"Siapa yang ngelakuin itu?" Tanya Bara lagi. Rahangnya mengeras. Tatapannya semakin tajam mengarah ke Ayu. Terlihat sekali bahwa emosi Bara mulai mengapi.
Di ruangan yang sepi itu Ayu berpikir. Mengingat-ingat siapa gerangan yang berani-beraninya mengejek Naqiya. Biar saja sekalian Ayu adukan pada suami sah Naqiya. Biar habis orang itu dihajar Bara. Begitu isi pikiran Ayu.
Tapi masalahnya wanita itu tidak tahu siapa yang melakukannya. Ayu bahkan tidak menoleh untuk sekadar melihat mahasiswinya yang ditindas itu. Memang kebodohannya, dia akui itu.
Ayu menggigit kuku jemarinya, berpikir. Sementara Bara memperhatikan dan menunggu jawaban dari Ayu.
Gigi Ayu sekarang gantian menggigit bibirnya, matanya menatap Bara dengan perasaan sangat bersalah, "Maaf banget, Bar, aku nggak tau siapa yang ngelakuin itu," Ayu memukul-mukul kepalanya sedikit keras, "Bodoh banget sih aku emang, nengok buat ngeliat Naqiya aja nggak... Maaf banget, Bar," Ucap Ayu.
Rafi mendengus pada Ayu, "Mangkanya Buk Ayuk cantik, yang diperhatiin tuh jangan mahasiswa doang. Mahasiswinya juga diperhatiin atuh!" Balas Rafi. Meskipun tangan pria itu menenangkan Ayu yang sangat merasa bersalah.
Ayu memukul perut Rafi dengan kesal, "Enak aja! Siapa yang merhatiin mahasiswa doang? Semberanak (red : sembarangan) ini bences kalo ngomong!" gerutu Ayu.
"Heh! Mukul-mukul masa depan aja! Tanggung jawab kalo aku gabisa hamil, baru tau rasa kamu, Jeng," Celoteh Rafi yang protes pada Ayu karena wanita itu memukul perutnya.
Masalahnya, yang Ayu pukul adalah bagian perut yang dekat dengan barang masa depannya, Jeng.
Rafi merapikan rambutnya lagi dengan jari lentiknya, "Maaf yes, Bar," Ucap Rafi, "Ya gitu lah si Ayu mah sukanya kekerasan dalam pertemanan, aisssh."
Ya begitulah mereka. Ayu dan Rafi walaupun hampir setiap hari ada yang diributkan, tapi pertemanan mereka aman-aman saja. Serius, hampir setiap hari Bara mendengar mereka ribut. Anehnya mereka masih betah mempertahankan satu sama lain.
Tapi beruntungnya mahasiswa tidak ada yang tahu tingkah laku dosennya itu kalau di belakang mereka. Yang mereka tahu adalah Rafi dan Ayu adalah dua dosen yang memiliki kharisma, meskipun fakta kalau Rafi adalah dosen yang kebanci-bancian dan lucu. Tidak mungkin rasanya melihat Rafi dan Ayu ribut.
Di kelas, Rafi punya banyak fans. Mata kuliah yang diajar Rafi biasanya juga banyak peminatnya. Bukan, bukan karena dirinya tampan ataupun cerdas. Tapi Rafi dengan kepribadiannya yang seperti itu sangatlah membuat mahasiswa merasa nyaman diajar olehnya. Kelas tidak tegang seperti halnya kelas Bara. Rafi sangat supel dan santai orangnya.
Ayu mendengus mendengar Rafi, "Fitnah aja dia mah, Bar. Gausah didengerin banyak omong."
Mata Rafi melotot, "Enak aja, congornya situ tuh yang banyak cincong, bikin pusing aja deh ah!" Rafi mengibaskan tangannya, "Bar, ini kok gerah ya? AC nya kamu matiin?"
Bara hanya terkekeh, "Iya, dimatiin. Udara di luar masih seger, Raf."
"Tuh dengerin! Kasian bumi pemanasan global tau gak ente."
Rafi memicing, "Hih, sewet aja nih nenek lampir."
Ayu menghela napasnya, tatapannya kembali fokus mengarah ke Bara. "Bar, dengerin kita ya. Aku sama ini dugong siap 24 jam buat bantuin kamu ngupas tuntas 100% siapa dalang di balik ini semua," kali ini Ayu menatap Bara dengan serius. "Walopun bentukannya aku begini kalo ketemu suka ribut sama demit ini," Ayu melirik Rafi.
Yang Ayu maksud dugong dan demit adalah Rafi. Jelas saja.
Baru saja Rafi mau angkat bicara, Bara sudah menyelanya, "Makasih, Yu, Raf," Ucap Bara, "Apa mereka ada kelas lagi ya hari ini?" Tambah Bara dengan pertanyaanya.
Rafi melihat jam yang melingkar indah di tangannya, seharusnya ada kelas mata kuliahnya dia, tapi Rafi pindah jadwalkan karena 'ingin bergosip' ah tidak, maksud Rafi karena jadwal pagi-pagi lebih nikmat, udara masih segar, itu alibinya. Padahal sebenarnya Rafi sedang tidak mood mengajar,
"Nggak ada sih, Bar."
Bara menatap Rafi seakan bertanya 'serius?' langsung saja dirinya bertanya lagi pada Ayu. "Kelasmu tadi dimana, Yu?" tanya Bara yang langsung berdiri.
"Ruang dua emp---Eh Bar!!" belum sempat melanjutkan ucapannya, Bara langsung berlari keluar ruangan begitu saja. Ayu dan Rafi saling bertatapan. "Bara!!" Panggil Ayu.
"Ayo, Jeng! Kita ikutin aja!" Segera saja mereka berlari mengikuti langkah Bara. Bara pasti akan menuju ke ruangan yang Ayu katakan tadi. Ruangan 24.
Bara berlari, tanpa mempedulikan apapun. Dirinya menaiki anak tangga juga dengan lariannya, terburu-buru. Dia yakin, jika tidak ada kelas setelah kelas Ayu, kemungkinan besar jam kosong itu akan digunakan mahasiswa-mahasiswa nakal untuk mem-bully istrinya. Bara tidak mau terlambat sedikitpun.
Awas saja sampai mereka berani sedikit saja menyakiti Naqiya.
Ruang kelas dua puluh empat rasanya begitu jauh ketika dikejar oleh Bara. Pria itu sudah berlari secepat yang ia bisa, tapi rasanya jauh sekali, tidak sampai juga.
Bara tidak akan bisa memaafkan dirinya kalau sampai Naqiya kenapa-napa.
Jauh di belakang Bara, dua manusia yang riweh juga ikut berlari. Kali ini Rafi lari lebih cepat daripada Ayu. Karena badan Ayu yang cukup besar, membuat perempuan itu kesulitan dalam berlari. Apalagi menaikki anak tangga.
"Jeng, ayo cepatan larinya!!" Panggil Rafi pada Ayu yang masih ngos-ngosan di tengah anak tangga.
"Duluan dah, Raf, capek!" Ucap Ayu sambil menunduk, menatap lantai anak tangga. Serius, dia ngos-ngosan hanya karena lari menaiki anak tangga.
Rafi turun lagi menghampiri Ayu. "Mangkanya, Jeng, katanya mau diet, tapi alesannya mulai besok mulu," nyinyir Rafi, tangan Rafi mengangkat tangan Ayu ke atas bahunya. Sehingga tubuh Ayu dipapah oleh dirinya.
"Ya lagian kamu makan depan orang diet! Nggak tau apa baunya bikin khilap. Prihatin dong!" Gerutu Ayu.
"Heh ini ibuk-ibuk gagal diet yang jadi tumbal eke. Mang eke gaboleh makan? Kalo busung laper situ mau tanggung jawab?!" Timpal Rafi. Bisa-bisanya mereka berdebat sambil menaiki anak tangga.
Sementara Bara sudah tiba di depan ruang 24 itu. Matanya membulat ketika melihat apa yang terjadi pada Naqiya. Badannya menegang, rasanya benar-benar tidak percaya dengan apa yang Bara saksikan sekarang. Demi Tuhan, dia sungguh tidak percaya dengan hal ini.
"Naqiya!!" Teriak Bara. Teriakan itu membuat seluruh mahasiswa yang ada di sana langsung menoleh pada Bara.
Tambah terkejut lagi ketika mendapati dua dosen lain, yaitu Ayu dan Rafi, yang berdiri di belakang Bara. Habislah riwayat mereka hari ini. Apa yang mereka lakukan sudah disaksikan oleh tiga orang dosen sekaligus.
✨✨✨
Apa yg mereka lakuin ke bumilku ya lord😭😭
Terima kasih banyak yg udah vote dari awal smp part ini, ku sayang kalian♥️ yang belom ayo mari nyusul, bantu cerita ini naik🤗
MARI DUKUNG AUTHOR DENGAN BANTU CERITA INI NAIK♥️
komen jgn lupa ya biar author makin semangatt up mulu! suka bgtt aku tu bacain komen kalian🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Dosenku
General Fiction[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Kamu sakit atau... hamil?" "Kalaupun saya hamil, anak ini tidak akan hidup lama, Bapak tau karena apa?" Gadis itu melangkah pelan mendekati Bara, "Karena saya akan menggugurkannya." ✨✨✨ Naq...