kecantikan. Tak mengejutkan karena Naqiya begitu cantik.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang