98 | Museum Cinta

99.3K 10.3K 928
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

"Hadeuh, tuh orang ambil cuti gatau diri banget sih dasar bara bere!" Sewot suara pria dengan atasan kemeja v-neck tersebut. Tangannya sibuk membalik lembar demi lembar berkas yang ada di atas meja.

Tak bisa dipungkiri bahwa dirinya menyesal telah menawarkan bantuan kepada rekan kerjanya, Bara. Kalau saja mengetahui kerjaan Bara sebanyak ini, Rafi tidak akan memilih untuk membalas kebaikan Bara dengan membantu pekerjaannya di kampus.

"Udah malah si Ayu rempong juga mahasiswanya, haduh, gaada yang bisa bantu eke." Keluhnya lagi.

"Pak Rafi!" Tiba-tiba suara itu tanpa permisi langsung masuk ke telinganya. Hampir saja gendang telinganya pecah karena pekikan itu.

"Ini...huh..." Gadis berkemeja vintage itu menghentakkan kertasnya ke atas meja dengan napas yang berat. Sepertinya ia terengah-engah karena berlari.

"Pak, Saya nggak telat yaa! Cuma lewat 10 menit doang dari deadline yang Pak Bara kasih buat ngumpulin ini. 10 menit juga saya pake buat lari dari kelas ke ruang dosen. Jauh, Pak, naik seribu tangga pula. 10 menit aja udah lebih dar---"

Suara itu terputus karena ia menyadari bahwa lawan bicaranya justru fokus pada hal lain. Rafi dengan ketidakpeduliannya justru sibuk menyaksikan kuku-kuku miliknya sendiri yang mungkin baginya terlihat cantik. Ya, benar, dosen Rafi tidak memperhatikan ucapan mahasiswi nya tadi.

"Saya abis meni-pedi. Cantik nggak?" Tanyanya sembari menunjukkan kuku-kukunya kepada mahasiswi itu.

Sontak saja wajah gadis itu memerah karena menahan amarah yang luar biasa membara dalam dirinya. Coba saja kalau bukan di kampus, sudah habis ia cakari dosennya ini dengan kuku setajam harimau miliknya.

Namun terpaksa kepalanya mengangguk, "Cantik banget, Pak. Mau dong itu meni-pedi dimana?" Tanyanya mencoba menanggapi ucapan Rafi.

Jawaban Rafi justru membuatnya semakin kesal. Dosen itu malah mendengus, "Harusnya kamu lebih tau dari saya dong, Neng Raseeeel! Tuh liat kuku kamu cakep-cakep banget. Tapi sori to say sis, saya nggak mau saingan kuku sama kamu, nggak level."

Ya Rasel lah gadis tersebut, dia berhasil dibuat geram setengah mati. Manusia paling menyebalkan di bumi memang hanya Rafi semata. Namun, karena urusannya perkara tugas belum selesai, terpaksa ia harus menelan pil emosi tersebut dalam-dalam.

"Iya, kuku Bapak paling top!" Ujar Rasel dengan acungan ibu jarinya. "Pak Bara kemana sih, Pak? Kok jadi Pak Rafi yang di ruangannya?"

"Pake nanya," Rafi memicing pada Rasel, "Ya bulan madu lah sama istrinya. Ngapain lagi coba?"

Buset, sotoy amat.

"Pak Rafi tau darimana kalo mereka honeymoon? Kayaknya Pak Bara bukan tipe cowok yang gembar gembor deh, apalagi mau honeymoon sama istrinya." Ujar Rasel yang tidak percaya pada ucapan Rafi tadi.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang