"Kamu mau kemana, Naqiya?" Langkah Naqiya terhenti ketika Bara memanggil dan bertanya kepada dirinya.
Naqiya sudah tampil cantik dengan outfit kesukaannya. Kulot simpel dan blouse ungu muda, dipadu pashmina berwarna broken white, yang membuah wajahnya semakin cerah.
"Mau malmingan lah, Pak."
Bara menaikkan satu alisnya, malmingan? Mau kemana perempuan ini? Pergi dengan siapa? Pulang jam berapa?
Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepala Bara.
"Keluar sama saya," ujar Bara. Tiba-tiba pria itu berdiri dan mematikan televisinya.
"Loh loh nggak bisa, Pak! Saya udah janjian mau ketemu temen saya duluan. Nggak! nggak! nggak! Ga bisa dibatalin gitu aja, Pak!" Tubuh kecil Naqiya mencegah Bara yang berjalan menuju kamarnya. Bara berniat untuk mengganti pakaiannya.
Jemari Bara menyentil kening Naqiya pelan, "Minggir."
"Nggak mau, Pak!"
"Saya antar kamu kesana, sekalian pulangnya cari baju buat besok."
Naqiya cemberut, dia menekuk bibirnya karena sangat kesal pada Bara. Dirinya memikirkan bagaimana pernikahannya nanti akan sangat menyedihkan atau sangat menyenangkan seperti pernikahan Fatimah ataupun pernikahan abangnya dulu yang sangat ia idam-idamkan.
"Emangnya besok kita nikah dimana, Pak? Wedding Organizer nya apa? Kateringnya dari mana? Gaun saya udah disiapin?" Naqiya menatap Bara yang saat ini masih berada di depannya, sangat dekat dengannya.
Bara menatap Naqiya tanpa menjawabnya.
"Apa jangan-jangan Bapak mau nyerpresin saya?" Perempuan itu tersenyum meledek Bara yang saat ini masih memasang muka datarnya.
"Minggir, Naqiya, saya mau ganti baju," Bara berjalan ke kanan ke kiri namun tetap dihadang Naqiya. "Apa kamu mau ikut saya ganti?"
"Nggak!" Naqiya langsung menggelengkan kepalanya, "Jawab dulu pertanyaan saya, Pak Bara!" Dirinya tetap kekeh berdiri menghadang Bara.
"Nggak ada WO WO-an. Kita menikah di rumah ini. Cuma akad saja, nggak ada resepsinya," Jawab Bara. Mampu Bara lihat ekspresi wajah Naqiya yang berubah kecewa.
Pernikahan seperti apa yang perempuan itu inginkan?
Pernikahan mewah?
Naqiya terdiam menahan tangisannya. Tidak dapat dipungkiri dirinya kecewa. Pernikahan mewah seperti pernikahan pada umumnya dalam tradisi keluarganya hanya mimpi yang akan terjadi di hidup Naqiya.
"Sudah menjawab?" Mendengar pertanyaan itu Naqiya mengangguk lemas, "Yaudah minggir dulu."
Naqiya menuruti itu, dia menggeser badannya supaya Bara bisa lewat. Bara pun berjalan melewati ibu dari anaknya itu.
🍀🍀🍀
"Jadinya ini kemana, Naqiya?" Bara melirik Naqiya yang saat ini berada di sampingnya. Dari tadi Bara hanya menyetir tanpa arah. Perempuan itu hanya diam, belum memberitahu kemana ia akan pergi.
"Nggak usah, Pak, saya batalin janjinya," jawab Naqiya malas-malasan. Dirinya sudah malas dengan pria ini.
"Lah kenapa?" Bara melirik lalu fokus lagi pada jalanan.
Ya pikir aja kalau teman-temannya melihat siapa gerangan yang mengantarnya? Bisa heboh satu kampus! Naqiya berdecak, kenapa dosen ini pura-pura tidak paham?
"Nggak papa."
Yup, perempuan. Ia malas mengutarakan alasan yang sebenarnya dan justru malah berlindung pada dua kata 'nggak papa'.
Tangan Bara merambat menyentuh perut Naqiya yang sedikit mulai terlihat membuncit. Blouse yang Naqiya pakai modelnya begitu pas di badan, sehingga perut buncitnya sedikit terlihat.
Refleks, Naqiya menyentuh tangan Bara. Mencegah jikalau pria itu berniat macam-macam
Namun, yang dilakukan pria itu hanya mengelus perutnya.
"Bayi, Mama kamu kenapa?" Tanya Bara pada perut itu dengan tatapan yang masih terfokus ke jalanan.
Naqiya menoleh ke arah Bara dan menyingkirkan tangan pria itu, "Nggak usah pegang-pegang, Pak."
"Saya loh megang si bayi," jawab Bara membela diri.
"Ya 'kan megang dia berarti megang saya."
"Niat saya 'kan megang anak saya. Karena masih di kamu ya mau nggak mau harus megang kamu."
"Dih bisa gitu!" Naqiya berdecak kesal, bibirnya kembali manyun, "Udah nggak usah pegang-pegang lagi!" Tambahnya.
"Saya cuma minta pegang, nggak minta jenguk bayi."
Naqiya melotot, "GIMANA PAK?"
Kalau pegang bayi harus pegang Ibunya. Kalau jenguk bayi harus masuk ibunya. Ah dasar dosen mesum!
🍀🍀🍀
Hai hai! jgn lupa vote dan comment nya yaa biar author makin2 sering up hehe🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
Tiểu Thuyết Chung[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...